Pages

Minggu, 12 Januari 2014

Takdir & Doa

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dirawat di rumah sakit, bangsal anak, dengan diagnosis malaria serebral disertai black water fever. Pasien ini datang dengan kesadaran yang sudah menurun setelah kejang di rumah, tubuhnya berwarna pucat kekuningan akibat hancurnya secara masif sel darah merah yang dihinggapi si parasit malaria, yang itu juga menyebabkan kencingnya kecokelatan karena sisa-sisa penghancuran sel darah tersebut dikeluarkan lewat urine.

Secara teoritis dengan berbagai indikator yakni hasil lab & keterlibatan organ vital, diperkirakan prognosisnya buruk. Beberapa konsulen juga berpendapat demikian mengacu dari pengalaman. Malam dimana kami menerima pasien itu di bangsal, kami meminta doa kepada teman-teman sejawat melalui grup jejaring agar Allah berkenan menyembuhkan. Dokter spesialis mengarahkan untuk memberi terapi sesuai protap.

AlhamduliLlah terjadi perbaikan signifikan dan sekitar 1 minggu lebih pasien diperbolehkan pulang. Yang bisa diambil dari pengalaman ini?


Mutlak hanya Allah yang menyembuhkan. Dokter berusaha sesuai kaidah kausalitas, dengan keilmuannya menggunakan segala bahan yang telah ditakdirkan Allah memiliki manfaat khusus, sebagaimana api berkhasiat membakar maka artemisinin (dan golongannya dalam hal ini artemeter) berkhasiat membunuh parasit malaria.

Lalu seperti makna dari sebuah hadist (yang karena keterbatasan ilmu saya lupa lebih spesifik teks lengkap beserta perawinya), muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, doanya akan memiliki peluang jauh lebih besar untuk dikabulkan.

Dan terus berusaha saat kemampuan masih mumpuni selalu diperlukan. Karena menyerah seakan-akan bisa mendahului takdir itu tidak sopan. 

0 komentar:

Posting Komentar

.