Pages

Sabtu, 16 Januari 2010

It's Democrazy!

(ditulis waktu masih kelas 3 SMA)

Negara kita dipuji Amerika si gembong demokrasi sebagai negara yang sangat demokratis. Bangga? Sebaiknya jangan! Apa yang mau dibanggain kalo rakyat kita masih banyak yang miskin, mati kelaparan, pengangguran, gak berpendidikan. Kenapa juga musti bangga ketika utang Indonesia masih nunggak, bunganya aja 1400 trilyun rupiah, lebih parah dari utang lo dikantin paman sekolah (ya iyalah!). Emang aneh, ternyata demokrasi yang selalu digembor-gemborkan sebagai sistem yang terbaik ternyata gak mampu mensejahterakan bangsa kita. Kenapa?

Demokrasi vs Kesejahteraan

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi itu pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Sejatinya, segala sesuatu dalam pemerintahan harus sesuai kehendak rakyat. Semua rakyat pasti pengen hidup sejahtera. Nah, kalo gitu seharusnya dengan demokrasi kita bakalan bisa sejahtera dong!
Tapi, kenyataan bicara lain bung. Demokrasi kayak sekarang ini malahan menyengsarakan rakyat. Kita alami sendiri, di jaman reformasi ini malahan semuanya makin susah aja. Contohnya, ketika harga BBM naik harga bahan pokok juga naik. Penghasilan rakyat yang sebagian besar pas-pasan, gak cukup buat mencukupi kebutuhan. Akibatnya banyak yang jatuh miskin. Karena miskin, jadi kelaparan dan sakit-sakitan. Karena sakit, musti berobat ke rumah sakit yang biayanya mahhaaalll! Kalo gak punya duit, masih bisa ke Ponari. Masalahnya, praktek si Ponari gak diijinin lagi sama pemerintah dan ditutup. Jadi, mau gimana lagi!? Hidup jadi makin gak masuk akal.

Kenapa semuanya jadi kacau begini? Kenapa BBM naik, padahal rakyat udah jelas gak mau itu terjadi? Itu karena para anggota dewan, wakil rakyat, setuju-setuju aja akan hal itu. Kan yang bikin kebijakan wakil rakyat. Kenapa biaya berobat mahalnya minta ampun? Karena pemerintah, wakil rakyat gak bikin undang-undang yang menggratiskan kesehatan yang seharusnya wajib digratiskan. Yang ada mereka biarin aja rumah sakit diliberalisasi, sehingga rumah sakit bebas nyari keuntungan sendiri dari pasien-pasiennya. Kenapa rakyat juga banyak yang miskin, padahal sumber daya alam kita banyak dan berlimpah? Cih, lagi-lagi gara-gara wakil rakyat!! Seenaknya mereka bikin undang-undang kayak UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Minerba, dan yang lainnya yang intinya membolehkan pihak kapitalis asing ngerampok harta kita, sumber daya alam itu. Padahal itu milik kita, milik rakyat! Seenaknya banget mereka serah-serahin sama orang asing, emangnya sumber daya alam itu punya bapak mereka apa!

Jelas banget kalo kebijakan yang mereka bikin gak sesuai dengan kehendak rakyat sama sekali. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat hanya menguntungkan diri mereka sendiri, atau menguntungkan kelompok-kelompok tertentu seperti pengusaha dan pihak asing. Kenapa bisa begitu?

Udah rahasia umum, kalo mau jadi anggota dewan, semisal caleg, itu perlu dana yang sangat besar, yang gak mungkin cukup dari penghasilan mereka aja. Para politisi itu minta-minta sama pengusaha atau kelompok bisnis lain agar didanai oleh mereka saat kampanye. Akibatnya ketika terpilih mereka mau saja melayani kepentingan pengusaha (bisnis) dibanding kepentingan rakyat banyak. Jadi, demokrasi itu sarana buat pengusaha dan politisi supaya bisa makin kaya, namun rakyat hanya menderita dan ternganga.

