Pages

Selasa, 26 Januari 2010

Tak Lagi Jera Dipenjara


Di negeri kita tercinta, penjara itu hukuman yang lumrah diberikan pada berbagai tersangka pelaku kriminal mulai dari kelas teri sampai kelas kakap. Mulai dari maling sandal jepit, penjudi sabung ayam, sampai ke pengedar narkoba dan koruptor. Yah, walaupun kadang ada juga penjahat yang dihukum mati sih. Tapi itu biasanya buat mereka yang sudah terlalu kakap bikin kejahatannya, kayak pembunuh sadis dengan jumlah korban yang banyak, atau mereka yang disebut teroris pelaku pengeboman yang menewaskan tak sedikit nyawa orang. (Untuk kasus terakhir, eksekusi pelaku bom bali sebenarnya masih menyisakan banyak teka-teki silang, maksudnya masih banyak hal yang belum terungkap seperti siapa dalang sebenarnya dll).

Penjara, dari asal katanya berasal dari kata penjera (ngarang-ngarang aja sih). Paling tidak sesuai dengan tujuan dari hukuman itu sendirilah, agar membuat si pelanggar hukum kapok dan menyesali perbuatannya serta berpikir ia tak mau mengulangi kejahatannya lagi. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku untuk saat ini. Fakta berbicara kalau penjara sudah tak mampu menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Buktinya kejadian kriminal yang beragam dan terus meningkat kuantitas serta kualitasnya dari hari ke hari, membuat penghuni tempat yang bekennya disebut hotel prodeo itu makin penuh, berjubel dan lebih sesak ketimbang antrean BLT (Bantuan Langsung Tewas, saking sesaknya ngantri demi uang 300 ribu sampai keinjak-injak, tewas deh). Bahkan jumlah pelaku kriminal saat ini yang ditampung dalam penjara jauh melebihi kapasitas penghuni penjara itu sendiri.

Kalau dipikir-pikir, enak juga ya hidup di penjara itu. Makan dikasih gratis tiga kali sehari, nggak usah capek-capek kerja. Bandingkan dengan orang miskin yang jadi pengemis atau yang kerjanya serabutan, makan sehari sekali aja mungkin sudah syukur. Makanya banyak orang miskin mikir, mending jadi penjahat aja supaya hidupnya terpelihara di penjara. Lagian kan masih banyak orang miskin yang kelaparan di mana-mana, yang nggak diurus sama pemerintah sekarang. Hahaha, kalau sudah begini sih pantaslah kriminalitas nggak bisa dibendung lagi peningkatan frekuensinya, dan makin penuh aja penjaranya, wong siapa yang nggak mau makan gratis (kamu mau? Nyolong ayam tetangga aja, tapi kayaknya harus babak belur dulu sih dihajar warga).

Belum lagi penjara yang konon namanya juga disebut LP (Lembaga Pemasyarakatan, bukan Laki setengah Perempuan alias bencong) itu kayaknya sudah seperti sekolah bagi para penjahat. Katanya sih lembaga pemasyarakatan, artinya di sana diberikan penyuluhan atau pembinaan bagi penghuninya supaya bisa kembali bermasyarakat dengan normal dan nggak mengulangi perbuatannya, kan. Kok malah kebalikannya, di mana dalam penjara itu para penjahat menimba ilmu kepada seniornya yang lebih berpengalaman. Sehingga sekembalinya ke alam bebas, para pelaku kejahatan yang dulunya cuma melakukan perbuatan kriminal sepele malah makin menjadi-jadi kejahatannya. Yang dulunya nyolong ayam sekarang jadi maling kambing. Yang dulunya maling motor jadi bisa nyuri mobil mercy. Yang dulunya cuma bandar togel, keluar dari penjara langsung berniat jadi bandar narkoba.

Malah bolak-balik masuk penjara dianggap sebagai sebuah prestasi. Makin sering masuk penjara artinya makin hebat atau istilahnya makin jago juga seseorang. Kayak preman-preman pasar, yang waktu minta upeti bilang kayak gini: ”Gue sudah 7 kali masuk penjara, jadi jangan macam-macam sama gue.” Buset, ngapain aja jadi 7 kali masuk bui, dibangga-banggakan pula!

Selain itu berada di penjara bukan berarti bebas dari aktivitas kejahatan. Sudah jadi rahasia umum, narkoba dan alkohol saja masih beredar di dalam sana. Bos penjahat sekalipun masih bisa memantau perkembangan sekaligus mengkoordinir jaringan yang dibawahinya. Belum lagi sogok-menyogok sipir penjara menjadi lumrah, untuk mendapatkan apa yang diinginkan si tahanan. Sipir-sipir itu bego juga kali, mau aja disuruh-suruh sama tahanan yang statusnya notabene lebih rendah daripada mereka.

Seperti kasus baru-baru ini, yang benar-benar bikin dongkol. Asli, dongkol dan bikin gregetan. Masa dalam tahanan kondisinya dibuat layaknya istana. Ada kamar mandi dengan bath tube plus showernya. Ada air conditioner, televisi digital, ranjang besar nan empuk, sampai ruang karaoke. Ini hotel prodeo atau bintang lima sih?! Pantas aja sipirnya mau disogok, mungkin mereka diajak karaokean juga kali sama tahanannya yang bejat itu. Gimana nggak bejat, seharusnya mereka yang sadar dan menyesali diri akan dosanya, eh malah senang-senang layaknya putri raja saja. Nggak ada perasaan bersalah atau emang nggak punya perasaan?

Ketika seorang nenek dituntut karena kasus ‘pencurian’ dua biji kakao, ketika satu keluarga miskin yang cuma memungut rontokan randu yang jatuh di tanah dipenjara, dan orang kehausan makan semangka busuk di kebun orang digebukin lalu dituntut penjara juga. Koruptor kelas kakap yang merugikan negara trilyunan rupiah masih enjoy aja tinggal di luar negeri. Dan penjahat yang benar-benar jahat walau dipenjara masih bisa menikmati fasilitas mewah dan melakukan perawatan kulit dan gigi. Di mana keadilan???

***
Bosan juga sih lagi-lagi musti ngomong kalau ini sebenarnya akibat penerapan hukum yang sekular, memisahkan agama dari kehidupan. Aturan dijalankan bukan lagi sebagai kontrol sosial ketaqwaan, tetapi demi kepentingan orang yang berduit. Akibatnya tak ada rasa takut bahkan merasa kebal terhadap azab Allah ketika melakukan kejahatan atau perbuatan melanggar hukum. Yang jadi aparat penerap hukum pun sama juga, lebih mementingkan berapa banyak duit yang bisa didapat ketimbang mikirin dosa.

Beda betul dalam aturan Islam, di mana keimanan dan ketaqwaan menjadi landasan dalam melaksanakan segala sesuatu termasuk penerapan hukum. Dalam Islam, penjara itu merupakan salah satu sanksi dari sistem hukum Islam. Ada empat jenis hukuman, yaitu had/hudud (pemberian sanksinya telah dijelaskan syara), jinayat, ta’zir (hukuman ditentukan oleh hakim/qadhi), dan mukhalafah (sanksi ditetapkan Khalifah). Dan penjara adalah salah satu bentuk dari ta’zir. Hukuman dalam Islam berfungsi sebagai zawajir (membuat efek jera sehingga orang lain pun enggan melakukan pelanggaran) dan jawabir (menghapus dosa pelaku kejahatan).

Kalau penjara itu mewah, artinya bertentangan sama sekali dengan prinsip zawajir atau penjeraan. Seharusnya penjara itu dibuat sedemikian rupa supaya membuat penghuninya trauma, bukannya malah betah dan bermanja-manja. Tapi tentunya juga harus sesuai dengan nilai kemanusiaan dalam ajaran Islam.

Sistem hukum Islam sudah menunjukkan bukti keefektifan yang nyata. Sejak negara Islam didirikan pada abad ke-7 sampai keruntuhannya di abad ke-20, hanya ada tersisa 200 kasus kriminal yang pernah terjadi. Arab Saudi, walaupun tidak menerapkan syari’at Islam secara keseluruhan, dikenal sebagai negara yang sangat rendah angka kriminalitasnya karena menjalankan sistem sanksi dalam Islam. Bahkan ada sebuah survey yang menyatakan bahwa jumlah kejahatan yang terjadi di Amerika Serikat selama sehari sama dengan jumlah kejahatan yang terjadi di Arab Saudi selama satu tahun! (Sumber buletin al-Wa’ie edisi Januari 2010)

Penerapan sistem Islam secara komprehensif juga akan melahirkan budaya tertib dan taat hukum. Soalnya masyarakat menaati hukum bukan sekadar takut dengan aparatnya dan kena hukuman, tapi karena kesadaran untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Tidak seperti sekarang, orang memakai helm cuma karena takut dirazia polisi.

