Pages

Minggu, 04 September 2011

Malaria Falciparum


Anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa orangtuanya ke rumah sakit dengan keluhan utama keringat dingin dan demam tinggi tiap hari selama 4 hari. Orangtuanya mengatakan ketika demam turun, pasien menjadi basah karena keringat dan merasa kehausan. Orangtuanya juga melaporkan adanya diare, mual, dan sakit perut. Saat pemeriksaan pasien didapatkan pasien mengalami letargi dan susah bangun. Kejang umum terjadi saat di unit gawat darurat.
Keluarga pasien berimigrasi ke Amerika Serikat dari Afrika Barat 3 minggu sebelum onset penyakit sekarang.

PEMERIKSAAN FISIK
-Suhu 40 C, denyut nadi 140/menit, nafas 28/menit, tekanan darah 82/40 mmHg
-Kurus, paling tidak masih responsif terhadap perintah verbal. Pupil reaktif dan leher lunglai. Konjungtiva pucat dan pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya hepatosplenomegali.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
Hematokrit: 18%
Leukosit: 16,3/µL
Diferensial: PMN 50%, Bands 20%, limfosit 15%
Platelet: 42.000/µL

IMAGING
CT scan normal


CARA DIAGNOSIS
Daftar penyebab penyakit yang mungkin dari kasus (diagnosis diferensial) dapat dilihat pada table di bawah. Pendekatan investigasional untuk diagnosis mikrobiologis spesifik dapat dilakukan.
-Pungsi lumbal dan pemeriksaan CSF untuk menyingkirkan meningitis bacterial.
-Kultur darah untuk mendeteksi bakteri dalam darah.
-Apusan tebal dan tipis untuk parasit dalam darah.
-Pada diagnosis yang gagal, pemeriksaan serologis spesifik virus dilakukan untuk infeksi yang terdaftar.

Tabel Diagnosis Diferensial dan Kesimpulan (Pertimbangan) Rasional
Trypanosomiasis Afrika (penyakit tidur)
Meningitis aseptik
Babesiosis
Meningitis bakterial
Demam berdarah
Leptospirosis
Malaria
Demam typhoid

Pertimbangan rasional: Diagnosis harus dicari dengan teliti pada pasien yang menunjukkan gejala neurologis berat dan demam. Selalu penting untuk menyingkirkan meningitis bakterial di awal. Epidemiologi penting bagi pasien untuk menentukan riwayat yang mungkin terpapar di area endemik untuk infeksi yang bervariasi. Demam tifoid dan infeksi parasit harus dipertimbangkan. Banyak infeksi di atas yang secara geografis terbatas, jadi riwayat perjalanan jauh sangat penting. Babesiosis ditemukan di timur utara dan Amerika barat tengah atas dan leptospirosis terkait dengan paparan hewan. Demam berdarah, malaria, dan tripanosomiasis endemik di Afrika, dan dua infeksi terakhir khususnya menyebabkan demam periodik.


RANGKAIAN PEMERIKSAAN
Pasien diizinkan dan diwajibkan untuk memakai ventilasi mekanik untuk mencegah kegagalan respirasi. Pungsi lumbal dilakukan dan hasilnya normal. Kultur darah diambil dan hasilnya negatif untuk pathogen dalam darah. Berdasarkan riwayat perjalanan jauh yang diberikan, apusan darah tebal dan tipis dilakukan dan menghasilkan diagnosis.

ETIOLOGI
Plasmodium falciparum (malaria)

PROFIL MIKROBIOLOGIS
Plasmodia merupakan agen protozoa. Empat spesies Plasmodium yang infektif terhadap manusia adalah P. falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. malariae. Hanya P. falciparum yang mengancam nyawa.
Karakteristik morfologis yang terpenting dari plasmodium termasuk di dalam empat stadium perkembangan berikut:
1.      Cincin. Stadium perkembangan awal dari parasit eritrositik aseksual, sering tersusun sebagai bentuk cincin di sekitar vakuola sentral.
2.      Trofozoit. Pada stadium perkembangan selanjutnya, parasit telah kehilangan bentuk cincin dan mulai mengumpulkan pigmen. Trofozoit P.vivax berbentuk ameboid, dan eritrosit terinfeksi yang membesar mengandung sejumlah “titik Schuffner”.
3.      Schizont. Pada stadium selanjutnya, parasit mulai terbagi menjadi merozoit-merozoit dan karakteristiknya adalah adanya banyaknya titik-titik kromatin yang bersebelahan.
4.      Gametosit. Stadium eritrositik seksual (betina adalah makrogametosit dan jantan adalah mikrogametosit).

