Pages

Sabtu, 22 Desember 2012

Cara Mati

"Akhirnya aku memahami kebebasan memilih bagaimana cara mati" (Neji Hyuga)

Kematian adalah satu kepastian. Kita takkan bisa memilih kapan dan di mana kita akan mati, itu kepastian. Sebab kematian adalah takdir Allah yang tidak kita ketahui jadwal datangnya. Lantas, apa maksudnya kita bisa bebas memilih cara kita mati? Apakah memang bisa seperti itu?

Kalau di dunia imajinasi, khayalan Masashi Kishimoto, ada beberapa cara kematian tokohnya yang bisa digarisbawahi. Jiraiya si sannin mesum, memilih mati saat melawan Pain demi mendapatkan informasi berharga yang akan disampaikan ke shinobi konoha lainnya. Ia yang sudah terluka lebih memilih berhadapan dengan bahaya meski harus menghantarkan nyawa. Padahal saat itu ia bisa saja kabur dari arena tempur.

Minato si hokage keempat, bapaknya Naruto memilih mati demi menyegel kekuatan kyuubi ke dalam tubuh anaknya. Di kemudian hari kita akan mengetahui, pilihannya itu akan menyelamatkan dunia shinobi dari pemusnahan massal. Setelah berhasil menguasai kekuatan Kyuubi, Naruto berdiri tegak menantang Obito dan Madara Uchiha yang berniat menguasai dunia.

Itachi Uchiha, kisah hidup sampai saat terakhirnya membuat ia menjadi tokoh favorit saya! Shinobi jenius ini pernah dihadapkan dua opsi super berat, memihak klannya yang berniat melakukan kudeta di konoha, atau menyelamatkan desa dari pertumpahan darah yang lebih besar dengan menghabisi klannya dengan tangannya sendiri! Ia pun memilih misi rahasia yang sangat memilukan, yaitu membunuh semua anggota klannya termasuk ayah ibu kecuali sang adik Sasuke.

Itachi lalu kabur dari desa dengan status buronan kelas kakap. Sebelumnya ia mencamkan pada adiknya untuk terus mendendam pada dirinya. Agar satu saat nanti mampu menjadi lebih kuat untuk mampu menghabisi Itachi. Dan itulah yang Itachi pilih, ia rela mati di tangan adiknya sendiri tanpa memberi tahu kenyataan sebenarnya pada adk yang sangat dicintainya itu. Agar adiknya tidak marah kepada desa yang Itachi cintai tapi mendesaknya pada pilihan gila.

Prinsip Itachi, adalah sama dengan sahabatnya, Shisui Uchiha yang juga memilih mati untuk melindungi desa, “Mengorbankan diri sendiri.. Shinobi tanpa nama yang melindungi kedamaian dari balik layar. Itulah shinobi sejati.” O Itachi asli kamu keren sekali! O Itachi pribadimu menarik hati! O Itachi jangan tinggalkan kami! Muaaach, muuaaach!


Dan baru-baru ini yang mati dalam peperangan adalah tim intelegensi yang berada di balik layar peperangan. Serta Neji Hyuuga. Nama terakhir mati setelah melindungi Naruto dari hujaman serangan Juubi yang dikendalikan Madara dan Obito. Ia memilih mati seperti itu, sebab Neji tahu Naruto adalah kunci untuk memenangkan perang. Yang bila Naruto mati maka harapan seluruh shinobi akan semakin menipis.

Di benaknya, sepersekian saat sebelum mati, Neji berkata, “Akhirnya aku memahami, kebebasan memilih bagaimana caranya mati, untuk melindungi sesama.”

"Woy, woy itu kan cuma cerita dalam komik, serius amat??!".

Ya, itu semua memang cerita yang tidak nyata. Namun saya rasa pesan altruisme mereka seakan-akan sampai kepada kita di dunia asli. Tentang bukan kapan dan di mana kamu mati. Tapi untuk apa sejatinya kamu memilih tindakan yang bisa berakibat mati. Memilih cara mati. Kita saat ini berada di dunia, yang katanya seringkali idealisme susah disesuaikan dengan realita. Individualisme mulai merebak bahkan menjadi-jadi, menyebabkan apa yang dipikirkan hanyalah tentang keselamatan diri sendiri.

Tapi semoga saya dan kamu yang entah kenapa mau baca artikel ini, tidak menyerah karena kenyataan. Karena bukan cuma karena kenyataan di depan matalah kita mesti merancang cita-cita. Kita berangkat dari keyakinan. Yang berawal dari pertanyaan paling mendasar dalam hidup: “darimana kamu berasal? untuk apa kamu hidup? mau ke mana setelah mati?”