***
Aturan yang sebenarnya penuh kemuliaan ini, anehnya masih banyak ditolak penerapannya mentah-mentah. Seperti kaum liberal munafik yang selalu bilang hukum Islam itu kejam dan tidak berperikemanusiaan. Padahal, dalam Islam juga ada batasan-batasan untuk menentukan apakah seseorang dikenakan hukuman atau tidak. Seperti hukuman potong tangan bagi pencuri, baru dikenakan jika ia terbukti mencuri lebih dari satu dinar. Dan pemotongannya pun berdasarkan kadar curiannya, tidak langsung asal tebas sampai semuanya buntung tau. Lalu dilihat juga alasannya, kenapa sampai melakukan pencurian. Kalau alasannya karena keadaan ekonomi yang mendesak, maka juga akan dipertimbangkan untuk tidak dijatuhi sanksi. Seperti Khalifah Umar yang membebaskan seseorang yang mencuri karena kehabisan makanan dan tidak punya uang.

Jadi bagaimana sekarang, masih ngotot anti sama penerapan aturan Islam dengan alasan bermacam-macam? Bagus, pertahankan saja sistem bobrok yang kalian banggakan itu, sampai mati kalau perlu, sehingga akhirnya mengerti juga kalau dalam sistem yang seharusnya dibuang ke dalam tong sampah itu, keadilan hanyalah mimpi. Hanya mimpi.

Dan bagi kami, memberontakkan pemikiran kepada sesuatu yang jelas salah seperti ini adalah suatu kebanggaan tersendiri!

Senin, 25 Januari 2010

Pantaskah Diri Ini?

Stagnan. Bosan. Ingin adanya perubahan. Apakah hanya kata-kata itu yang bisa diri ini ucapkan, sementara ia tak ada upaya sama sekali yang seharusnya bisa dilakukan. Begitu rindu akan revolusi suci, tapi terganjal rasa ketidakpantasan dalam diri. “Memang tidak ada makhluk yang sempurna..” Cih, apakah kekurangan yang seharusnya bisa diperbaiki pantas selalu dilindungi dengan kalimat itu?

Tidak, sama sekali tidak. Untuk mengubah keadaan memang harus dimulai dari hal yang paling kecil termasuk diri sendiri. Tapi, diri ini kecewa akan keadaan dirinya yang rasanya tak ada perubahan di dalamnya, kekurangan yang itu-itu saja. Tak menginginkan stagnasi tapi dalam dirinyalah bersemayam iblis-iblis yang merantai agar tak bisa maju ke depan. Menghendaki revolusi tapi tak punya kontribusi.

Sekali lagi, mengecewakan. Kecewa pada diri sendiri. Kelemahan-kelemahan lemah yang seharusnya dapat diatasi, menjadi tidak. Kecerobohan yang meniadakan ketelitian. Ketidaktegasan yang mengubur dalam kekonsistenan. Kelambanan berpikir yang seharusnya cemerlang. Sikap emosional menentang ketenangan. Kesombongan yang membutakan tawadhu dalam hati. Dan banyak, terlampau banyak untuk diungkap di sini.

Bukan untuk menafikan pernyataan bahwa tiada manusia yang sempurna karena memang kesempurnaan hanya milik-Nya. Tapi bagi diri ini itu tak pantas menjadi alasan atas kesalahan-kesalahan yang terus berulang dan kekurangan-kekurangan yang tak berusaha ditutupi. Semoga Ia Yang Maha Sempurna mengampuni hamba-Nya yang sangat hina ini. Berilah hamba-Mu ini kesempatan dan kekuatan agar ia selalu berbenah dan memperbaiki diri. Engkaulah Yang Maha Tahu segala yang nampak maupun tersembunyi bahkan dalam hati.

Astaghfirullah.. Tunjukilah hamba jalan-Mu yang benar, ya Allah. Dan istiqamahkanlah..

Sabtu, 16 Januari 2010

It's Democrazy!

(ditulis waktu masih kelas 3 SMA)

Negara kita dipuji Amerika si gembong demokrasi sebagai negara yang sangat demokratis. Bangga? Sebaiknya jangan! Apa yang mau dibanggain kalo rakyat kita masih banyak yang miskin, mati kelaparan, pengangguran, gak berpendidikan. Kenapa juga musti bangga ketika utang Indonesia masih nunggak, bunganya aja 1400 trilyun rupiah, lebih parah dari utang lo dikantin paman sekolah (ya iyalah!). Emang aneh, ternyata demokrasi yang selalu digembor-gemborkan sebagai sistem yang terbaik ternyata gak mampu mensejahterakan bangsa kita. Kenapa?

Demokrasi vs Kesejahteraan

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi itu pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Sejatinya, segala sesuatu dalam pemerintahan harus sesuai kehendak rakyat. Semua rakyat pasti pengen hidup sejahtera. Nah, kalo gitu seharusnya dengan demokrasi kita bakalan bisa sejahtera dong!
Tapi, kenyataan bicara lain bung. Demokrasi kayak sekarang ini malahan menyengsarakan rakyat. Kita alami sendiri, di jaman reformasi ini malahan semuanya makin susah aja. Contohnya, ketika harga BBM naik harga bahan pokok juga naik. Penghasilan rakyat yang sebagian besar pas-pasan, gak cukup buat mencukupi kebutuhan. Akibatnya banyak yang jatuh miskin. Karena miskin, jadi kelaparan dan sakit-sakitan. Karena sakit, musti berobat ke rumah sakit yang biayanya mahhaaalll! Kalo gak punya duit, masih bisa ke Ponari. Masalahnya, praktek si Ponari gak diijinin lagi sama pemerintah dan ditutup. Jadi, mau gimana lagi!? Hidup jadi makin gak masuk akal.

Kenapa semuanya jadi kacau begini? Kenapa BBM naik, padahal rakyat udah jelas gak mau itu terjadi? Itu karena para anggota dewan, wakil rakyat, setuju-setuju aja akan hal itu. Kan yang bikin kebijakan wakil rakyat. Kenapa biaya berobat mahalnya minta ampun? Karena pemerintah, wakil rakyat gak bikin undang-undang yang menggratiskan kesehatan yang seharusnya wajib digratiskan. Yang ada mereka biarin aja rumah sakit diliberalisasi, sehingga rumah sakit bebas nyari keuntungan sendiri dari pasien-pasiennya. Kenapa rakyat juga banyak yang miskin, padahal sumber daya alam kita banyak dan berlimpah? Cih, lagi-lagi gara-gara wakil rakyat!! Seenaknya mereka bikin undang-undang kayak UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Minerba, dan yang lainnya yang intinya membolehkan pihak kapitalis asing ngerampok harta kita, sumber daya alam itu. Padahal itu milik kita, milik rakyat! Seenaknya banget mereka serah-serahin sama orang asing, emangnya sumber daya alam itu punya bapak mereka apa!

Jelas banget kalo kebijakan yang mereka bikin gak sesuai dengan kehendak rakyat sama sekali. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat hanya menguntungkan diri mereka sendiri, atau menguntungkan kelompok-kelompok tertentu seperti pengusaha dan pihak asing. Kenapa bisa begitu?

Udah rahasia umum, kalo mau jadi anggota dewan, semisal caleg, itu perlu dana yang sangat besar, yang gak mungkin cukup dari penghasilan mereka aja. Para politisi itu minta-minta sama pengusaha atau kelompok bisnis lain agar didanai oleh mereka saat kampanye. Akibatnya ketika terpilih mereka mau saja melayani kepentingan pengusaha (bisnis) dibanding kepentingan rakyat banyak. Jadi, demokrasi itu sarana buat pengusaha dan politisi supaya bisa makin kaya, namun rakyat hanya menderita dan ternganga.

Anehnya, walau udah tau kesejahteraan tak kunjung datang, demokrasi tetap aja dengan enjoynya dilaksanakan. Ketika sebenarnya masih sangat banyak kebutuhan rakyat tak dipenuhi, pemerintah dengan mudahnya menggelontorkan dana sebesar puluhan trilyun rupiah untuk mengadakan pemilu 2009. Bahkan kalo dihitung, penyelenggaraan pemilu dan biaya yang dikeluarkan para caleg maupun partai mencapai Rp 50 triliun (jangan salah, ini duit semua coy)! Ini hampir sama dengan anggaran untuk mengatasi kemiskinan yang berjumlah Rp 57 triliun. Padahal rakyat gak merasakan langsung dana sebesar itu.

Pemilu yang mubazir ini pun gak menjamin bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Buktinya pada pemilu sebelumnya begitu banyak janji-janji yang diumbar para caleg, capres maupun partai tapi nyatanya janji itu sebatas diucapkan begitu saja untuk melengkapi pidato kampanye mereka. Hampir gak ada janji-janji itu yang benar-benar mereka tepati. Nah, banyak rakyat sekarang gak mau ketipu lagi untuk kesekiankalinya. Mereka udah bosen dengan omong doangnya para politisi. Akibatnya banyak rakyat yang cuek, bersikap masa bodoh dengan pemilu ini. Itu bisa dilihat dari tingginya angka golput di berbagai pilkada maupun pemilu legislatif 2009 tadi. Bahkan, angka golput pemilu tadi mencapai 30%! Yes, artinya kemenangan pemilu bukan di tangan partai manapun, tetapi golputlah yang keluar sebagai jawara.

