Bocah-bocah itu..
Turun menyusuri jalan-jalan
Memungut serpihan reruntuhan bangunan
Bukan sekedar mengisi waktu luang
Namun karena mereka paham!
Arti sebuah perjuangan
Bocah-bocah itu
Tak lagi punya waktu
Untuk bermain dengan kakaknya
Untuk bercengkerama dengan adik kecilnya
Untuk merasakan hangatnya kasih ibu
Untuk mendapat pengajaran sang ayah
Bahkan mereka tak punya waktu
Untuk sekedar menangisi kepergian mereka!
Bocah-bocah itu
Bukanlah bocah-bocah yang hilang harapan
Mereka terus bergerak dan melawan
Tak rela diam kehormatan diinjak, terjajah dan dihinakan
Menuntut hidup mulia atau mati dalam kemuliaan
Bocah-bocah itu
Adalah para prajurit intifadha
Dengan sebongkah batu dan ketapel kayu
Tak pantang menyerah menyerang tank Merkava
Walau tau mana mungkin batu dapat menembus baja
Bocah-bocah itu.
Dalam desing peluru yang setiap saat dapat menembus jantung
Di tengah dentuman bom memekakkan telinga
Di bawah curahan fosfor reaktif yang melelehkan tulang
Memekik polos akan kebesaran Rabbnya
Memejamkan mata untuk terakhir kali dan selamanya
Tersenyum dalam tenang menjemput impian
Penghargaan tertinggi dari Rabb Maha Esa
Menjadi hamba syuhada
(Tatkala keinginan untuk syahid membuncah. Ya Allah, akankah kelak kurasakan atmosfer perjuangan yang sama seperti yang mereka rasakan?)
Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Sabtu, 25 Desember 2010
Mereka Cuma Bocah?
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
12/25/2010 10:01:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Kamis, 18 November 2010
Mengenal Revolusi (Superficial)
Ketika sesuatu tak berfungsi dan tak berjalan sebagaimana kehendak kita, biasanya kita akan merasa tidak puas dan akan bergerak, melakukan hal yang berguna untuk mengubahnya kembali pada keadaan normal lagi. Tak percaya? Bayangkan seandainya kamu tak bisa kentut seharian saja, karena ada sumbatan di daerah ujung anusmu, bagaimana rasanya? Tentu itu bukan keadaan yang normal bukan? Kamu pasti sangat tersiksa, merasa gelisah bahkan tak bisa tidur memikirkan bagaimana caranya supaya fungsi kentutmu normal kembali. Sampai-sampai kamu kehilangan akal sehatmu, mengambil pisau dapur kemudian mencoloknya ke bagian ‘sana’, dan berteriak ‘auwawawaaw!’. Awalnya pasti sakit, terjadi bleeding dan sebagainya namun ketika sumbatan tadi berhasil dilubangi sehingga ada celah di sana yang membuatmu bisa kentut normal lagi, kamu bakalan merasa sangat lega. Aaahhh…!
Nah kawan, sebenarnya begitu juga keadaan kita sekarang di kehidupan nyata ini. Apakah kondisi kita sekarang sudah ideal bagi kita? Merasa nyamankah kita dengan realita yang ada? Kalau kita mau mengubur egoisme dan mau bersikap objektif terhadap fakta yang ada, tentu kita merasa bahwa kondisi kehidupan kita, manusia maksudnya, tengah berada di tingkat abnormalitas yang parah. Kecuali tadi, jika ada yang merasa bukan manusia, tapi primata lain atau bahkan anoa, maka ia akan merasa biasa-biasa saja.
Dengan menggunakan otak dan nurani, kita dapat berpikir dan merasa: bahwa jika katanya angka kemiskinan menurun namun kita menyaksikan banyak masyarakat menderita kelaparan, pasti ada suatu kelainan; bahwa jika kriminalitas makin menjadi-jadi, lalu hukum begitu mudahnya dipermainkan sehingga penjahat semacam Gayus dibiarkan enjoy nonton pertandingan tenis di Bali, ini merupakan kesalahan; bahwa jika pejabat wakil rakyat menghamburkan uang Negara untuk studi banding ke luar negeri dengan tujuan belajar etika sementara rakyatnya sangat menderita karena bencana tengah melanda, itu adalah sesuatu yang mengganggu; bahwa jika ada kepala Negara yang menyambut dengan penuh hormat presiden Negara pembantai saudaranya sementara penanggulangan korban Mentawai dan Merapi belum tuntas, itu benar-benar sangat tidak wajar.
Terlebih lagi bagi yang berikrarkan dua kalimat syahadat, mengimani bahwa tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad itu rasul-Nya. Keadaan sekarang sungguh sangat menyiksa. Karena keadaan sekarang betul-betul tidak sesuai dengan aturan yang telah digariskan Sang Pencipta. Sistem hidup berpatok pada materi, tak sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yang tertera di adz-Dzariyat ayat 56. Al-Maidah ayat 44, 45 dan 47 diindahkan, manusia lebih senang coba-coba membuat aturan hidup dengan pemikiran mereka yang relatif. Maka kekacauanlah jadinya, ketika yang diciptakan merasa lebih tahu tentang aturan hidupnya ketimbang Yang Menciptakan. Lucu sekaligus menjengkelkan kan, ketika robot yang kita bikin tak mau menaati aturan yang sudah kita rancang.
