Pages

Jumat, 03 Februari 2012

Maniak atau Yang Sejati

Jelas sekali kata revolusi bukan lagi menjadi hal yang tabu belakangan. Kita sama-sama tahu, 2011 yang lalu seluruh dunia ramai dengannya, tatkala perlawanan rakyat arab menggelombang di berbagai negeri yang dikuasai tirani dengan birokrasi penuh korupsi. Kemuakan Bouazizi yang nekat (dan konyol, bagi saya) membakar dirinya seakan menjadi agitator tunggal. Sebenarnya tidak juga, karena rakyat pun sudah keburu muak dengan keterpurukan.

Buruh yang berdemonstrasi, hingga pengamat di televisi ketika berdiskusi masalah Mesuji pun dengan semangat tinggi tak sungkan menyebut revolusi. Dan yang paling membanggakan, adalah gelombang unjuk rasa anti kapitalisme yang menyeruak di belahan bumi, yang hebatnya berawal dari negeri biang kapitalis itu sendiri. Mereka juga ingin revolusi. Maka benarlah bahwasanya demam revolusi tengah menggurita, menjadi semacam pandemik yang terus menulari satu persatu regio dunia. Baik suka maupun tak suka, baik hanya sebatas wacana hingga menjadi paradigma wajib bagi pergerakan massa.

Saya pribadi, adalah orang yang tertarik dengan revolusi. Bahkan merindukannya. Mungkin kamu juga. Namun yang perlu dicatat adalah revolusi bukan sekadar sesuatu yang an sich dan asyik. Sungguh, saya tergugah dengan satu kalimat yang ditulis seseorang di dunia maya. Yang isinya kurang lebih begini: ada perbedaan yang mendasar antara revolusioner sejati dengan maniak revolusi.

0 komentar:

Posting Komentar

.