Karena demokrasi tetap saja diterapkan, makanya krisis di negeri ini gak usai-usai biarpun orde baru udah runtuh. Ironisnya, para anggota dewan punya mobil mewah sampai 3 buah, rumahnya begitu megah, dan memiliki penghasilan yang wah. Belum lagi mereka juga mendapat berbagai tunjangan lain seperti kenaikan gaji atau laptop seharga puluhan juta rupiah, dan sayangnya laptop itu cuma dipakai buat main soliter belaka. Padahal, itu semua juga berasal dari duit rakyat, kan.

Demokrasi = Khayalan

Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang punya wewenang tertinggi dalam urusan negara, dan menentukan kebijakan bagi diri mereka sendiri. Pokoknya, apa maunya rakyat, itulah yang harus dilaksanakan.

Demokrasi sebenarnya lahir pada abad ke 5 SM di Yunani. Pada waktu itu dalam sejarah pemikiran politik barat di Yunani telah muncul Negara Negara kota-city state. Jumlah penduduknya menurut Herodotus dan Aristophanes, sekitar tiga puluh ribu orang. Karena itu komunikasi politik tidak terlalu sukar dilakukan dalam negara kota tersebut dan sistem Demokrasi Langsung bisa dilaksanakan secara baik di negara-negara kota itu. Orang-orang Yunani telah mengamalkan demokrasi di kota Athas dan Sparta. Keseluruhan rakyat lelaki secara langsung terlibat didalam pemerintahan, dimana mereka akan berkumpul diperhimpunan umum dan bermusyawarah didalam semua urusan pemerintahan. Mereka akan melantik seorang ketua dan akan merancang serta mensahkan undang-undang menjalankan segala perlaksanaanya dan menjatuhkan hukuman terhadap pelanggarnya. Namun demokrasi ini telah tamat bersamaan dengan tamatnya kerajaan kota Athas (Athena) dan Sparta. (www.zonapikir.co.nr)

Kalo demokrasi yang sebenarnya adalah yang seperti itu, rasanya gak mungkin demokrasi bisa diterapkan, dimanapun tempatnya. Apalagi di Indonesia yang berpenduduk ratusan juta jiwa.

Artinya demokrasi hanyalah ilusi yang gak mungkin diwujudkan, sama gak mungkinnya kalo Indonesia bisa juara piala dunia sepakbola 2010. Istilah pemerintahan rakyat hanyalah jargon untuk menghibur rakyat yang gak tau apa-apa, supaya mereka merasa dianggap dalam pemerintahan.

Gimana dengan sistem perwakilan? Hahaha, sama aja, perwakilan yang ada dalam 'demokrasi' ini pun adalah hal yang gak masuk akal. Mana mungkin 1 orang anggota dewan mewakili aspirasi ratusan ribu orang sekaligus. Yang ada para 'wakil-wakilan' itu menganggap apapun keputusan parlemen harus disetujui oleh rakyat yang udah memilih walaupun keputusan itu merugikan rakyat. Terbukti lagi, kalo 'democrazy' emang cuma tontonan bodoh bagi rakyat. Mengharap kesejahteraan dari sistem bobrok ini jelas gak bakalan bisa.

Demokrasi vs Islam

Eits, kenapa kita sekarang ngomongin Islam? Jawabnya, karena Islam adalah agamanya emak gue. Dan bukan cuma itu, Islam juga agamanya kakek gue, nenek gue, n bapak gue. Dan yang jauh lebih penting, gue, lo semua, n mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Apa hubungannya Islam dengan sistem pemerintahan? Karena kita orang Islam, maka kita musti meyakini kalo Islam itu adalah aturan yang langsung datang dari Dia Yang Menciptakan kita, dan aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Artinya, sistem pemerintahan pun juga diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman :

“Wahai orang-orang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh” (TQS Al Baqarah (2):208)

Masalahnya sekarang apakah sistem demokrasi yang sekarang kita terapkan udah sesuai dengan aturan mulia diinul Islam? Jawabnya tidak. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam.
Seperti yang udah kita ketahui, prinsip pokok demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Akhirnya, perkara benar atau salah ditentukan berdasarkan suara terbanyak atas nama suara rakyat mayoritas. Gawatkan??? Gimana kalo seandainya ada suatu negara yang mayoritasnya adalah rampok, maka bisa jadi merampok diperbolehkan asal sesuai dengan peraturan dan perundang—undangan yang disepakati bersama. Misalnya akhirnya nanti boleh aja merampok asal gak mengganggu orang yang dirampok (emang bisa??).

Kalo dalam Islam sangat jelas bahwa kedaulatan bukan di tangan rakyat, tapi di tangan syariah (hukum Allah). Hanya Allah lah yang berhak membuat hukum dan aturan bagi manusia. Sebagaimana tercantum dalam Qur'an :

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (TQS. al-An'am (6) : 57)

Artinya, segala macam peraturan pemerintahan harus merujuk kepada al-Qur'an dan sunnah Rasul. Manusia gak diijinkan bikin aturan mereka sendiri, karena itu artinya manusia berani bersikap sombong kepada Yang Menciptakan mereka. Bayangkan jika Allah udah menciptakan aturan yang sempurna bagi makhluknya yaitu Islam, tapi dengan entengnya manusia ngomong 'Ya Tuhan, yang menjalani kehidupan ini kan kami,, oleh karena itu kami sendiri yang musti bikin aturan main sendiri, gak perlu Engkau ngatur-ngatur kami ya Tuhan, oke?' Heh, apa itu gak kurang ajar?

Kalo kita amati, demokrasi juga jelas gak berpihak sama Islam. Misalnya pada masalah HAM yang merupakan salah satu bagian dari demokrasi. Dalam teori HAM siapapun memiliki hak asasi yang harus dihormati dan dilindungi. Siapapun boleh ngelakuin apasaja dengan alasan ‘itu hak gue’. Bahkan atas nama HAM, pelaku kejahatan, perzinahan dan homoseksual dan pelaku pornografi dan pornoaksi boleh aja teriak-teriak menuntut hak asasi mereka, dengan alasan mereka juga manusia. Muncul pula UU yang sarat dengan liberalisme yang mengokohkan kemaksiatan ini. Belum lagi ajaran sesat macam Ahmadiyah yang tak mampu dibubarkan dengan alasan HAM. Prinsip demokrasi yang memutlakan pengakuan terhadap liberalisme dan HAM telah menjadi pintu kerusakan moral atas nama kebebasan.

Namun, kenapa ketika ratusan ribu umat Islam di Irak dan Afganistan dibantai dengan sadis oleh Amerika (negara pencetus HAM?) hal itu dibiarkan saja!? Padahal alasan yang digunakan untuk menggempur sangat gak masuk akal, yaitu perang melawan terorisme atau atas nama demokrasi. Benar-benar Bush-uk!

Amerika, negara pencetus HAM jugalah yang begitu mendiskreditkan Islam dengan sebutan teroris. Tak ada kebebasan bagi umat Islam ketika berjilbab dilarang dan masjid-masjid dilempari kotoran di negara-negara Eropa.
Demokrasi juga gak memberi toleransi untuk umat Islam yang ingin menerapkan Islam. Contoh paling nyata, Hamas yang jelas menang pemilu secara demokratis di Palestin gak diakui kemenangannya, malahan diperangi. Lalu ketika masyarakat ingin ada perda mengenai Islam, misalnya perda miras, zakat, dan anti pornografi maka itu akan ditentang habis-habisan dengan alasan aturan-aturan kayak gitu dibuat untuk memaksakan kepentingan Islam semata.

Jadi ada dua sebab kenapa demokrasi itu haram. Pertama, demokrasi telah menjadi 'tuhan baru' yang menjerumuskan umat Islam pada kekufuran, yang memaksa untuk mengakui bahwa Tuhan tak pantas untuk mengatur manusia. Yang kedua demokrasi telah menjadi alat penjajahan untuk menghancurkan umat Islam baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Dengan adanya demokrasi di negeri-negeri Islam, Barat dapat dengan mudah mengontrol agar Islam takkan pernah bisa tegak dan Barat bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam kita serta mengekspor budayanya!

Begitulah, Islam tak mendapat tempat dalam demokrasi. Begitu juga seharusnya kita sebagai umat Isam harus menganggap demokrasi sebagai musuh berat yang terus mengancam dan takkan pernah memaafkan sang musuh ini.

Islam = Kesejahteraan

Apakah sistem pemerintahan Islam mampu mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan rakyat? Emang!!! Sistem Negara Islam yang dikenal dengan Khilafah udah terbukti mantap coy. Selama 14 abad Islam berjaya dalam Khilafah, malahan gak pernah terjadi krisis global kayak sekarang ini.