Oke, sedikit intermezzo, uji keimanan buat kita: percaya adanya Tuhan? Yakin? Kan Dia gak kelihatan, gak bisa diraba dan diterawang? Oh, kamu punya buktinya ya kalau Tuhan itu ada. Lalu Tuhan mana yang benar? Allah? Yakin loe?! Tahu dari mana? Hah, al-Qur’an? Emang al-Qur’an itu bener? Coba buktikan! Lah, masih ngotot kalo al-Qur’an itu bener. Emang loe percaya kalo semua isi al-Qur’an itu bener dari Allah, Tuhan loe itu? Kalo loe bener-bener yakin 100%, loe percaya gak kalo di dalam Qur’an Allah nyuruh motong tangan pencuri, ngerajam penzina yang udah nikah, gak boleh makan riba dan lain sebagainya? Loe mau gak nerapin aturan Qur’an sama turunannya secara keseluruhan? Gak bisa? Apa? Karena Negara kita Negara HAM dan demokrasi? Loh, emangnya HAM sama demokrasi bikinan siapa? Itu cuman akal-akalannya manusia kan? Emang bagus aturan yang mana, aturannya Tuhan atau aturan bikinannya manusia sendiri? Loh, loh, loh, dasar gak konsisten lo hahahahaha!
Bagaimana, sudah gelisah ingin melakukan perubahan? Atau malah makin bingung?? Ya udah biarin ajah kebingungan loe ituh, hahay. Ruang ini terlalu terbatas untuk membahas aqidah sebagai pondasi keislaman kita, kawan. Lebih baik kita bahas dalam kesempatan lain, seperti diskusi melalui war_on_idea@yahoo.co.id.
Lebih baik kamu sepakat saja untuk melakukan perubahan. Karena selain tuntutan fakta ini juga merupakan tuntutan keimanan. Lalu perubahan seperti apa? Tentunya perubahan yang diridhai oleh-Nya, dengan kembali menerapkan aturan-Nya secara sistemik. Yakin 100% kan sama aturan-Nya Allah? Kan aturan ini sudah sempurna, buka lagi al-Maidah ayat 3, eh tapi itu pun kalau kamu percaya sama al-Qur’an.
Oya, perlu diingatkan sekali lagi, perubahan ini haruslah bersifat mendasar dan sistemik (menyeluruh), inilah yang namanya revolusi. Nah, sudah kenal kan sama om revolusi? Ingat, bukan reformasi loh. Meski revolusi dan reformasi sama-sama menuntut perubahan dengan cepat, reformasi sifatnya tidak mendasar dan tidak menyeluruh. Contohnya, reformasi 1998 yang hanya mengganti pemimpin saja, namun sistem/aturan dasar pemerintahannya tetap tidak diubah, yaitu masih mengesampingkan aturan-Nya Allah dan mempertahankan demokrasi-sekularisme. Makanya kondisi bangsa ini tetap amburadul kan.
Ingat, dalam dunia kedokteran kita diajarkan untuk mengobati penyakit dengan mengatasi etiologinya. Bukan cuma mengobati gejalanya saja. Contohnya seperti penyakit tak bisa kentut tadi. Kalau cuma sumbatannya dilubangi dengan pisau dapur saja, tidak akan menyelesaikan masalah secara tuntas walaupun awalnya bikin lega. Cari tahu dulu apa sumbatannya, bisa jadi itu adalah tumor ganas yang akan selalu tumbuh dengan tak terkendali. Sehingga dilubangi berapa kali pun tetap akan menyumbat juga nantinya. Penanganan paling tepat ya dengan operasi mengangkat tumornya secara keseluruhan.
Nah, lalu revolusinya seperti apa? Haruskah seperti revolusi Bastille yang mengawali Reinassancenya masyarakat Eropa atau revolusi Bolchevik yang menuntut kesetaraan di Rusia? Lah kembali ke aturan-Nya tadi dong. Kan Rasulullah sudah pernah mencontohkan kalau beliau pernah merevolusi masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang saking dahsyatnya sampai kemudian menaklukkan Romawi dan Persia. Revolusi yang diajarkan jelas bukan revolusi dengan kekerasan. Tapi dengan pemikiran, tantangan intelektual.
Bicara masalah revolusi tentu takkan habis cuma sampai di sini juga. Lagipula sungguh sayang kan kalau informasi mengenai revolusi yang begitu menggiurkan ini kita nikmati dengan sekali santap sekaligus. Jangan tergesa-gesa, pelan-pelan saja, perlu proses dan seni tersendiri kok untuk memahami revolusi sampai kamu sendiri tergila-gila dengannya. Mengutip kata-kata Divan Semesta, revolusi itu tergolong sesuatu yang seksi, menggairahkan bagi orang-orang yang mengenalnya. Jangan juga jadi lupa diri, ya. Tujuan kita kan cuma satu.
(Setelah baca ini coba dengarkan S.O.S nya Bondan Prakoso feat kawan2nya yang imut-imut, hayati liriknya, dijamin rasanya pasti beda)
Nah kawan, sebenarnya begitu juga keadaan kita sekarang di kehidupan nyata ini. Apakah kondisi kita sekarang sudah ideal bagi kita? Merasa nyamankah kita dengan realita yang ada? Kalau kita mau mengubur egoisme dan mau bersikap objektif terhadap fakta yang ada, tentu kita merasa bahwa kondisi kehidupan kita, manusia maksudnya, tengah berada di tingkat abnormalitas yang parah. Kecuali tadi, jika ada yang merasa bukan manusia, tapi primata lain atau bahkan anoa, maka ia akan merasa biasa-biasa saja.