Diagnosis laboratorium dibuat dari adanya parasit di dalam sel darah merah. Tipe apusan yang didapat adalah
1.      Film tebal. Sel darah merah lisis, dan sel darah putih, platelet, dan parasit terlihat. Metode ini tidak membedakan antara Plasmodium dengan Babesia.
2.      Film tipis. Dengan metode ini, tampilan morfologis Nampak untuk membedakan antara Plasmodium dari Babesia dan untuk identifikasi spesies definitive.
Faktor-faktor berikut yang berguna dalam menentukan spesies parasit:
1.      Jumlah parasit di dalam eritrosit.
2.      Karakteristik morfologis dari parasit (contoh, bentuk gametosit bulan sabit pada P. falcifarum biasanya terdapat pada malaria berat.

3.      Derajat parasitemia (jumlah eritrosit yang terinfeksi pada apusan darah tepi): dikatakan berat jika lebih besar dari atau sama dengan 10% (pada P. falciparum [biasanya terlihat pada malaria berat])

Pemeriksaan mikroskopis kadang-kadang gagal untuk pembedaan antar spesies dalam kasus yang karakteristik morfologisnya mirip (khususunya P. vivax dan P. ovale), begitu juga pada kasus yang morfologi parasitnya berubah karena terapi obat atau pengambilan sampel yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, spesies Plasmodium dapat ditentukan dengan penggunaan tes diagnostic molecular,

EPIDEMIOLOGI
Malaria masih menjadi masalah global, dengan perkiraan 300 sampai 500 juta kasus terjadi tahunan. Empat puluh satu persen dari populasi dunia hidup di tempa dimana malaria ditularkan. Batasan geografis tercatat dengan adanya vector nyamuk Anopheles. Diperkirakan 3 juta orang mati karena malaria tiap tahun. P. vivax dan P. falciparum terhitung lebih dari 95% kasus dari semua kasus yang dilaporkan. P. malaria tercatat 4% kasus, dan P. ovale sangat jarang. Infeksi P. falciparum lebih berat dan lebih mengancam jiwa dan perlu terapi yang lebih agresif.
Anak-anak dan orang tua memiliki resiko kecil. Kulit hitam kurang terinfeksi dibanding kulit putih. Ketidakadaan gen Duffy (antigen sel darah merah) pada populasi Afrika Barat membuat insidensi kecil untuk malaria vivax. Sifat sel sabit juga memberikan perlindungan dari malaria karena sel darah merah pada sel sabit tidak cocok untuk pertumbuhan organism malaria. Insiden yang lebih tinggi pada sel sabit ditemukan pada populasi dimana kasus malaria endemik.

PATOGENESIS
Selama mengonsumsi darah, Anopheles betina yang terinfeksi Plasmodium menyuntikkan sporozoit ke dalam tubuh host (manusia), memulai siklus replikasi yang kompleks. Sporozoit menginfeksi sel hepar (stadium aseksual) dan matur menjadi skizon, yang berubah menjadi merozoit yang lalu dilepaskan dari hepar ke dalam sel darah merah dan melekat di sana melalui sisi pengikat yang spesifik pada sel darah merah (grup antigen darah Duffy untuk P.vivax dan antigen glikoforin untuk P.falciparum). Di dalam eritrosit, merozoit mengonsumsi hemoglobin dan protein lain, lalu matang menjadi trofozoit. Trofozoit mengalami pembelahan nukleus (tanpa pembelahan sel) menjadi parasit berinti 16-32 (skizon) di dalam sebuah sel darah merah. Akhirnya sel darah merah ruptur dan skizon terjepit membentuk merozoit baru, yang menginfeksi sel darah merah baru, dan siklus eritrositik terulang. Pada poin yang sama, parasit (mikro dan makrogametosit) dapat di isap kembali oleh nyamuk vektor, dimana mereka mengalami siklus seksual dalam usus tengah nyamuk untuk membentuk sporozoit yang bisa dilepaskan sekali lagi ke dalam tubuh host manusia.
Gambaran klinis malaria tergantung usia dan status imun pasien dan juga spesies parasit (contoh, P.falciparum paling virulen). Satu jenis parasit menjadi dominan dan menyebabkan sifat yang sinkron pada gejala klinis malaria. Replikasi protozoa sejenis  ini di dalam sel menginduksi sitolisis sel darah merah, menimbulkan pelepasan berbagai produk toksik metabolik ke dalam aliran darah sebanyak sel darah merah yang ruptur pada waktu yang bersamaan (host mengalami gejala mirip flu).
Anemia terjadi akibat dari lisis sel darah merah terinfeksi, penekanan hematopoiesis, dan peningkatan destruksi sel darah merah oleh limfe. Lama lama infeksi malaria menyebabkan trombositopenia. Hepatosplenomegali mengacu pada masuknya infeksi ke sel host.
Plasmodium falciparum menginfeksi semua sel darah merah (muda, usia pertengahan, atau tua) dan tingkat parasitemianya lebih tinggi daripada spesies Plasmodium yang lain. Karena merozoit yang diproduksi lebih banyak, sel darah merah yang didestruksi lebih banyak, dan sedikit Oksigen untuk jaringan tubuh menjadi masalah. Parasit mendapat energi dari glukosa, dan mereka memetabolismenya 70 kali lebih cepat daripada yang dilakukan sel darah merah, dengan cara demikian menyebabkan hipoglikemia dan asidosis laktat.
Stadium hepatik dominan (persisten) dari P. vivax dan P. ovale dapat persisten di liver seseorang yang terinfeksi, muncul pada waktu berikutnya yang lama dan memerlukan terapi obat tambahan untuk mencegah malaria relaps. Respon imunologis terhadap malaria susah diperkirakan dan mungkin melibatkan baik imunitas diperantarai antibodi maupun imunitas diperantarai sel. Periode waktu lama dari eksposur cukup bagi imunitas untuk semakin mengurangi infeksi pada orang yang berada di area endemis yang tinggi.