Dengan aturan langsung dari Allah SWT, dilahirkan para pemimpin yang takut kepada Allah sehingga mereka bakalan berusaha sekuat tenaga memakmurkan rakyatnya sesuai koridor syari'ah. Contohnya diantara pemimpin-pemimpin itu adalah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasyid, Mu’tashim Billah, dll.

Dan umat berada pada masa penuh kegemilangan, bukan hanya dalam urusan materi, namun juga dalam peradaban, pengetahuan, kekuatan negara, yah pokoknya semua bidanglah! Semua itu berhasil didapat tanpa ada ribut-ribut masalah kebebasan berpendapat, HAM, kesetaraan gender, atau hal-hal busuk lain yang berbau demokrasi. Umat Islam meraih itu utamanya juga karena mereka hamba Allah yang sangat bertakwa, mengarungi kehidupan tak hanya demi mendapatkan materi, tapi juga untuk keselamatan di akhirat nanti.

Kesejahteraan Islam masa itu takkan habis diceritakan di sini. Silakan aja baca buku-buku terkait kehebatan negara super power Khilafah Islam waktu dulu, dan kalian bakal ternganga saking kagumnya.

Namun kenyataan sejarah itupun hanya ada di masa lalu bukan? Bagaimana dengan sekarang? Ketika umat begitu terpuruk dalam sistem demokrasi yang sudah jelas rusak ini, akankah kita cuma bisa menostalgiakan kembali kejayaan masa lampau? Apakah kita cuma bisa ketawa-ketawa aja ngelihat berita caleg gagal masuk rumah sakit jiwa?

Ketika kita mengetahui kondisi sedang terjajah seperti ini, maka diam bukanlah sebuah solusi. Singkirkan demokrasi, bergeraklah untuk melakukan revolusi! Bergabunglah dalam perjuangan ini jika berani. Tujuan kita pasti, bawa Islam berjaya kembali.

Just duit! Dari duit, oleh duit, untuk duit.
It's democrazy capitalism.
I hate this game!!!

Perlukah Nasionalisme?

(ditulis waktu masih kelas 3 SMA)

Judul di atas pasti terdengar aneh. Ya, bukankah selama ini yang kita tahu nasionalisme adalah hal yang sangat penting? Kenapa dipertanyakan lagi perlunya nasionalisme?

Selama ini memang diajarkan bahwa kita mesti memupuk rasa nasionalisme, serta memperjuangkan nasionalisme demi kemajuan atau kebangkitan bangsa kita. Nasionalisme juga penting untuk persatuan dan kesatuan bangsa, katanya. Dengan nasionalisme lah, kita bangga akan status kita sebagai suatu bangsa. Nasionalisme itu sendiri pengertiannya adalah ikatan yang didasarkan atas rasa cinta pada negara dan bangsa, yang mengikat manusia baik dalam hal tingkah laku, hukum, sosial dan lain lain.

Tapi apakah benar dengan nasionalisme suatu bangsa bisa bangkit dan maju? Apakah nasionalisme adalah satu-satunya ikatan yang mampu mempersatukan manusia? Ternyata tidak!

Heh, silakan kaget saat membaca fakta berikut ini. Ternyata nasionalisme adalah sebuah faham yang benar-benar rusak. Bahkan sebenarnya faham ini sengaja disusupkan dalam pikiran umat Islam oleh Barat (baca : kapitalis) supaya umat Islam tak bisa bangkit.

Ada beberapa hal yang harusnya membuat kita berpikir bahwa ikatan nasionalisme memang ikatan yang buruk. Pertama, ikatan nasionalisme hanya bersifat temporal, yaitu hanya muncul pada saat tertentu saja. Misalnya ketika ada ancaman, maka orang bisa bersatu untuk membela diri. Namun ketika keadaan aman-aman saja, maka hilanglah persatuan itu. Bukankah ini tak jauh beda dengan kebiasaan binatang dalam mempertahankan dirinya?

Kedua, nasionalisme cuma mengandalkan sifat emosional. Ingat ketika timnas sepakbola Indonesia bertanding dalam Piala Asia atau kejuaraan lainnya? Ketika timnas kalah, tak kadang sumpah serapah keluar dari mulut untuk wasit atau tim musuh yang dianggap curang.

Bahkan emosi yang ditimbulkan oleh nasionalisme dapat menyebabkan konflik antar negara bahkan yang seagama. Misalnya ketika Indonesia bermasalah dengan Malaysia dalam hal perbatasan beberapa saat yang lalu, maka dengan begitu menjijikkannya seruan ‘kobarkan nasionalisme’ diteriakkan oleh mereka yang mengaku orang nasionalis. Seakan-akan berperang dengan saudara Muslim di Malaysia pun akan dilakoni, demi bangsa dan negara ujarnya! Contoh lain adalah konflik Irak-Iran, Pakistan dengan Bangladesh, yang notabene sesama bangsa Islam hanya karena masalah kecil.

Ketiga, karena nasionalisme lah Daulah Khilafah Islamiyah runtuh pada 3 Maret 1924. Konspirasi biadab Barat waktu itu, yaitu menanamkan nasionalisme pada negara-negara Arab berhasil, sehingga banyak negara-negara bagian Khilafah satu persatu melepaskan diri dari kesatuan Khilafah. Lalu mulailah penjajahan dan pembantaian dilakukan oleh Barat kepada negeri-negeri Islam yang sudah terpotong-potong kecil hingga sekarang seperti di Checnya, Irak, Afganistan, Palestina, dll.

Keempat, paham nasionalisme membuat kepedulian terhadap saudara-saudara Muslim di belahan dunia lain menipis. Ketika rakyat Palestina dibantai oleh bangsa laknat Israel, masih ada saja yang berkata ‘itukan urusan negara mereka’ atau ‘urus dulu negeri sendiri’. Bukankah sungguh keparat ketika 1300 umat Islam dihabisi namun kita masih santai hanya karena batas semu negara dan berpegang teguh pada nasionalisme?

Kalau kita bicara nasionalisme, maka itu takkan jauh dari sukuisme, fanatisme, atau chauvinisme. Di dalam Islam, istilah-istilah tersebut dinamakan ashabiyyah. Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa apapun yang namanya ashabiyyah adalah haram!

Rasulullah bersabda :

Manusia harus meninggalkan kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka karena hal itu merupakan bahan bakar api neraka. Jika mereka tidak menghentikan ini semua maka Allah akan menganggap mereka lebih rendah dari cacing tanah yang menyusupkan dirinya sendiri ke dalam limbah kotoran. (HR.Abu Dawud & At-Turmudzi)

Bukan dari golongan kami orang-orang yang yang menyerukan ‘ashabiyyah, orang-orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, serta orang-orang yang mati karena ‘ashabiyyah. (HR.Abu Dawud)

Oleh karena itu sudah jelas bagi orang yang bisa menggunakan logikanya bahwa nasionalisme tak diperlukan, sebab sudah jelas rendah mutu ikatannya dan takkan mampu membawa suatu bangsa menuju kebangkitan!
Memang benar untuk membangkitkan suatu bangsa diperlukan ikatan yang kuat. Ikatan yang paling kuat adalah ikatan ideologis, bukan yang lain. Dan sebagai orang yang mengimani Allah dan Rasul-Nya, maka kita harus percaya hanya ideologi ISLAM lah yang mampu mempersatukan umat Islam untuk berjaya kembali. Allah berfirman :

Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kalian bercerai berai. (TQS.Ali Imran [3]:103)

Dalam ukhuwah Islamiyah, tak masalah berbeda suku, bangsa, maupun tanah air sebab asalkan seseorang itu Muslim, maka ia bersaudara dengan orang Islam yang lainnya. Dengan begitu persatuan umat Islam takkan mudah terpecah belah dan tentunya kekuatan yang dimiliki umat Islam pun amat besar. Negara kafir pembantai umat Islam sekarang seperti Amerika atau Israel sekalipun tak ada apa-apanya jika 1,4 milyar umat Islam bersatu dalam naungan Khilafah!

Sudah terbukti pada masa keemasan Khilafah Islamiyah kemuliaan dan kesejahteraan umat terjaga dengan penerapan ideologi Islam secara keseluruhan. Ideologi Islam pun terbukti paling lama berjaya selama 13 abad dibanding ideologi komunis yang cuma bertahan kurang dari 1 abad atau ideologi kapitalis yang tak lebih dari 3 abad telah menunjukkan tanda-tanda kehancurannya.

Patut diperhatikan bahwa zaman penjajahan dulu ternyata banyak para pahlawan bertempur melawan penjajah karena memang itu tuntutan Islam untuk wajib jihad fi sabilillah, bukan untuk nasionalisme. Buktinya ketika merdeka banyak tokoh perjuangan tersebut menyerukan syari’ah Islam diterapkan tapi para tokoh nasionalis malah tak menghiraukan itu dan lebih memilih sistem sekuler yang diterapkan di negeri ini. Bahkan beberapa tokoh kecewa dan berontak sehingga mereka ditangkap bahkan ada yang dihukum berat!
Mulai dari sekarang juga, tinggalkanlah nasionalisme karena itu sudah jelas bertentangan dengan Islam. Islam mewajibkan orang mukmin untuk menjadikan Allah di atas segala-galanya, sangat bertentangan dengan nasionalisme yang menomorsatukan negara dan bangsa!