Dengan menggunakan otak dan nurani, kita dapat berpikir dan merasa: bahwa jika katanya angka kemiskinan menurun namun kita menyaksikan banyak masyarakat menderita kelaparan, pasti ada suatu kelainan; bahwa jika kriminalitas makin menjadi-jadi, lalu hukum begitu mudahnya dipermainkan sehingga penjahat semacam Gayus dibiarkan enjoy nonton pertandingan tenis di Bali, ini merupakan kesalahan; bahwa jika pejabat wakil rakyat menghamburkan uang Negara untuk studi banding ke luar negeri dengan tujuan belajar etika sementara rakyatnya sangat menderita karena bencana tengah melanda, itu adalah sesuatu yang mengganggu; bahwa jika ada kepala Negara yang menyambut dengan penuh hormat presiden Negara pembantai saudaranya sementara penanggulangan korban Mentawai dan Merapi belum tuntas, itu benar-benar sangat tidak wajar.
Terlebih lagi bagi yang berikrarkan dua kalimat syahadat, mengimani bahwa tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad itu rasul-Nya. Keadaan sekarang sungguh sangat menyiksa. Karena keadaan sekarang betul-betul tidak sesuai dengan aturan yang telah digariskan Sang Pencipta. Sistem hidup berpatok pada materi, tak sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yang tertera di adz-Dzariyat ayat 56. Al-Maidah ayat 44, 45 dan 47 diindahkan, manusia lebih senang coba-coba membuat aturan hidup dengan pemikiran mereka yang relatif. Maka kekacauanlah jadinya, ketika yang diciptakan merasa lebih tahu tentang aturan hidupnya ketimbang Yang Menciptakan. Lucu sekaligus menjengkelkan kan, ketika robot yang kita bikin tak mau menaati aturan yang sudah kita rancang.
Oke, sedikit intermezzo, uji keimanan buat kita: percaya adanya Tuhan? Yakin? Kan Dia gak kelihatan, gak bisa diraba dan diterawang? Oh, kamu punya buktinya ya kalau Tuhan itu ada. Lalu Tuhan mana yang benar? Allah? Yakin loe?! Tahu dari mana? Hah, al-Qur’an? Emang al-Qur’an itu bener? Coba buktikan! Lah, masih ngotot kalo al-Qur’an itu bener. Emang loe percaya kalo semua isi al-Qur’an itu bener dari Allah, Tuhan loe itu? Kalo loe bener-bener yakin 100%, loe percaya gak kalo di dalam Qur’an Allah nyuruh motong tangan pencuri, ngerajam penzina yang udah nikah, gak boleh makan riba dan lain sebagainya? Loe mau gak nerapin aturan Qur’an sama turunannya secara keseluruhan? Gak bisa? Apa? Karena Negara kita Negara HAM dan demokrasi? Loh, emangnya HAM sama demokrasi bikinan siapa? Itu cuman akal-akalannya manusia kan? Emang bagus aturan yang mana, aturannya Tuhan atau aturan bikinannya manusia sendiri? Loh, loh, loh, dasar gak konsisten lo hahahahaha!
Bagaimana, sudah gelisah ingin melakukan perubahan? Atau malah makin bingung?? Ya udah biarin ajah kebingungan loe ituh, hahay. Ruang ini terlalu terbatas untuk membahas aqidah sebagai pondasi keislaman kita, kawan. Lebih baik kita bahas dalam kesempatan lain, seperti diskusi melalui war_on_idea@yahoo.co.id.
Lebih baik kamu sepakat saja untuk melakukan perubahan. Karena selain tuntutan fakta ini juga merupakan tuntutan keimanan. Lalu perubahan seperti apa? Tentunya perubahan yang diridhai oleh-Nya, dengan kembali menerapkan aturan-Nya secara sistemik. Yakin 100% kan sama aturan-Nya Allah? Kan aturan ini sudah sempurna, buka lagi al-Maidah ayat 3, eh tapi itu pun kalau kamu percaya sama al-Qur’an.
Oya, perlu diingatkan sekali lagi, perubahan ini haruslah bersifat mendasar dan sistemik (menyeluruh), inilah yang namanya revolusi. Nah, sudah kenal kan sama om revolusi? Ingat, bukan reformasi loh. Meski revolusi dan reformasi sama-sama menuntut perubahan dengan cepat, reformasi sifatnya tidak mendasar dan tidak menyeluruh. Contohnya, reformasi 1998 yang hanya mengganti pemimpin saja, namun sistem/aturan dasar pemerintahannya tetap tidak diubah, yaitu masih mengesampingkan aturan-Nya Allah dan mempertahankan demokrasi-sekularisme. Makanya kondisi bangsa ini tetap amburadul kan.
Ingat, dalam dunia kedokteran kita diajarkan untuk mengobati penyakit dengan mengatasi etiologinya. Bukan cuma mengobati gejalanya saja. Contohnya seperti penyakit tak bisa kentut tadi. Kalau cuma sumbatannya dilubangi dengan pisau dapur saja, tidak akan menyelesaikan masalah secara tuntas walaupun awalnya bikin lega. Cari tahu dulu apa sumbatannya, bisa jadi itu adalah tumor ganas yang akan selalu tumbuh dengan tak terkendali. Sehingga dilubangi berapa kali pun tetap akan menyumbat juga nantinya. Penanganan paling tepat ya dengan operasi mengangkat tumornya secara keseluruhan.