Saya pikir orang-orang di bawah ini adalah mereka yang telah berhasil menemukan jawaban pertanyaan itu. Bukan cuma menemukan jawabnya, tapi menghayatinya, menjadikannya pemandu dalam wisata kehidupan, sampai kematiannya. Kali ini tokoh-tokohnya adalah asli pernah hidup di muka bumi. Mereka berhasil memaksa sejarah menoreskan tinta emas untuk mereka. Karena sejarah tahu, adalah pengkhianatan terbesar jika tak mau menuliskan mereka di atas halaman-halaman peradaban.

Kita mengenal Jendral Soedirman. Beliau adalah pengidap tuberculosis kronis meski sudah sempat sembuh. Agresi Militer II Belanda waktu itu memaksa banyak pejabat mengungsi. Soedirman yang sebenarnya baru sembuh dari penyakitnya itu tidak memilih ikut mengungsi. Namun memimpin perlawanan melawan penjajah, bergerilya dari gunung ke gunung, hutan ke hutan bahkan meski harus ditandu dan kehilangan sebelah paru.

Karena kelelahan dan penyakitnya makin parah pasca memimpin gerilya, tak lama setelah perang usai beliau menghembuskan nafas terakhir. Ia lalu dianugerahi gelar Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, HM Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.

Belasan abad lalu di sebuah peradaban yang baru terlahir di tengah gurun pasir, pertempuran Uhud berlangsung. Di antara kerumunan manusia yang saling menyerang terdapat seorang Hanzhalah. Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akan menguburkannya, mereka kehilangan Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air disana.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?"

Para sahabat bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Ya, Hanzhalah bin Abu Amir adalah pengantin baru yang lebih memilih Allah, rasul-Nya dan jalan perjuangan daripada istrinya. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).

Dan selama entah sudah berapa juta kali bumi merevolusi matahari, momen kematian istimewa terjadi pada manusia-manusia yang berkontribusi besar bagi peradaban. Sejak generasi para nabi: Yahya ‘alayhissalam yang dipenggal oleh sebab melontarkan kebenaran di hadapan raja tiran; generasi sahabat; generasi setelahnya hingga saat ini. Sayyid Quthb yang merelakan dirinya digantung, padahal diberi kesempatan hidup hanya dengan meminta maaf kepada dictator yang mengkhianati Islam, juga an-Nabhani yang akibat kebenaran yang diembannya disiksa dalam penjara lalu tak lama meninggal dunia akibat luka-luka itu.

Justru karena tidak seorang manusiapun yang mengerti apa yang bakal terjadi pada dirinya, termasuk kapan, di mana dan dalam kondisi seperti apa ajalnya akan menemuinya, maka dia harus berusaha untuk menjaga dirinya agar tidak meninggal dunia dalam keadaan sû’ al-khâtimah. Pengkondisian ini, selama masih hidup merupakan hal yang bisa kita pilih. Apakah kita mengkondisikan diri dalam keadaan terbaik ataukah sengaja menceburkan diri dalam kubangan keburukan. Masalah hasil di akhir kita bertawakkal kepada Allah, sembari terus meminta untuk berakhir dalam keadaan terbaik. Allah memang yang menentukan segalanya, bahkan Khalid bin Walid pun yang berimpian mati syahid, secara mengharukan meninggal dalam keadaan terbaring di tempat tidur. Tapi insya Allah, beliau mati dalam keadaan yang baik. Sekali lagi kita hanya bisa memilih pengondisian kita sebelum mati.

Karena itulah para sahabat selalu berlomba ikut berperang untuk mendapatkan mati syahid, supaya mendapatkan husn al-khâtimah. Maka, Abdullâh bin Ummi Maktûm yang buta itu pun meminta kepada Nabi saw. agar diperkenankan memegang bendera perang supaya bisa meninggal sebagai syahid, meski tidak diperkenankan oleh Nabi.

Karena mati itu pasti, matilah yang keren sekalian! Apa kerennya mati saat banting kartu saat berjudi? Apa kerennya mati karena nenggak Jack Danielle lalu roboh, kepala nyemplung ke dalam selokan lantas kelelep? Apa kerennya mati karena keinjak-injak saat rebutan tiket nonton konser atau bentrok suporter pertandingan bola? Dimana letak kerennya mati meminum organofosfat dari kaleng obat nyamuk, karena diputus pacar?

Kematian terbaik adalah dalam momen perjuangan yang dilandasi ketaatan kepada Allah. Camkan itu baik-baik wahai diri!

“Katakanlah (Muhammad): ‘Sesungguhnya kematian yang menyebabkan kalian lari darinya, pasti akan menemui kalian.”  (Q.s. Al-Jumu’ah: 08).

Wallahu a'lam bisshawb

1 komentar:

abet_kasonk mengatakan...

jadi intinya naruto menang ga lawan madara? apa sejarah 16 tahun lalu kembali terulang dimana kyubi disegel kembali?
#GagalPaham hahaha

Posting Komentar

.