Menghormati pahlawan yang sudah syahid tak pantas jika dilakukan dengan hanya hormat pada bendera! Hormatilah mereka dengan menerapkan syariah Islam sehingga kita bisa merdeka seutuhnya dari penjajahan pemikiran ini!

Selasa, 12 Januari 2010

Tragedi Malam Minggu


Biasanya ortu selalu nyuruh saya pulang ke Banjarmasin tiap akhir pekan atau kalo lagi ada libur. Katanya sih buat ngehemat biaya hidup, padahal mungkin mereka kangen aja sama anaknya yang imut-imut ini (amit-amit kali).

Dan hari itu hari sabtu. Rencananya mau pulang siang-siang habis ujian, tapi saya baru ingat kalo siang ini sampai sore udah ada janji dengan kawan-kawan satu geng pengajian buat ngumpul-ngumpul. Selesai acara itu ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat. Yah apa boleh buat akhirnya saya memutuskan pulang malam setelah selesai maghriban aja.

Sebelum berangkat pulang kampung, tiba-tiba saya mendengar lagu Afterlife-nya Avenged Sevenfold versi keroncong bunyi dari dalam perut saya. Akh, ni lambung nuntut minta isi makanan rupanya! Mau masak, takutnya pulang makin larut malam. Saya rogoh kocek saya ternyata uang saya hanya tersisa 4 ribu rupiah. Alhamdulillah lumayan buat beli roti di toko dekat rumah kontrakkan, bisa sedikit nunda lapar sebentar. Saya pun jalan kaki dengan gontai (kalo ngesot takutnya dikira orang setan) ke toko tersebut, namun kaki saya makin lemes ketika tau kalo toko tersebut tutup! Ya udah, mending langsung berangkat aja kalo begini.

Tanpa pikir panjang lagi saya starter motor saya dan langsung melesat bagaikan Batman yang mau siskamling menembus angin malam minggu di Kota Banjarbaru. Tak begitu terasa Bandara Syamsudin Noor sudah lewat, bundaran trisakti lewat, tugu Gambut juga lewat. Syukurlah akhirnya tiba juga di kota tercinta. Kota tempat kelahiran saya, dimana saya tumbuh besar di dalamnya, dimana saya belajar apa itu kehidupan. Meskipun dengan segala kesemrawutannya, dengan jalannya yang pada becek kalo hujan dan berlubang-lubang yang ketika saya melintasinya bersama motor saya tersayang seakan-akan sedang terjadi gempa dengan kekuatan 10 skala richter. Tapi tetep aja ni kota banyak menyimpan kenangan yang begitu bernilai dan berharga. Banjarmasin, i’m coming!

Dan atas izin serta berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa (kayak sambutan acara sunatan massal aja), saya berhasil juga sampai di gerbang kota yang baru di bangun. Tapi, awas! Oh tidak, saya nggak sempet lagi menghindari jalan yang hancur berlubang-lubang tepat di bawah gerbang kota yang agak megah itu (kontras banget ya). Terasa juga jadinya gempa 10 skala richter yang diceritain tadi. Syukurlah dengan teknik berkendara yang saya dapat dari rival main kelereng waktu kecil dulu, Valentino Rossi, saya berhasil menjaga keseimbangan dan ngeluyur ninggalin permukaan jalan yang nggak rata itu tadi.

Jalan teruslah pokoknya, rumah saya tinggal 4 kilo lagi. Mantepnya dengan sisa jarak segitu saya merasakan sesuatu yang abnormal pada motor saya. Kok jalannya oleng-oleng gitu yak? Setelah saya anamnesis lebih lanjut tuh motor akhirnya saya bisa menegakkan diagnosis kalo ternyata motor saya mengalami kebocoran di ban depannya! Tidaaakk!!! Bocor ban di saat krusial begini! Ini pasti efek samping yang ditimbulkan jalan ‘bedugul’ tadi. Dengan memformulasikan berbagai rumus fisika mulai dari rumus v = s x t sampai teori relativitasnya Newton (betul nggak sih) didapat hasil perhitungan kalo saya gak bakalan sanggup nuntun motor dengan perut kosong untuk menempuh jarak 4 kilometer. Kesimpulannya saya musti bawa motor saya ke tempat dokter spesialis tambal ban terdekat. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 8.30 malam, semoga aja ada dokter spesialis tambal ban yang masih buka prakteknya jam segini.

10 meter, 20 meter, 50 meter, rasanya udah jauh nuntun motor tapi kok masih belum ada keliatan juga volkanisir terdekat. Dan setelah sekitar 343,789 meter saya berjuang, saya dapatin juga praktek tambal ban yang udah lama saya nantikan dan rindukan. Saking girangnya melihat paman tambal ban waktu itu seakan-akan saya sedang melihat seorang malaikat yang mengulurkan sayapnya ke arah saya dan melihat alat tambal ban yang sebenernya amat sederhana itu seakan-akan saya sedang menyaksikan gadget tercanggih yang pernah ada di dunia. Seringai paman tukang tambal ban pun seketika menjelma menjadi senyum terindah yang pernah saya lihat!

“Ban depan yang bocor ya?”, ucap beliau. “Iya Pak”, jawab saya sembari berpikir ya iyalah udah jelas keliatan kok kalo yang bocor itu ban depan, bukannya ban belakang apalagi ban kiri atau kanan. “Tunggu sebentar, lah. Aku ngurus yang ini dulu,” Ternyata ada dua motor yang sedang dirawat oleh paman tambal ban tersebut. Terpaksa nunggu antri dulu ceritanya nih.

Sambil merenung meratapi nasib, tiba-tiba saya menyadari sesuatu yang memilukan.. Uang saya kan cuma ada 4 ribu rupiah! Dengan perasaan tak menentu saya tanya paman tambal ban : “Pak, berapa ongkos nambal bannya?” Jawab beliau, “5 ribu ding ai”. “Oooh..” jawab saya sok tenang, padahal dalam hati kalang kabut dan shock berat seketika itu juga. Apa yang harus saya lakukan nih??? Aaarrrggghhh…!

Maka saya pun berpikir memeras otak gimana caranya ngedapatin seribu rupiah dalam waktu sekejap. Mata saya terpaku pada beberapa pengamen yang asyik mendendangkan lagunya di sebuah warung makan tepat di samping tempat saya nambal ban. Ini dia! Gimana kalo ngamen aja? Namun setelah dipikir-pikir mending nggak jadi aja deh. Soalnya saya nyadar diri kalo suara saya yang mirip Josh Groban kesedak biji mangga ini cuma bakal bikin orang nggak nafsu makan. Apa boleh buat, cari cara lain!

Lalu terbersitlah sebuah ide yang agak konyol. Gimana kalo nyari teman yang kebetulan lewat di jalan raya aja, boleh jadi ada yang mau nyinggahin saat liat keadaan saya yang bikin miris hati ini. So, saya mulai mengamati orang-orang yang berseliweran lewat di Jalan Raya Ahmad Yani tersebut, mungkin aja ada tersembul wajah teman saya yang bisa saya kenali. Tapi makin lama melototin jalan kok saya makin ngerasa gak enak? Heh, pantesan, sebab mulai tadi yang terlihat liat di jalan adalah pemandangan yang betul-betul memuakkan. Sebenernya sih pemandangan ini dimulai saat berangkat dari Banjarbaru tadi. Yaitu pemandangan pasangan muda-mudi yang mengendarai motor dengan pose yang seharusnya tak patut dipertontonkan ke depan umum, apalagi di jalan raya. Nggak tau apakah orang-orang punya agama atau nggak. Tapi yang jelas kalo dalam ajaran Islam apa yang mereka lakukan itu adalah perbuatan dosa yang azabnya benar-benar mengerikan. Dengan berpelukkan mesra di atas motor kayak gitu, entah berapa combo dosa yang mereka peroleh. Mulai dari dosa berduaan di atas kendaraan (kalo mereka emang bukan muhrim) lalu berpose yang hampir mendekati zina itu. Belum lagi pakaian ceweknya, hii. Kurang kain atau emang miskin? Saya mengutip perkataan dalam buku “Jangan Sadarin Cowok”, kalo cewek yang dengan bangganya memamerkan auratnya sama aja dengan barang obralan yang pastinya murahan. Soalnya aurat itukan hal yang eksklusif yang nggak pantas diobral kesana kemari yang cuma bisa diperlihatkan kepada pasangan hidupnya kelak. Barang eksklusif, pastinya beda pengunjungnya dengan barang obralan, kan.