Nah, lalu revolusinya seperti apa? Haruskah seperti revolusi Bastille yang mengawali Reinassancenya masyarakat Eropa atau revolusi Bolchevik yang menuntut kesetaraan di Rusia? Lah kembali ke aturan-Nya tadi dong. Kan Rasulullah sudah pernah mencontohkan kalau beliau pernah merevolusi masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang saking dahsyatnya sampai kemudian menaklukkan Romawi dan Persia. Revolusi yang diajarkan jelas bukan revolusi dengan kekerasan. Tapi dengan pemikiran, tantangan intelektual.
Bicara masalah revolusi tentu takkan habis cuma sampai di sini juga. Lagipula sungguh sayang kan kalau informasi mengenai revolusi yang begitu menggiurkan ini kita nikmati dengan sekali santap sekaligus. Jangan tergesa-gesa, pelan-pelan saja, perlu proses dan seni tersendiri kok untuk memahami revolusi sampai kamu sendiri tergila-gila dengannya. Mengutip kata-kata Divan Semesta, revolusi itu tergolong sesuatu yang seksi, menggairahkan bagi orang-orang yang mengenalnya. Jangan juga jadi lupa diri, ya. Tujuan kita kan cuma satu.
(Setelah baca ini coba dengarkan S.O.S nya Bondan Prakoso feat kawan2nya yang imut-imut, hayati liriknya, dijamin rasanya pasti beda)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
11/18/2010 03:05:00 PM
1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Not Important
Jengah kurasa..
Sudah beberapa jam sejak kuputuskan melek di depan laptop untuk memulai editing buletin fakultas yang diamanahkan padaku.. Tapi rasanya seperti sia-sia. Aku hanya menyelesaikan cover depan yang kuanggap hasilnya buruk. Dan juga menulis kata pengantar yang menurutku asal-asalan.
Entah sudah berapa kali repeat beberapa lagu dari bondan prakoso dan linkin park terdengar dari headset yang kupasang. Lagu-lagu yang kuanggap sebagai penyemangat diri dalam perjuangan menegakkan revolusi yang begitu panjang dan kadang melelahkan.
Huff.. Betapa menyedihkannya, ketika aku mulai merasa aktivitas ini seperti rutinitas biasa saja. Perjalanan ini seperti menapaki jembatan panjang yang tak berujung dan takkan membawa hasil. Dan di saat seperti ini aku berkata kasar kepada diriku sendiri. Apakah kau sudah melupakan apa yang dijanjikan oleh-Nya?
Dan sisi lain diriku menjawab lugas: jelas tidak!!!
Lalu kenapa engkau merasa jengah?
Sejenak kurenungkan apa saja yang sudah ku korbankan untuk perjuangan ini. Ternyata belum begitu banyak yang berharga. Kemudian ku muhasabahi diri, apakah revolusi yang sering ku umbar sudah ku terapkan pada diriku sendiri? Ah, tak semuanya! Betapa banyak maksiat yang kulakukan dan perintah-Nya yang kuindahkan?
Pantas saja aku merasa hampa. Sebab aku masih terlalu jauh dari-Nya. Aku masih tak merasa bahwa Dia lebih dekat dari nadi di leherku. Ya. Sesungguhnya Dia sedari dulu sudah berada di sana, hanya saja, sekali lagi aku yang tak merasakannya...
Ya Rabb, kesalahanku, kebodohanku.. ampunilah..
'I'm swimming in the smoke
for bridges i have burned
so don't apologize,
i'm loosing what i don't deserve.
What i don't deserve..'
Sudah beberapa jam sejak kuputuskan melek di depan laptop untuk memulai editing buletin fakultas yang diamanahkan padaku.. Tapi rasanya seperti sia-sia. Aku hanya menyelesaikan cover depan yang kuanggap hasilnya buruk. Dan juga menulis kata pengantar yang menurutku asal-asalan.
Entah sudah berapa kali repeat beberapa lagu dari bondan prakoso dan linkin park terdengar dari headset yang kupasang. Lagu-lagu yang kuanggap sebagai penyemangat diri dalam perjuangan menegakkan revolusi yang begitu panjang dan kadang melelahkan.
Huff.. Betapa menyedihkannya, ketika aku mulai merasa aktivitas ini seperti rutinitas biasa saja. Perjalanan ini seperti menapaki jembatan panjang yang tak berujung dan takkan membawa hasil. Dan di saat seperti ini aku berkata kasar kepada diriku sendiri. Apakah kau sudah melupakan apa yang dijanjikan oleh-Nya?
Dan sisi lain diriku menjawab lugas: jelas tidak!!!
Lalu kenapa engkau merasa jengah?
Sejenak kurenungkan apa saja yang sudah ku korbankan untuk perjuangan ini. Ternyata belum begitu banyak yang berharga. Kemudian ku muhasabahi diri, apakah revolusi yang sering ku umbar sudah ku terapkan pada diriku sendiri? Ah, tak semuanya! Betapa banyak maksiat yang kulakukan dan perintah-Nya yang kuindahkan?
Pantas saja aku merasa hampa. Sebab aku masih terlalu jauh dari-Nya. Aku masih tak merasa bahwa Dia lebih dekat dari nadi di leherku. Ya. Sesungguhnya Dia sedari dulu sudah berada di sana, hanya saja, sekali lagi aku yang tak merasakannya...
Ya Rabb, kesalahanku, kebodohanku.. ampunilah..
'I'm swimming in the smoke
for bridges i have burned
so don't apologize,
i'm loosing what i don't deserve.
What i don't deserve..'