Anehnya, walau udah tau kesejahteraan tak kunjung datang, demokrasi tetap aja dengan enjoynya dilaksanakan. Ketika sebenarnya masih sangat banyak kebutuhan rakyat tak dipenuhi, pemerintah dengan mudahnya menggelontorkan dana sebesar puluhan trilyun rupiah untuk mengadakan pemilu 2009. Bahkan kalo dihitung, penyelenggaraan pemilu dan biaya yang dikeluarkan para caleg maupun partai mencapai Rp 50 triliun (jangan salah, ini duit semua coy)! Ini hampir sama dengan anggaran untuk mengatasi kemiskinan yang berjumlah Rp 57 triliun. Padahal rakyat gak merasakan langsung dana sebesar itu.

Pemilu yang mubazir ini pun gak menjamin bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Buktinya pada pemilu sebelumnya begitu banyak janji-janji yang diumbar para caleg, capres maupun partai tapi nyatanya janji itu sebatas diucapkan begitu saja untuk melengkapi pidato kampanye mereka. Hampir gak ada janji-janji itu yang benar-benar mereka tepati. Nah, banyak rakyat sekarang gak mau ketipu lagi untuk kesekiankalinya. Mereka udah bosen dengan omong doangnya para politisi. Akibatnya banyak rakyat yang cuek, bersikap masa bodoh dengan pemilu ini. Itu bisa dilihat dari tingginya angka golput di berbagai pilkada maupun pemilu legislatif 2009 tadi. Bahkan, angka golput pemilu tadi mencapai 30%! Yes, artinya kemenangan pemilu bukan di tangan partai manapun, tetapi golputlah yang keluar sebagai jawara.

Karena demokrasi tetap saja diterapkan, makanya krisis di negeri ini gak usai-usai biarpun orde baru udah runtuh. Ironisnya, para anggota dewan punya mobil mewah sampai 3 buah, rumahnya begitu megah, dan memiliki penghasilan yang wah. Belum lagi mereka juga mendapat berbagai tunjangan lain seperti kenaikan gaji atau laptop seharga puluhan juta rupiah, dan sayangnya laptop itu cuma dipakai buat main soliter belaka. Padahal, itu semua juga berasal dari duit rakyat, kan.

Demokrasi = Khayalan

Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang punya wewenang tertinggi dalam urusan negara, dan menentukan kebijakan bagi diri mereka sendiri. Pokoknya, apa maunya rakyat, itulah yang harus dilaksanakan.

Demokrasi sebenarnya lahir pada abad ke 5 SM di Yunani. Pada waktu itu dalam sejarah pemikiran politik barat di Yunani telah muncul Negara Negara kota-city state. Jumlah penduduknya menurut Herodotus dan Aristophanes, sekitar tiga puluh ribu orang. Karena itu komunikasi politik tidak terlalu sukar dilakukan dalam negara kota tersebut dan sistem Demokrasi Langsung bisa dilaksanakan secara baik di negara-negara kota itu. Orang-orang Yunani telah mengamalkan demokrasi di kota Athas dan Sparta. Keseluruhan rakyat lelaki secara langsung terlibat didalam pemerintahan, dimana mereka akan berkumpul diperhimpunan umum dan bermusyawarah didalam semua urusan pemerintahan. Mereka akan melantik seorang ketua dan akan merancang serta mensahkan undang-undang menjalankan segala perlaksanaanya dan menjatuhkan hukuman terhadap pelanggarnya. Namun demokrasi ini telah tamat bersamaan dengan tamatnya kerajaan kota Athas (Athena) dan Sparta. (www.zonapikir.co.nr)

Kalo demokrasi yang sebenarnya adalah yang seperti itu, rasanya gak mungkin demokrasi bisa diterapkan, dimanapun tempatnya. Apalagi di Indonesia yang berpenduduk ratusan juta jiwa.

Artinya demokrasi hanyalah ilusi yang gak mungkin diwujudkan, sama gak mungkinnya kalo Indonesia bisa juara piala dunia sepakbola 2010. Istilah pemerintahan rakyat hanyalah jargon untuk menghibur rakyat yang gak tau apa-apa, supaya mereka merasa dianggap dalam pemerintahan.