Oke, kembali ke inti permasalahan kita (lo aja kali) yang sangat urgen, yaitu penambalan ban (gak penting banget padahal). Kayaknya saya udah kehabisan akal buat nyari duit 1000 rupiah secara instan. Maka dengan terpaksa saya ngeluarin jurus ampuh terakhir yang efektif dan efisien serta berdaya akurasi tinggi. Apakah itu? Gak lain en gak bukan yaitu : ngutang! Dengan wajah yang pastinya menimbulkan rasa kasian bagi yang ngelihatnya, saya berkata lirih kepada sang paman tambal ban. “Maaf Pak, uang saya cuma ada 4000 sekarang ini. Jadi terpaksa saya ngutang 1000 dulu, ya. Nanti kalo bannya sudah ditambal, saya bakal pulang bentar ngambil uang buat bayar sisanya, Pak.” Glek, perasaan tak menentu kala mendengar reaksi sang paman tambal ban. “Hmm, ya bisa,” kata beliau tanpa ekspresi yang gak bisa ditebak. Huff syukurlah, walaupun rasanya gak enak juga tapi alhamdulillah lah, beliau mau berbesar hati ngutangin saya.

Sambil nunggu tambalisasi, saya menyaksikan cara kerja menambal ban tersebut secara seksama. Gak usah dideskripsikanlah bagaimana lengkapnya proses tersebut, kalian yang berpengalaman dalam pekerjaan ini pasti udah pada tahu kan. Setelah penambalan selesai, saya berkata “Ini pak uangnya 4000 dulu, ya. Tunggu nanti saya ambil 1000 nya sebentar,” saya menyodorkan uang terakhir di dalam dompet. “Biarin aja dek yang seribu itu saya relakan saja,” ucap beliau sambil menerima uang tersebut. “Beneran, pak?” “Iya, nggak apa-apa,” sekali lagi beliau menegaskan. Alhamdulillah! Ternyata baik bener paman tambal ban satu ini. Setelah berterima kasih saya pun melanjutkan perjalanan pulang.

Di perjalanan, saya berpikir walaupun malam itu bener-bener malam yang tragis (lebay banget yak) tetapi banyak hal yang musti saya syukuri. Hal yang patut disyukuri pertama adalah ketika saya batal beli roti karena toko dekat rumah waktu itu tutup. Seandainya uang saya yang cuman 4000 itu dibeliin roti, maka gak ada uang sepeser pun yang tersisa buat bayar biaya tambal ban. Hmm, Allah emang selalu Maha Tahu apa yang terbaik ternyata. Yang kedua, harus disyukuri kalo di sekitar TKP kebocoran ban masih ada tempat penambalan yang buka praktek malam-malam begitu. Belum lagi sang paman tambal bannya adalah orang yang baik hati, yang udah mau merelakan penghasilannya berkurang seribu rupiah karena saya. Yang ketiga, dan yang terpenting, saya masih diberi keselamatan dalam perjalanan, walau hampir aja saya ambruk bersama motor saya di tengah jalan akibat jalan yang gak mulus tadi. Sehingga saya masih bisa menikmati hidup, nulis artikel ini dan berbagi pengalaman yang terlalu gak penting ini kepada kalian semua, hehehe.

Saya teringat dalam suatu pengajian sebelum kejadian ini, ustadz yang ngasih materi bilang bahwa sesungguhnya nikmat dari Allah SWT itu cuma akan bisa kita rasakan jika kita mau mensyukuri apa aja yang udah diberikan oleh-Nya kepada kita. Emang, terlampau banyak nikmat-nikmat yang sering kita sepelekan dan gak kita syukuri sampai-sampai kita gak tau kalo itu juga nikmat dari-Nya. Contohnya adalah kesehatan, rezeki yang tercukupi, iman yang masih ada dalam diri, dan lain-lain. Dalam beberapa hal dan kondisi, tak jarang juga kita menganggap apa yang diberikan oleh-Nya bukanlah sesuatu yang kita sukai. Padahal ini hanya karena kita belum paham, bahwa dibalik semua itu Allah mempunyai rahasia yang terlampau indah untuk manusia yang mengimani-Nya.

“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?
(TQS ar-Rahmaan ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77)

Pesan moral: Jadilah tukang tambal ban yang baik, tidak sombong dan rajin menabung..

(Ketika malam minggu terasa lebih istimewa)

Antara Kebiasaan & Pembiasaan


Kebiasaan bagi banyak orang merupakan sesuatu yang seolah tak bisa dihilangkan dari dirinya. Kebiasaan bangun kesiangan, selalu terlambat masuk kelas, menunda-nunda pekerjaan, malas membaca buku merupakan beberapa contoh kebiasaan yang buruk, tak hanya merugikan diri sendiri namun tak jarang orang lain pun ikut terkena dampaknya.

Melakukan perubahan memang tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Setiap perubahan, apakah itu menjadi lebih baik atau lebih buruk, pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang melakukannya. Karena dengan melakukan perubahan pastinya akan melanggar kebiasaan yang sudah identik melekat dalam diri. Yang patut dipertanyakan secara tegas dalam hati kita masing-masing adalah : apakah kita ingin menjadi orang rugi, yang hidupnya hari ini sama dengan kemaren? Relakah kita menjadi orang yang hina yang hari esoknya bahkan lebih buruk daripada hari ini?

Sukses, tentunya adalah dambaan bagi setiap orang. Sayangnya banyak orang yang ingin sukses tapi ia tidak menyiapkan dirinya menjemput kesuksesan tersebut. Berbagai kebiasaan buruk yang tak dihilangkan artinya sama saja membiarkan dirinya terkungkung dalam sebuah penjara untuk mempersiapkan diri menyambut kesuksesan. Dan sekarang, sudah seharusnya kita mengenyahkan doktrin yang telah tertanam dalam pikiran kita, bahwa kebiasaan itu sulit dihilangkan!

Kebiasaan itu tentunya tak muncul secara otomatis. Seberapa yakinkah Anda bahwa kebiasaan bangun kesiangan itu sudah ada sejak Anda baru lahir di dunia? Kebiasaan muncul akibat dari adanya PEMBIASAAN. Membiasakan diri bangun pagi maka akan menjadi kebiasaan Anda bangun pagi setiap hari nantinya. Membiasakan diri merokok sejak usia muda maka merokok tetap akan menjadi kebiasaan sampai usia dewasa.

Pembiasaan inilah kunci untuk menumbuhkan kebiasaan baik maupun mengenyahkan kebiasaan buruk. Bagaimana caranya? Jika Anda memiliki kebiasaan buruk, maka sekarang lakukanlah pembiasaan yang berlawanan dengan kebiasaan buruk Anda itu, atau mudahnya, mengalihkan perhatian Anda dengan kebiasaan baru yang lebih bermanfaat. Kebiasaan bangun kesiangan bisa diatasi dengan pembiasaan olahraga 15 menit di pagi hari pada pukul 5 subuh. Kebiasaan merokok bisa dialihkan dengan pembiasaan diri menghindari rokok, mulai dari mengunyah permen karet hingga menempatkan diri di ruang yang di dalamnya terdapat larangan untuk merokok.

Masih terasa sulit? Itu sekali lagi karena pikiran Anda sendiri yang mensugestikan bahwa hal itu sulit. Sebab Anda bukanlah seperti apa yang Anda inginkan, tetapi Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan. Tak cukup jika hanya sekedar ingin berubah. Pikirkanlah bagaimana Anda harus berubah, mulai sekarang.

(Orang ngaco yang kena sindrom lagi gak bisa tidur)

Minggu, 03 Januari 2010

Merindukanmu..


“…kemudian akan tegak kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian…”
(HR Ahmad)

Pernah dengar bunyi hadits yang di atas sebelumnya? Atau pernah dengar yang namanya ‘Khilafah’ yang disebut pada hadits ini?
“Khilafah, makanan apa lagi tuh?” Gubraaaak!! Makanya jangan cuma jadi anak rumahan yang cuma bisa nonton acara wisata kuliner dong. Tapi jadilah anak punk (punk’ngajian’, hehe). Mungkin kita juga sering dengar banyak orang-orang baik teman kita, ustadz, aktivis dakwah, dan lainnya ngomong masalah Khilafah ini. Atau di beberapa media Islam juga disebutkan istilah tersebut. Dan beberapa perhelatan akbar, seperti Konferensi Khilafah Internasional yang diadakan tahun 2007 di Gelora Bung Karno, Muktamar Ulama Nasional yang menghadirkan 5000 lebih ulama Indonesia dan internasional, juga Kongres Mahasiswa Islam Indonesia pada bulan Oktober lalu yang membahas pentingnya penegakkan Khilafah. Lalu, apa sih sebenarnya Khilafah itu? Yang jelas bukan nama makanan apalagi nama judul sinetron..

Khilafah adalah institusi yang menerapkan syari’ah (hukum Islam) pada seluruh aspek kehidupan dan merupakan kepemimpinan umum bagi umat muslim seluruh dunia. Beberapa kalangan dan juga di beberapa hadits khilafah disebut imamah, dua kata yang mengandung arti sama.

Dengan penerapan sistem Islam komprehensif, dulu Khilafah berjaya sebagai negara superpower yang sempat memiliki wilayah seluas dua pertiga belahan dunia. Sejarah pun telah mencatat fakta kegemilangan umat Islam dibawah pimpinan sang Khalifah.