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
11/18/2010 03:04:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Rabu, 03 November 2010
Berkaca pada Mbah Maridjan
Innalillahi wa inna ‘ilayhi raji’un. Gunung Merapi kembali memuntahkan isi perutnya, aliran awan panas yang juga mengalirkan air mata kesedihan atas berpulangnya nyawa-nyawa yang menjadi korban ke hadirat-Nya. Ke hadirat Allah, sang pemilik nyawa manusia dan juga yang menguasai Gunung Merapi itu sendiri. Dan di antara belasan jasad yang telah membujur kaku itu terselip sosok yang sudah tak asing lagi kita dengar. Ia disebut sebagai juru kunci Gunung Merapi, dikenal dengan nama Mbah Maridjan.
Saya rasa kematian beliau cukup istimewa. Tidak, ini tidak menyangkut status beliau sebagai juru kunci Merapi karena saya yakin seyakin-yakinnya Sang Juru Kunci sebenarnya yang menentukan tumpahnya isi perut Merapi maupun yang mampu meredam amarah gunung tersebut hanyalah Allah Yang Maha Kuasa. Mbah Maridjan, seperti halnya kita adalah manusia biasa yang suatu saat nanti pasti akan mati juga, seperti apapun cara kematiannya. Yang istimewa menurut saya adalah keberanian dan idealisme yang kakek ini mampu pertahankan hingga akhir hayatnya.
Ya, idealisme dan keberanian. Kakek mana yang mau bertahan di lingkungan gunung berapi yang sudah jelas tanda-tanda aktivitas vulkaniknya akan segera meletus? Kita ingat di berita-berita disebutkan ketika petugas mengungsikan warga sekitar lalu menyarankan Mbah Maridjan ikut beranjak mengamankan diri dari sana, si Mbah malah menolak dan berkata, “Saya masih kerasan dan betah tinggal di sini. Kalau ditinggal nanti siapa yang mengurus tempat ini?”
Wallahu’alam, apa yang dimaksud beliau dengan ‘mengurus tempat ini’. Tidak tahu apakah benar beliau bertahan di sana demi melaksanakan ritual-ritual seperti kata berbagai media. Namun yang jelas, berdasarkan penuturan teman saya di jejaring sosial yang pernah berinteraksi langsung dengan kehidupan warga di lereng Merapi sejak 2006, Mbah Maridjan adalah sosok yang taat beribadah bahkan amalan sunnahnya sangat baik. Anak perempuan beliau juga seorang da’iyah yang berjuang menghilangkan berbagai kesyirikan di kalangan masyarakat sana. Sayangnya hal ini rasanya malah tidak pernah diekspos oleh media. Teman saya itu berpendapat, Mbah Maridjan hanyalah korban dari kemusyrikan penguasa setempat, yang mempertahankan tradisi juru kunci Merapi hingga sekarang.
Sikap Mbah Maridjan di akhir hayatnya jelas menunjukkan rasa tanggung jawab beliau yang begitu besar atas ‘tugas & predikat’ yang disematkan kepada beliau. Beliau tahu bisa jadi yang dikatakan petugas benar, bahwa Merapi sudah siap meletus dan tentu ini akan berbahaya untuk keselamatan dirinya yang bersikeras untuk tinggal. Namun beliau paham beliau sendiri pemegang tanggungjawab ini, dan kalau bukan dirinya, siapa lagi? Dan tentu beliau tahu, nyawalah yang akan jadi taruhannya.
Hingga, ketika ketentuan Allah telah terjadi, ditemukanlah jasad Mbah Maridjan yang tak bernyawa lagi, tertutupi debu tebal dari awan panas merapi, dan subhanallah, dalam posisi bersujud.
Dan sekarang bagaimana dengan kita? Kita yang mengaku sebagai pengemban dakwah, kita yang menganggap diri kita adalah orang yang menerima dan melaksanakan tugas mulia dari Allah dan rasul-Nya sebagai penyampai dien ini, hingga tegaknya islam di muka bumi? Bukankah tugas kita ini adalah tugas yang jelas siapa yang memerintahkannya, jelas ganjarannya namun juga jelas segala rintangan dan hambatan untuk menjalankannya? Bagaimana jika kelak halangan itu semakin sulit, sanggupkah kita berkata “Saya takkan meninggalkan jalan ini, saya masih betah tinggal di sini. Kalau saya meninggalkan da’wah ini, siapa lagi yang akan menjalankannya?” Dan bagaimana jika akhirnya kita dihadapkan pada pilihan berat yang bahkan pilihan tersebut menuntut untuk mengorbankan nyawa kita? Masih beranikah kita berteriak lantang di garis depan dan terus melawan? SIAPKAH KITA UNTUK MATI??
Padahal baru sedikit saja amanah da’wah yang kita terima kita sudah mengeluh, merasa terbebani, menganggap hal itu tidak penting dan lain sebagainya. Hingga kita pun menjadi tidak profesional dan tak sungguh-sungguh menjalankannya, dengan berbagai alasan yang sebenarnya mengada-ada.. Inikah yang namanya pengemban tugas dari langit itu? Kemana idealisme kita yang seringkali kita umbar, kemana keteguhan yang sering kita ajarkan kepada objek da’wah kita? Tak malukah kita?
Dan karena hikmah itu ada di mana saja, dan tiap muslim diperintahkan mengambil hikmah yang berceceran itu, ada patutnya kita meniru satu hal pada almarhum sang ‘juru kunci’. Siapa tahu, dalam satu hal ini, kita jauh tidak lebih baik dibandingkan beliau. Wallahu’alam..
(lebih ditujukan untuk diri sendiri!)