Gimana dengan sistem perwakilan? Hahaha, sama aja, perwakilan yang ada dalam 'demokrasi' ini pun adalah hal yang gak masuk akal. Mana mungkin 1 orang anggota dewan mewakili aspirasi ratusan ribu orang sekaligus. Yang ada para 'wakil-wakilan' itu menganggap apapun keputusan parlemen harus disetujui oleh rakyat yang udah memilih walaupun keputusan itu merugikan rakyat. Terbukti lagi, kalo 'democrazy' emang cuma tontonan bodoh bagi rakyat. Mengharap kesejahteraan dari sistem bobrok ini jelas gak bakalan bisa.

Demokrasi vs Islam

Eits, kenapa kita sekarang ngomongin Islam? Jawabnya, karena Islam adalah agamanya emak gue. Dan bukan cuma itu, Islam juga agamanya kakek gue, nenek gue, n bapak gue. Dan yang jauh lebih penting, gue, lo semua, n mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Apa hubungannya Islam dengan sistem pemerintahan? Karena kita orang Islam, maka kita musti meyakini kalo Islam itu adalah aturan yang langsung datang dari Dia Yang Menciptakan kita, dan aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Artinya, sistem pemerintahan pun juga diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman :

“Wahai orang-orang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh” (TQS Al Baqarah (2):208)

Masalahnya sekarang apakah sistem demokrasi yang sekarang kita terapkan udah sesuai dengan aturan mulia diinul Islam? Jawabnya tidak. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam.
Seperti yang udah kita ketahui, prinsip pokok demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Akhirnya, perkara benar atau salah ditentukan berdasarkan suara terbanyak atas nama suara rakyat mayoritas. Gawatkan??? Gimana kalo seandainya ada suatu negara yang mayoritasnya adalah rampok, maka bisa jadi merampok diperbolehkan asal sesuai dengan peraturan dan perundang—undangan yang disepakati bersama. Misalnya akhirnya nanti boleh aja merampok asal gak mengganggu orang yang dirampok (emang bisa??).

Kalo dalam Islam sangat jelas bahwa kedaulatan bukan di tangan rakyat, tapi di tangan syariah (hukum Allah). Hanya Allah lah yang berhak membuat hukum dan aturan bagi manusia. Sebagaimana tercantum dalam Qur'an :

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (TQS. al-An'am (6) : 57)

Artinya, segala macam peraturan pemerintahan harus merujuk kepada al-Qur'an dan sunnah Rasul. Manusia gak diijinkan bikin aturan mereka sendiri, karena itu artinya manusia berani bersikap sombong kepada Yang Menciptakan mereka. Bayangkan jika Allah udah menciptakan aturan yang sempurna bagi makhluknya yaitu Islam, tapi dengan entengnya manusia ngomong 'Ya Tuhan, yang menjalani kehidupan ini kan kami,, oleh karena itu kami sendiri yang musti bikin aturan main sendiri, gak perlu Engkau ngatur-ngatur kami ya Tuhan, oke?' Heh, apa itu gak kurang ajar?

Kalo kita amati, demokrasi juga jelas gak berpihak sama Islam. Misalnya pada masalah HAM yang merupakan salah satu bagian dari demokrasi. Dalam teori HAM siapapun memiliki hak asasi yang harus dihormati dan dilindungi. Siapapun boleh ngelakuin apasaja dengan alasan ‘itu hak gue’. Bahkan atas nama HAM, pelaku kejahatan, perzinahan dan homoseksual dan pelaku pornografi dan pornoaksi boleh aja teriak-teriak menuntut hak asasi mereka, dengan alasan mereka juga manusia. Muncul pula UU yang sarat dengan liberalisme yang mengokohkan kemaksiatan ini. Belum lagi ajaran sesat macam Ahmadiyah yang tak mampu dibubarkan dengan alasan HAM. Prinsip demokrasi yang memutlakan pengakuan terhadap liberalisme dan HAM telah menjadi pintu kerusakan moral atas nama kebebasan.

Namun, kenapa ketika ratusan ribu umat Islam di Irak dan Afganistan dibantai dengan sadis oleh Amerika (negara pencetus HAM?) hal itu dibiarkan saja!? Padahal alasan yang digunakan untuk menggempur sangat gak masuk akal, yaitu perang melawan terorisme atau atas nama demokrasi. Benar-benar Bush-uk!