Bermula dari diutusnya Rasulullah yang mulia, revolusioner sejati sepanjang masa, berdirilah negara Islam yang pertama di Madinah. Setelah Beliau wafat berlanjutlah kepemimpinan umat di tangan para Khalifah di masa Khulafaurrasyidin, dan dilanjutkan para Khalifah di masa kekhilafahan berikutnya. Maka, tunduklah dua imperium raksasa Romawi dan Persia. Terbukalah pintu gerbang Palestina dihadapan Umar sang singa padang pasir. Takluklah kota Andalusia di negeri Spanyol oleh pasukan Thariq bin Ziyad. Bertekuklututlah pasukan salib dihadapan tentara Salahuddin al Ayyubi. Jatuhlah kota besar Konstantinopel ke tangan Muhammad al-Fatih. Meluaslah daerah negara Islam dari Asia hingga ke Afrika bahkan Eropa.

Keadaan rakyat waktu itu sungguh sangat sejahtera, makmur dan aman sentosa. Teringatlah kita kala sang khalifah Umar bin Abdul Aziz bingung dengan melimpahnya harta di kas negara, bahkan rakyatnya di Afrika tak ada yang mau menerima zakat. Saking sentosanya sampai-sampai serigala tak mau menerkam hewan ternak yang tak dijaga penggembala. Kriminalitas sangat-sangat jarang terjadi. Dan tak hanya umat Islam, kaum agama lain seperti Nasrani dan Yahudi puas dengan kepemimpinan Islam sehingga mampu berdampingan hidup dengan tentram dan damai.

Kemajuan pesat juga terjadi di bidang sains dan teknologi maupun ilmu pengetahuan lainnya. Ketika orang Eropa masih berpikir bumi itu datar dengan monster yang menjaga tiap ujungnya, Khalifah al-Makmun abad 11 M telah menemukan peta bumi dan langit dan al-Idrisi berhasil membuat bola dunia dari perak 1 abad setelahnya. Buku kedokteran karya Ibnu Sina, al-Qanun al Qanun fi ath Thibb, dianggap sebagai ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap di zamannya (kurun abad XII s/d XIV M) dan menjadi referensi utama fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi Eropa. Teknologi perang sangat maju, seperti penggunaan mesiu, pistol, roket dan lain-lain. Nggak usah saya paparkan di sini semua ilmuwan beserta temuan dan kontribusinya pada bidang ilmu pengetahuan, pasti kalian sampai bosan ngebaca saking banyaknya (cari aja di buku atau sumber lain, itung2 nambah wawasan juga kok).

Pantas lah seorang intelektual Barat pernah berujar:“Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku… Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal sebelumnya.”
(Carleton S saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 hingga 1600 dalam Ceramahnya tanggal 26 September 2001, dengan judul “Technology, Business, and Our Way of Life: What’s Next”).

Kawan, itu baru segelintir fakta yang menunjukkan betapa luar biasanya keadaan umat Islam saat itu. Dan ini bukanlah cerita dongeng penghibur anak kecil yang sedang nangis, sekali lagi ini fakta sejarah! Kalau pun banyak di antara kita yang nggak tau bahwa umat Islam pernah berjaya dalam naungan negara Khilafah, itu karena pihak yang membenci Islam selalu menutup-nutupi dan memanipulasi sejarah-sejarah yang ada.

Sayangnya, seperti kata sobat masa kecil saya, Ariel peterpan, tak ada yang abadi. Kedigdayaan Khilafah akhirnya runtuh, bukan, tapi diruntuhkan oleh seorang pengkhianat agen Inggris Mustafa Kemal Pasha dengan konspirasi keji yang dirancang dengan rapi. Dan atas jasa manipulasi sejarah jugalah kita malah mengenal pengkhianat ini sebagai Bapak Turki, Pembaharu Turki, dan gelar palsu lainnya yang sangat menghina kita. Mustafa Kemal pada tahun 1924, tepatnya tanggal 3 Maret, mengubah sistem Khilafah menjadi sistem republik, mengusir khalifah terakhir Sultan Abdul Majid, mencampakkan syari’at Islam yang dulunya menjadi aturan bernegara dan memilih aturan Barat sebagai penggantinya.

Dan tanpa Khilafah, umat Islam saat ini terpecah belah dalam batas negaranya masing-masing. Dengan mudah negara kafir penjajah mulai menginvasi negeri-negeri kaum Muslim. 8 Maret 1945 sampai 1963 1,5 juta rakyat sipil dibunuh oleh tentara Prancis. Tahun 1947 di Kashmir lebih dari 70 ribu orang syahid. Di Bosnia 11 Juli 1995 pembunuhan massal yang dilakukan tentara Serbia atas izin PBB di Sebrenica menewaskan 8.373 orang. Di Aljazair, di Checnya, Afghanistan, Palestina... Tidak, nggak usah saya ceritakan lebih jauh, terlalu keparat perlakuan kaum kafir kepada saudara-saudara kita di sana..

Negeri-negeri muslim yang lain juga dijajah walaupun tak secara fisik. Lihatlah para penguasa boneka yang begitu mudahnya menurut kepada kaum kafir. Tak punya harga diri! Ikut-ikutan mengambil sistem dan paham dari Barat yang jelas bobroknya kayak demokrasi, kapitalisme, dan sebagainya. Sikap mereka cuma diam ketika umat Islam yang bahkan negara tetangganya dibombardir secara biadab. Paling juga mengecam supaya dianggap peduli, padahal nggak ada gunanya sama sekali. Tapi anehnya menerima dengan tangan terbuka, berfoto begitu mesra dan menjamu makan penguasa kafir yang telah membantai umat Islam. Kebijakan politik selalu sarat kepentingan asing. Benar-benar pengecut, lebih takut pada orang kafir dibanding kepada Tuhannya sendiri ternyata.

Generasi muda Islam makin jauh dari agamanya. Dicecoki oleh gaya hidup rusak mulai dari pergaulan, mode, budaya melalui media yang nggak mutu sama sekali. Akhirnya rela membebek dan berkiblat pada gaya hidup Barat dengan alasan ngikutin trend. Pergaulan makin parah, pacaran sampai zina (na’udzubillah) sudah dianggap biasa.

”Ih, loe itu homo apa kagak laku-laku?” begitu celetukan yang ditujukan pada orang yang istiqomah menjaga prinsipnya. ”Ngapain sok ceramahin gue, loe. Dasar sok ustadz.” Eh, malah dikatai begitu saat mencoba menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran. Ckckck, parraaahhh!

Di lini kehidupan lain pun umat Islam makin tertinggal jauh. Pendidikan yang makin terkebelakang, kemiskinan merajalela. Ajaran Islam dilecehkan, al-Qur’an dibuang ke toilet, membuat kartun hina dengan maksud menggambarkan Nabi Muhammad. Kita paling cuma bisa menggeram marah, mengutuk, sekali lagi tanpa bisa melakukan tindakan nyata. Aaaahhhh, apa-apaan ini! Predikat umat Islam sebagai umat terbaik dikemanakan!

Maka membandingkan kehidupan Islam di zaman Khilafah dulu dibandingkan keadaan umat tanpa Khalifah sekarang sungguh amat berbeda. Yang dulunya hidup mulia sekarang jadi terpuruk dan terhina. Apa yang musti kita lakukan? Syukurlah saya yang sebenarnya tergolong bejat ini sempat ’diculik’ buat ikut ngaji Islam oleh sahabat-sahabat saya. Sehingga saat ini saya bisa merasakan betapa rindunya diatur kembali oleh syari’at Islam yang mulia dan memuliakan.. (mungkin bersambung)

Apa Kekuranganmu?


Pertanyaan ini dilontarkan kepada saya ketika wawancara untuk seleksi kepengurusan organisasi HIMA di jurusan (HIMA = Himpunan Mahasiswa, bukan Himpunan Maling Ayam, maaf nyinggung profesi loe). Sebelumnya, saya juga ditanya apa kelebihan yang saya miliki. Masing-masing pertanyaan harus dijawab dengan lima jawaban, maksudnya kita diminta menyebutkan lima kelebihan dan lima kekurangan yang ada pada diri kita.

Hmm, sekilas ini merupakan pertanyaan yang sangat sederhana, dan mungkin mudah bagi sebagian orang untuk menjawabnya. Tapi bagaimana dengan saya? Aaargggghh, tidak! Ternyata saya kesulitan menjawab pertanyaan itu (jadi kapan inhalnya nih?).

Sebenarnya saya punya jawaban yang bagus. Tapi waktu itu tidak saya gunakan. Kenapa? Baiklah, akan saya uraikan dalam bentuk dialog berikut ini:

Pengurus HIMA : Apa kelebihan kamu, dek?
Saya : Ngg... Kelebihan saya, terlalu banyak kekurangan yang ada pada diri saya, Kak..
Pengurus HIMA : Apa? Kalau begitu sebutkan kekurangan yang ada pada dirimu?
Saya : Kekurangan saya, nggak punya kelebihan, Kak.
Pengurus HIMA : Jeniuus! Kamu pantas jadi Ketua HIMA selanjutnya, dek!