Saya rasa kematian beliau cukup istimewa. Tidak, ini tidak menyangkut status beliau sebagai juru kunci Merapi karena saya yakin seyakin-yakinnya Sang Juru Kunci sebenarnya yang menentukan tumpahnya isi perut Merapi maupun yang mampu meredam amarah gunung tersebut hanyalah Allah Yang Maha Kuasa. Mbah Maridjan, seperti halnya kita adalah manusia biasa yang suatu saat nanti pasti akan mati juga, seperti apapun cara kematiannya. Yang istimewa menurut saya adalah keberanian dan idealisme yang kakek ini mampu pertahankan hingga akhir hayatnya.
Ya, idealisme dan keberanian. Kakek mana yang mau bertahan di lingkungan gunung berapi yang sudah jelas tanda-tanda aktivitas vulkaniknya akan segera meletus? Kita ingat di berita-berita disebutkan ketika petugas mengungsikan warga sekitar lalu menyarankan Mbah Maridjan ikut beranjak mengamankan diri dari sana, si Mbah malah menolak dan berkata, “Saya masih kerasan dan betah tinggal di sini. Kalau ditinggal nanti siapa yang mengurus tempat ini?”
Wallahu’alam, apa yang dimaksud beliau dengan ‘mengurus tempat ini’. Tidak tahu apakah benar beliau bertahan di sana demi melaksanakan ritual-ritual seperti kata berbagai media. Namun yang jelas, berdasarkan penuturan teman saya di jejaring sosial yang pernah berinteraksi langsung dengan kehidupan warga di lereng Merapi sejak 2006, Mbah Maridjan adalah sosok yang taat beribadah bahkan amalan sunnahnya sangat baik. Anak perempuan beliau juga seorang da’iyah yang berjuang menghilangkan berbagai kesyirikan di kalangan masyarakat sana. Sayangnya hal ini rasanya malah tidak pernah diekspos oleh media. Teman saya itu berpendapat, Mbah Maridjan hanyalah korban dari kemusyrikan penguasa setempat, yang mempertahankan tradisi juru kunci Merapi hingga sekarang.
Sikap Mbah Maridjan di akhir hayatnya jelas menunjukkan rasa tanggung jawab beliau yang begitu besar atas ‘tugas & predikat’ yang disematkan kepada beliau. Beliau tahu bisa jadi yang dikatakan petugas benar, bahwa Merapi sudah siap meletus dan tentu ini akan berbahaya untuk keselamatan dirinya yang bersikeras untuk tinggal. Namun beliau paham beliau sendiri pemegang tanggungjawab ini, dan kalau bukan dirinya, siapa lagi? Dan tentu beliau tahu, nyawalah yang akan jadi taruhannya.
Hingga, ketika ketentuan Allah telah terjadi, ditemukanlah jasad Mbah Maridjan yang tak bernyawa lagi, tertutupi debu tebal dari awan panas merapi, dan subhanallah, dalam posisi bersujud.
Dan sekarang bagaimana dengan kita? Kita yang mengaku sebagai pengemban dakwah, kita yang menganggap diri kita adalah orang yang menerima dan melaksanakan tugas mulia dari Allah dan rasul-Nya sebagai penyampai dien ini, hingga tegaknya islam di muka bumi? Bukankah tugas kita ini adalah tugas yang jelas siapa yang memerintahkannya, jelas ganjarannya namun juga jelas segala rintangan dan hambatan untuk menjalankannya? Bagaimana jika kelak halangan itu semakin sulit, sanggupkah kita berkata “Saya takkan meninggalkan jalan ini, saya masih betah tinggal di sini. Kalau saya meninggalkan da’wah ini, siapa lagi yang akan menjalankannya?” Dan bagaimana jika akhirnya kita dihadapkan pada pilihan berat yang bahkan pilihan tersebut menuntut untuk mengorbankan nyawa kita? Masih beranikah kita berteriak lantang di garis depan dan terus melawan? SIAPKAH KITA UNTUK MATI??
Padahal baru sedikit saja amanah da’wah yang kita terima kita sudah mengeluh, merasa terbebani, menganggap hal itu tidak penting dan lain sebagainya. Hingga kita pun menjadi tidak profesional dan tak sungguh-sungguh menjalankannya, dengan berbagai alasan yang sebenarnya mengada-ada.. Inikah yang namanya pengemban tugas dari langit itu? Kemana idealisme kita yang seringkali kita umbar, kemana keteguhan yang sering kita ajarkan kepada objek da’wah kita? Tak malukah kita?
Dan karena hikmah itu ada di mana saja, dan tiap muslim diperintahkan mengambil hikmah yang berceceran itu, ada patutnya kita meniru satu hal pada almarhum sang ‘juru kunci’. Siapa tahu, dalam satu hal ini, kita jauh tidak lebih baik dibandingkan beliau. Wallahu’alam..
(lebih ditujukan untuk diri sendiri!)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
11/03/2010 09:29:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Senin, 01 November 2010
Happiness
Ada sebuah pertanyaan sederhana pren, namun mungkin bagi sebagian orang ini adalah pertanyaan serius. Dimanakah letak kebahagiaan? Kayaknya ini pertanyaan yang pas disodorkan kepada orang yang merasa dirinya orang paling malang sedunia. Contohnya banyaklah, misalnya orang yang putus cintalah, gak punya duit karna udah lama gak dikirimin ortu jatah bulananlah, IPKnya yang selalu nasakom (nasib satu koma) lah, dll. Atau juga orang yang mengalami komplikasi berbagai masalah, saking banyaknya sampai-sampai dia pikir hidup itu sendiri adalah masalah yang harus diakhiri.. Wuiih, kalo udah kayak gitu rasanya mending sekalian aja panjat menara RRI sampai puncak terus lompat indah deh dari sono.