Amerika, negara pencetus HAM jugalah yang begitu mendiskreditkan Islam dengan sebutan teroris. Tak ada kebebasan bagi umat Islam ketika berjilbab dilarang dan masjid-masjid dilempari kotoran di negara-negara Eropa.
Demokrasi juga gak memberi toleransi untuk umat Islam yang ingin menerapkan Islam. Contoh paling nyata, Hamas yang jelas menang pemilu secara demokratis di Palestin gak diakui kemenangannya, malahan diperangi. Lalu ketika masyarakat ingin ada perda mengenai Islam, misalnya perda miras, zakat, dan anti pornografi maka itu akan ditentang habis-habisan dengan alasan aturan-aturan kayak gitu dibuat untuk memaksakan kepentingan Islam semata.

Jadi ada dua sebab kenapa demokrasi itu haram. Pertama, demokrasi telah menjadi 'tuhan baru' yang menjerumuskan umat Islam pada kekufuran, yang memaksa untuk mengakui bahwa Tuhan tak pantas untuk mengatur manusia. Yang kedua demokrasi telah menjadi alat penjajahan untuk menghancurkan umat Islam baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Dengan adanya demokrasi di negeri-negeri Islam, Barat dapat dengan mudah mengontrol agar Islam takkan pernah bisa tegak dan Barat bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam kita serta mengekspor budayanya!

Begitulah, Islam tak mendapat tempat dalam demokrasi. Begitu juga seharusnya kita sebagai umat Isam harus menganggap demokrasi sebagai musuh berat yang terus mengancam dan takkan pernah memaafkan sang musuh ini.

Islam = Kesejahteraan

Apakah sistem pemerintahan Islam mampu mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan rakyat? Emang!!! Sistem Negara Islam yang dikenal dengan Khilafah udah terbukti mantap coy. Selama 14 abad Islam berjaya dalam Khilafah, malahan gak pernah terjadi krisis global kayak sekarang ini.

Dengan aturan langsung dari Allah SWT, dilahirkan para pemimpin yang takut kepada Allah sehingga mereka bakalan berusaha sekuat tenaga memakmurkan rakyatnya sesuai koridor syari'ah. Contohnya diantara pemimpin-pemimpin itu adalah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasyid, Mu’tashim Billah, dll.

Dan umat berada pada masa penuh kegemilangan, bukan hanya dalam urusan materi, namun juga dalam peradaban, pengetahuan, kekuatan negara, yah pokoknya semua bidanglah! Semua itu berhasil didapat tanpa ada ribut-ribut masalah kebebasan berpendapat, HAM, kesetaraan gender, atau hal-hal busuk lain yang berbau demokrasi. Umat Islam meraih itu utamanya juga karena mereka hamba Allah yang sangat bertakwa, mengarungi kehidupan tak hanya demi mendapatkan materi, tapi juga untuk keselamatan di akhirat nanti.

Kesejahteraan Islam masa itu takkan habis diceritakan di sini. Silakan aja baca buku-buku terkait kehebatan negara super power Khilafah Islam waktu dulu, dan kalian bakal ternganga saking kagumnya.

Namun kenyataan sejarah itupun hanya ada di masa lalu bukan? Bagaimana dengan sekarang? Ketika umat begitu terpuruk dalam sistem demokrasi yang sudah jelas rusak ini, akankah kita cuma bisa menostalgiakan kembali kejayaan masa lampau? Apakah kita cuma bisa ketawa-ketawa aja ngelihat berita caleg gagal masuk rumah sakit jiwa?

Ketika kita mengetahui kondisi sedang terjajah seperti ini, maka diam bukanlah sebuah solusi. Singkirkan demokrasi, bergeraklah untuk melakukan revolusi! Bergabunglah dalam perjuangan ini jika berani. Tujuan kita pasti, bawa Islam berjaya kembali.

Just duit! Dari duit, oleh duit, untuk duit.
It's democrazy capitalism.
I hate this game!!!

0 komentar:

Posting Komentar

.