Begitulah, karena saya nggak sanggup jadi Ketua HIMA dengan memikul tanggung jawab yang begitu besar, saya nggak jadi menjawab seperti itu.

Pren, kita harus senantiasa melakukan evaluasi diri agar ke depannya bisa menjadi jauh lebih baik. Parah banget kalau nggak ada perubahan sama sekali pada diri kita sementara umur selalu berkurang dan waktu terus berjalan. Bahkan kata Baginda Rasulullah tercinta, orang yang hari ini sama dengan hari kemaren adalah orang yang rugi, dan orang yang hari ini keadaannya lebih buruk dari hari kemaren adalah orang yang celaka.

Dan inilah pentingnya mengapa kita harus bisa mengenal diri kita jauh lebih baik, ketimbang kita mengenal orang lain atau orang lain mengenal kita. Kita harus tahu apa saja kekurangan yang kita miliki sehingga kita bisa berusaha memperbaikinya. Dan kita wajib menemukan kelebihan apa saja sih yang kita punya supaya dapat kita pertahankan dan optimalkan untuk manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain dan lingkungan sekitar. Tentunya tanpa adanya rasa ujub dan takabur. Buat apa sombong? Toh cuma Allah yang punya sifat Maha Sempurna, kan. Lagian, bukankah belum tentu kelebihan kita mampu menutupi banyaknya kekurangan yang dimiliki?

Huff, tapi itulah bodohnya saya. Saat diminta menyebutkan lima kelebihan yang saya miliki, alhamdulillah saya bisa melakukannya. Tetapi selanjutnya ketika ditanya tentang kekurangan, entah kenapa saya cuma bisa memberikan empat jawaban dan akhirnya sempat bungkam ketika memikirkan apa kekurangan saya yang kelima. Kakak pengurus HIMA yang mewawancarai saya terus menekan saya, katanya ”Artinya kamu cuma tahu kelebihanmu saja? Tentang dirimu sendiri saja tidak tahu, bagaimana mau mengurus organisasi?” Jleb, panah itu menancap tepat di jantung. Dan tanpa pikir panjang saya menjawab, ”Itulah kekurangan saya, bahkan kekurangan saya sendiri pun saya tak tahu..”

Melangkah keluar dari ruang wawancara, saya teringat dengan seabreknya kekurangan yang seharusnya saya sebutkan, dan satu kekurangan yang saya rasa cukup parah yaitu : pelupa.

Betapa hinanya makhluk-Mu ini ya Rabb!

Jumat, 01 Januari 2010

Agent of Change


Pemuda. Sosok yang sering kali orang bilang sebagai calon-calon pemimpin masa depan, penentu kehidupan suatu bangsa di waktu yang akan datang. Kehadirannya acap kali membawa harapan besar bahwa ialah yang akan menjadi agen-agen perubahan.

Lihatlah.. Berbagai peristiwa besar pada bangsa ini tak lepas dari peran pemuda. Kemerdekaan dan reformasi. Ini contoh nyata bahwa memang generasi muda tak bisa diremehkan ketika mereka unjuk gigi. Tak terlalu berlebihan jika Bung Karno pernah mengatakan : ”Berikan aku sepuluh orang pemuda, maka aku akan mengguncang dunia!”

Pada masa muda seseorang akan dibawa pada kematangan berpikir yang akan melahirkan sikap kritis, yang selanjutnya juga berpengaruh pada tingkah laku. Masa ini seharusnya adalah ketika seseorang takkan tenang kalau cuma diam, minimal ia akan berupaya untuk mencari perhatian. Masa ini seharusnya membuat seseorang ingin menunjukkan esksistensinya, bahkan kalau bisa akan membuatnya berteriak, ”Lihatlah, kalau aku ada!”.

Tapi tentu kita tak butuh hanya sekedar eksistensi. Jika hanya itu, tengok saja begitu banyak akhirnya yang malah tersesat dalam upaya pencarian jalan jati dirinya. Membentuk suatu komunitas dengan gaya yang khas, dengan maksud menyalurkan kreativitas, namun malah menjadi tak ada gunanya sama sekali, tak memberikan kontribusi pada lingkungannya. Malahan, fakta bahwa mereka ada merupakan masalah, menjadi beban bahkan sebagian orang berpikir bahwa mereka hanya kumpulan pengganggu tengik dan sebaiknya disingkirkan.

Mencari jati diri, memikirkan apa tujuan hidup, apa yang ingin dicapai. Mengkritisi kenyataan yang ada saat ini, apakah keadaan sekarang persis seperti yang diharapkan? Apakah sudah sesuai dengan tujuan dari segala tujuan hidup di dunia? Hal-hal ini sepatutnya cukup untuk menggelitik dan menggertak seseorang, khususnya pemuda untuk bangun dan berpikir lalu melakukan sesuatu yang bernilai.

Tapi, sudahkah pemikiran itu terlintas dalam benak? Fakta lagi, sekarang mereka yang mempunyai pemikiran seperti itu adalah minoritas. Mengutip perkataan seorang penulis sebuah mini magz, kebanyakan pemuda menganggap permasalahan terbesar yang mereka hadapi adalah masalah percintaaan! Dan tentu saja, percintaan ala hedonisme bukan cinta yang berdasarkan pada Sang Maha Pencinta. Hah, dikemanakan permasalahan-permasalahan besar yang menyangkut kehidupan, jika yang mereka pikirkan dengan keras adalah bagaimana bermaksiat dengan pacarnya besok hari? Sadar bung, ini dunia bukan cuma kita yang berpijak di atasnya. Masih tak peduli, silakan aja buat dunia sendiri. Bumi sendiri, jauh-jauh sana ke luar angkasa, hahaha.

Benar kan? Dunia yang kita tinggali ini pasti punya aturan mainnya. Yang paling tahu aturan apa yang paling baik dan sempurna tentu Yang Menciptakan dunia ini, kan? Kita juga, umat manusia pastinya harus melaksanakan aturan itu, karena kita juga adalah produk hasil karya-Nya. Yah, kecuali jika yang membaca tulisan ini ngakunya bukan manusia, silakan aja berhukum dengan hukum yang bukan untuk manusia. Berhukumlah dengan hukum anjing, misalnya, yang buang air dimana pun di tempat yang dia mau. Atau berhukum dengan hukum ayam, yang jika ingin memuaskan syahwatnya langsung aja nguber-nguber lawan jenisnya tanpa ampun dan permisi. Atau hukum kambing, yang bebas semaunya makan tanaman orang yang bukan haknya.

Sudah tahu kalau kita manusia punya aturan tapi tetap tak mau menjalankannya? Contohlah sebuah perusahaan, direktur perusahaan itu pasti punya seperangkat aturan yang harus ditaati karyawannya. Bagaimana jika si karyawan ngotot tak mau mengikuti aturan itu? Jelas si direktur wajib marah, karena pasti perusahaannya bakal tak berjalan sebagaimana mestinya, bahkan bisa jadi akan bangkrut. Jadi, pecat saja karyawan itu, beres kan? Nah, bagaimana, mau dipecat jadi manusia? Paling tidak, predikat yang kita sandang sebagai manusia harusnya dilepas karena dengan sombongnya menolak diatur dengan aturan manusia yang dibuat oleh Pencipta manusia.

Nah, kalau kita sudah bisa berpikir, tentunya dengan pemikiran cemerlang (al fikr al mustanir), maka sudah pasti akan menimbulkan kesadaran. Kesadaran bahwa dirinya manusia, makhluk yang seharusnya memiliki tujuan untuk apa dirinya hidup. Jelaslah bahwa hidup kita semata-mata hanya untuk mengabdi pada-Nya, menjalankan segala perintah-Nya. Karena kita berasal dari-Nya dan akan kembali pada-Nya. Jika sadar bahwa segala sesuatu saat ini tak berjalan sebagaimana mestinya, maka pergerakkan sudah seharusnyalah dilakukan. Pergerakkan itulah yang pada akhirnya bakal menghasilkan perubahan.

Dan sekarang, saatnya memfungsikan predikat agent of change yang dengan penuh asa dilabelkan pada kita, kawan. Saatnya menyadari bahwa lingkungan sekitar bahkan dunia sedang perlu turun tangan kita. Fakta-fakta yang menuntut kita untuk melakukan perubahan. Terakhir, sebelum melakukan perubahan pahami dulu: apa yang ingin kita ubah, bagaimana cara mengubahnya, dan mau mengubahnya menjadi apa. Jika tidak, maka perubahan hanyalah suatu omong kosong.

”Sesungguhnya Allah takkan mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum tersebut mengubah keadaannya.” (QS Ar-Ra’d : 11)

1 Januari 2010,
baru sadar udah hampir satu semester jadi mahasiswa!
(Saatnya jadi lebih sedikit dewasa, hehe)

.