Pages

Minggu, 30 Mei 2010

Greatest Bond

Sobat, tahukah kalian bahwa ada satu nikmat luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada kita ketika kita memutuskan untuk memilih Islam sebagai jalan hidup dan mengimani Allah SWT sepenuh hati? Ukhuwah Islam! Ia adalah anugerah suci, menyatukan hati semua umat Islam, mempersaudarakan seluruh manusia dengan akidah yang sama mulianya.
Bukankah Allah telah berfirman:

“...Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara..." (QS: Ali Imran: 103).

Bukankah ikatan persaudaran atas dasar akidah ini begitu indah? Manusia mana yang tidak mencintai saudaranya sendiri? Ukhuwah ini tentu merupakan harga yang sangat mahal, sobat. Sepantasnyalah kita mensyukuri rahmat Allah ini. Kita tahu bahwa tidaklah mudah mempersatukan bahkan sekelompok kecil umat manusia saja, namun dienul rahmatan lil’alamin ini telah mampu melakukannya.

"...Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka..." (QS: Al-Anfal: 63)

Sobat, ikatan erat ini dilandasi keimanan dan ketaqwaan. Ia menumbuhkan tunas-tunas kasih sayang, berbuahkan rasa cinta yang disirami oleh cahaya kebenaran. Ingatkah kita tatkala Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor, Auz dan Khazraj? Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa'ad bin Rabi' dan Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa'ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.

Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, "Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar." Maka Abdurrahman meminjam uang dari Sa'ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya. Subhanallah!

Sobat, ikatan ini pula yang lagi-lagi dengan indahnya memagari kita dari rasa permusuhan yang membahayakan. Wajarlah jika dalam pertalian saudara kandung sekali-sekali terdapat sedikit perselisihan kecil. Namun setelah itu mereka pastilah merasa gelisah karena akhirnya saling merasa bersalah. Hingga dengan perasaan malu-malu seorang diantaranya mendatangi seorang yang lainnya, meminta maaf dan dimulailah kembali canda tawa mereka seperti sedia kala..

"Muslim adalah saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya... tidak boleh seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam." (HR. Imam Muslim).

Dan inilah titik kulminasi keindahan dan kenikmatan ukhuwah, sobat. Surga-Nya. Ya, adakah lagi tempat yang paling mulia sebagai ganjaran untuk seorang mukmin yang hidupnya dipenuhi cinta terhadap jalan Allah, yang kasih sayangnya di berikan secara cuma-cuma terhadap sesamanya? Tidak ada! Ia akan mulia disisi Allah, mendapat ridha-Nya dan tempatnya di akhirat merupakan sebaik-baik tempat peristirahatan kelak..
Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru,

'Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga." (HR. Imam Al-Tirmizi).

***

Ukhuwah Islamiyah.. Ah, tak ada lagi kata-kata indah dari kamus manusia yang mampu menggambarkan karunia-Nya yang satu ini. Lembaran buletin sederhana ini pun tentu tak cukup untuk melukiskannya barang sedikit saja. Ukhuwah Islamiyah.. Sebuah ikatan erat yang melampaui ikatan kesukuan, daerah, bahkan ikatan kebangsaan sekalipun! Karena ikatan ini datangnya langsung dari Yang Maha Pencinta.

Namun, saat ini hati kita bagaikan teriris-iris, menimbulkan kepedihan mendalam akibat rasa sedih yang menjadi-jadi. Betapa tidak? Yang ada dari umat ini bukan lagi rasa saling mencintai. Yang ada hanyalah permusuhan, perpecahan, konfrontasi dan lenyaplah persaudaraan itu!

Oh, kemanakah engkau wahai ukhuwah islamiyah, tatkala umat Islam terpecah-pecah menjadi berbagai kelompok lalu saling mengklaim bahwa dirinya yang paling benar dan menganggap orang lain salah. Perbedaan memang sunatullah, yang seharusnya menjadikan warna umat ini beragam dan semarak, tapi bukan untuk memecah belah persatuan kukuh yang telah kita bentuk!

Oh kemanakah engkau wahai ukhuwah islamiyah, ketika sebagian dari umat ini dibantai secara keji dan biadab oleh kaum kafir, sebagian yang lain dari umat ini tak berusaha membela, bahkan merasa sakit hati saja tidak! Bukankah mereka yang mayatnya berhamburan itu saudara kita, bukankah mereka yang menjadi sebatang kara karena kehilangan sanak keluarganya itu saudara kita, bukankah mereka yang bahkan untuk tidur saja susah karena kehilangan tempat bernaungnya itu saudara kita?? Bukankah yang mengalami penderitaan itu saudara kita?!

Wahai ukhuwah Islamiyah kemanakah engkau?? Ketika para pendekar dakwah dicaci dimana-mana, ketika pembela dien ini malah dihina, difitnah bahkan disiksa. Di Uzbekistan para aktivis dakwah dibunuhi, di Turki mereka ditangkapi dan dipenjara, di Bangladesh, Palestina pun sama.. Parahnya yang melakukannya adalah penguasa yang akidahnya tak berbeda dengan akidah para aktivis dakwah, yaitu Islam! Apa yang membutakan mereka hingga berlaku seperti itu?

Di negeri ini? Tuduhan sebagai teroris, ekstremis, garis keras dan sebagainya dialamatkan kepada para pejuang dakwah. Dan yang melakukan itu adalah umat Islam sendiri, saudara mereka satu akidah. Padahal, yang dilakukan oleh penyeru dakwah semata-mata karena kecintaan mereka terhadap saudaranya yang lain. Namun mereka malah dimusuhi dan difitnah yang macam-macam.

Pantaslah umat ini terus mengalami keterpurukan. Karena umat ini terpecah belah. Karena umat ini tidak bersatu. Umat ini tidak mematuhi perintah dari Tuhan-Nya yang jelas-jelas tertuang dalam al-Qur’an, kitab yang umat ini imani segala apa yang terkandung di dalamnya..

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..” (QS: Ali Imran: 103)

Dan di penghujung tulisan ini terbersit harapan.. Sebuah tulisan memang jarang mampu mengubah pembacanya secara drastis. Tulisan juga susah menumbuhkan kesadaran, kesadaran yang memicu terjadinya pergerakan. Namun, harapannya tulisan ini adalah langkah kecil untuk membuat kita berpikir.. Bahwa umat ini harus segera bersatu dalam sebuah kesatuan yang utuh..

Semoga Allah menjadikan kita saling bersaudara karena-Nya. (ash-Shidiq)

0 komentar:

Posting Komentar

.