TERAPI
Terapi bervariasi berdasarkan spesies yang menginfeksi, area geografis tempat infeksi terjadi, dan tingkat keparahan penyakit. Ada tiga ‘r’ masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen terapi malaria, yaitu
1.      In recrudescence, jumlah terkontrol dari parasit tersisa di dalam aliran darah (tersembunyi pada sel darah merah) karena respon imun yang inadekuat atau terapi malaria yang tidak kuat. Parasit dapat mengalami reaktivasi pada keadaan trauma fisik atau imunosupresi.
2.      In relapse, sporozoit yang dorman di hati dan terreaktivasi. Sporozoit dorman disebut sebagai hipnozoit.
3.      In resistance, obat anti malaria yang tidak efektif.

Klorokuin masaih merupakan pilihan obat jika pasien diinfeksi oleh strain rentan dari spesies Plasmodium. Terapi oral klorokuin untuk strain sensitif dari P. falciparum, P. vivax, P. malariae, dan P. ovale adekuat di lokasi geografis yang sensitif obat. Organisme intrahepatik seperti hipnozoit vivax/ovale tidak diberantas dengan klorokuin, tapi dengan primakuin (yang harus digunakan untuk mencegah relaps). Untuk strain yang resisten terhadap klorokuin (biasanya P. falciparum), obat-obat seperti meflokuin, Malarone (kombinasi dari atovaquone dan proguanil), quinine (atau kuinidin intravena), atau derivat artemisinin, bisa digunakan untuk keberhasilan terapi. Doksisiklin atau klindamisin bisa dikombinasikan dengan obat-obat untuk P. falciparum. Dalam kasus-kasus malaria falciparum yang berat, transfusi pergantian darah direkomendasikan untuk mengurangi tingkat parasitemia dengan cepat.

Catatan    Morbiditas dan mortalitas karena P. falciparum lebih besar daripada infeksi Plasmodium lain karena parasitemianya yang tinggi dan kemampuannya dalam melakukan sitoadherensi. Saat sebuah sel darah merah terinfeksi P. falciparum, kenop protein dihasilkan pada permukaan eritrosit. Sel darah merah yang melengket ini lalu berikatan dengan lapisan sel endotel pada mikrovaskular otak, ginjal, paru, dan organ lain. Lalu terjadi agregasi atau rosetting dengan sel darah merah yang tidak terinfeksi, sebuah proses yang disebut sekuestrasi, dan konsekuensinya terjadi sumbatan pada kapiler-kapiler mikrovaskular di SSP dan ginjal, menyebabkan malaria serebral (keadaan fatal) dan gagal ginjal.

PROGNOSIS
Pasien yang diterapi dengan kuinidin intravena dan tansfusi penggantian darah karena level parasitemia yang tinggi (>10%). Secara bertahap sembuh, setelah istirahat yang panjang di rumah sakit dan rehabilitasi.

PENCEGAHAN
Kunci untuk tindakan preventif adalah menghindari kontak dengan nyamuk di area endemik. Penggunaan kelambu saat malam dan semprotan penangkal nyamuk berisi DEET cukup membantu. Kemoprofilaksis biasanya direkomendasikan untuk pelancong agar mengurangi resiko. Klorokuin efektif walaupun di banyak tempat yang merupakan endemik malaria P. falciparum resisten terhadap obat ini. Pada tempat-tempat ini, meflokuin biasanya direkomendasikan, walaupun doksisiklin dan atovakuin/proguanil juga efektif. Sayangnya vaksin masih tidak tersedia walaupun banyak penelitian kerja sudah dilakukan di tempat ini.

( Ini hasil tugas translate jurnal mikrobiologi, sayangnya saya lupa judul jurnalnya dan kapan ini diterbitkan. Semoga tetap bermanfaat :) )

0 komentar:

Posting Komentar

.