Nah sekarang kira-kira apa jawabannya yak? Ada yang bilang kebahagiaan itu ada pada harta yang berlimpah ruah sehingga kita gak lagi hidup susah en apa yang kita inginkan semuanya tinggal dibeli pake uang. Apa bener? Buktinya banyak tuh orang kaya stress yang akhirnya terpaksa tinggal di rumah sakit jiwa atau mati bunuh diri. Ada lagi yang bilang kebahagiaan itu bisa datang kalo kita meraih berbagai prestasi en penghargaan. Hmm, tapi ada juga tuh orang yang hidupnya kagak tenang karena terlalu ambisius mendapatkan prestasi tadi sehingga sedikit aja ia gagal en terjatuh ia langsung patah arang. Atau ada yang bilang kebahagiaan itu terdapat pada kegantengan secara fisik? Nggak juga tuh. Soalnya gw ngerasain sendiri kok. Orang seganteng gw juga masih tetep stress karena diburu fans gw hampir tiap hari, bwahahahah!
Yang namanya kebahagiaan, belum tentu bisa diukur dengan materi pren. Contoh, orang yang kaya raya mungkin masih gak akan berbahagia dengan kekayaannya jika ngelihat kekayaan saingan bisnisnya yang lebih melimpah. Wajarlah, yang namanya manusia bila nurutin hawa nafsunya pastilah gak kan pernah puas. Ketidakpuasan inilah yang bikin orang gelisah, maunya meraih sesuatu yang lebih tinggi dan lebih lagi. Maka meski udah berlimpah materi yang dipunyai rasa bahagia tetap gak juga mampu dirasakan. Lalu, dimanakah sebenarnya kebahagiaan itu?
Jawabannya mudah, gak usah jauh-jauh nyarinya kok. Kata ustadz, kebahagiaan itu ada dalam hati kita sendiri. Ya, hati yang senantiasa bersyukur tentunya. Bersyukur terhadap apa aja yang udah dikaruniakan Allah kepada kita. Inilah kuncinya kawan. Sudahkah kita selalu bersyukur? Atas kesehatan raga yang masih kita rasakan, kesempatan waktu yang kita manfaatkan untuk beraktivitas, rezeki yang memungkinkan kita masih mampu menuntut ilmu hingga jenjang setinggi ini. Dan banyak lagi yang lain-lain. Belum lagi berbagai kenikmatan yang sebenernya gak bisa dirasakan oleh semua orang en kita bisa merasakannya.
Gw teringat dengan pengalaman sobat gw yang adiknya pernah merengek pengen banget makan siomay. Sobat gw itu lalu menyetop gerobak siomay yang lewat depan rumahnya, lantas memesan semangkuk siomay buat adiknya. Ketika menghadapi hidangan siomay itu adeknya tersenyum sumringah, kelihatannya bahagia banget lalu berterima kasih sama si kakak.
Dan sekarang, gw bisa berbahagia bukan cuma karena kegantengan yang gw miliki (wueekk..), tapi juga karena gw punya sohib2 yang mau menerima gw apa adanya dengan segala kekurangan gw. Sungguh hal ini adalah sesuatu yang gak bisa ditukar dengan materi, sebanyak apapun. Mereka adalah orang-orang yang selalu ngingetin gw untuk selalu berada di jalan yang benar, gak sungkan buat negur gw kalo gw bikin salah atau maksiat, yang selalu sabar ngadepin tingkah laku gw yang menyebalkan. Mereka adalah inspirasi gw yang membuat hidup gw jadi lebih berwarna, merekalah yang memotivasi gw untuk terus menjadi lebih baik, merekalah yang selalu ngasih solusi ketika gw dirundung berbagai masalah, termasuk mereka jugalah yang rela ngutangin gw ketika gw kehabisan duit pas lagi kelaparan.
Yang lebih penting gw bahagia dapat sohib yang ternyata punya satu visi yang sama dengan gw. Punya mimpi yang bersama-sama pengen diwujudkan, walaupun orang banyak bilang mimpi kami itu terlalu utopis buat direalisasikan. Namun kita punya keyakinan yang sama bahwa apa yang akan kita perjuangkan ini kemenangannya adalah kepastian. Karena dijanjikan langsung oleh Pencipta kita en Rasul-Nya. Gw bahagia, gak sendirian berada di garis depan perjuangan ini!
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
11/01/2010 01:16:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
dakwah
Sabtu, 16 Oktober 2010
Revolt
Mereka bilang jiwa pemberontakanku terlalu besar
Dan kurasa pun demikian..
Lantas, apa yang salah dengan itu?
Apakah karena pemberontakan selalu identik dengan hal yang salah?
Lalu bagaimana dengan pemberontakan terhadap kesalahan?
Kesalahan yang menetaskan keterpurukan, yang mengakibatkan semuanya tak berjalan sebagaimana mestinya.
Tak seperti yang dikehendaki-Nya kepada kita sebagai ciptaan-Nya, hamba-Nya yang seharusnya patuh
Dalam keterbatasan manusia kebenaran adalah relatif
Kebenaran mutlak adalah dari pertimbangan-Nya
Maka kepada keputusan-Nya lah kita memutuskan kebenaran
Mereka bilang mengembalikan keadaan itu ialah utopia
Mereka pikir inilah yang terbaik adanya
Ku pikir dan rasa, jelas tidak
Dalam sejarahnya perubahan memang sering tak mengenakkan
Karena bertentangan dengan kebiasaan
Maka wajarlah revolusi diidentikkan dengan pemberontakan
Namun apa gunanya mempermasalahkan istilah, dan anggapan manusia?
Tetap maju dan pahamkan mereka, bahwa perubahan itu perlu
Jika mereka tetap bersikeras menyamakan perubahan ke arah lebih baik sebagai pemberontakan..
Maka kitalah pemberontak itu!
We’ll be the one of few people..
Who against the world.
Maybe we will fall before win,
But we must fall within our only deen..
Our only ideology!
Jika kau melihat suatu ketidakberesan, berontaklah dengan kuasamu.
Jika tak mampu, berontaklah melalui lisanmu.
Dan bila tak mampu juga, berontaklah di dalam hatimu.
Tapi itulah selemah-lemah iman pemberontakkan!
Keep revolt.. and then, rise...!!!
(Pemberontak yang merindukan kedamaian, sungguh aku hanya makhluk lemah dengan segala keterbatasan, hina dengan segala kemaksiatan yang pernah kulakukan. Namun, semoga dengan upaya ini sedikit banyak membantuku menjadi muslim yang kaaffah. Dan kuyakin ketika aturan-Nya diterapkan, predikat muslim kaaffah akan mudah untuk kucoba capai)
Dan kurasa pun demikian..
Lantas, apa yang salah dengan itu?
Apakah karena pemberontakan selalu identik dengan hal yang salah?
Lalu bagaimana dengan pemberontakan terhadap kesalahan?
Kesalahan yang menetaskan keterpurukan, yang mengakibatkan semuanya tak berjalan sebagaimana mestinya.
Tak seperti yang dikehendaki-Nya kepada kita sebagai ciptaan-Nya, hamba-Nya yang seharusnya patuh
Dalam keterbatasan manusia kebenaran adalah relatif
Kebenaran mutlak adalah dari pertimbangan-Nya
Maka kepada keputusan-Nya lah kita memutuskan kebenaran
Mereka bilang mengembalikan keadaan itu ialah utopia
Mereka pikir inilah yang terbaik adanya
Ku pikir dan rasa, jelas tidak
Dalam sejarahnya perubahan memang sering tak mengenakkan
Karena bertentangan dengan kebiasaan
Maka wajarlah revolusi diidentikkan dengan pemberontakan
Namun apa gunanya mempermasalahkan istilah, dan anggapan manusia?
Tetap maju dan pahamkan mereka, bahwa perubahan itu perlu
Jika mereka tetap bersikeras menyamakan perubahan ke arah lebih baik sebagai pemberontakan..
Maka kitalah pemberontak itu!
We’ll be the one of few people..
Who against the world.
Maybe we will fall before win,
But we must fall within our only deen..
Our only ideology!
Jika kau melihat suatu ketidakberesan, berontaklah dengan kuasamu.
Jika tak mampu, berontaklah melalui lisanmu.
Dan bila tak mampu juga, berontaklah di dalam hatimu.
Tapi itulah selemah-lemah iman pemberontakkan!
Keep revolt.. and then, rise...!!!
(Pemberontak yang merindukan kedamaian, sungguh aku hanya makhluk lemah dengan segala keterbatasan, hina dengan segala kemaksiatan yang pernah kulakukan. Namun, semoga dengan upaya ini sedikit banyak membantuku menjadi muslim yang kaaffah. Dan kuyakin ketika aturan-Nya diterapkan, predikat muslim kaaffah akan mudah untuk kucoba capai)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
10/16/2010 10:43:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sabtu, 21 Agustus 2010
Beriman dengan Pikiran
(dirampok secara damai dari http://divansemesta.com)
Bayangkanlah, jika tersesat di hutan belantara, kamu sendiri meniti jalan setapak menuju sebuah puncak Gunung. Kecapaian mendera, sebab kamu sudah melangkahkan kaki tak tentu arah selama 5 hari. Kini, kerongkonganmu serasa di iris sembilu sebab kamu kehabisan air minum --bukan saja untuk menyegarkan tenggorokan melainkan juga, menyelamatkan hidupmu. Disaat-saat penentuan antara hidup dan kematian, kamu bersandar pada sebuah pohon yang ranting-rantingnya dihangatkan oleh lumut-lumut berwarna hijau kekuningan. Sejenak, kamu merasakan keteduhan yang luar biasa.
Selagi bersandar, bola matamu yang cerlang itu menatap ruang biru cakrawala. Tiba-tiba cakrawala yang kosong melompong dibauri gumpalan awan. Dari balik awan yang mengeriting bagai bulu domba, dua ekor elang menyalipi. Sekonyong-konyong angin menyerulingkan orkestranya untuk kemudian menggoyangkan awan perlahan. Lembut sekali gerakannya.
Hujan tanpa awan hitam turun. Rintik-rintiknya jatuh dari atas sana, menetes membasahi helai rambut, mengalir menuju pori-pori kepala, menelusup pada bajumu yang terkoyak oleh dahan-dahan pepohonan. Kamu dongakan kepala. Kesejukan airnya meluruhkan asam tenggorokan. Tubuhmu yang sudah terkena dehidrasi itu, serta merta segar kembali. Butiran hujan yang membuat kulit kecoklatanmu berkilat-kilat, kini menjadi prisma yang membiaskan cahaya matahari.
Bayangkanlah, jika tersesat di hutan belantara, kamu sendiri meniti jalan setapak menuju sebuah puncak Gunung. Kecapaian mendera, sebab kamu sudah melangkahkan kaki tak tentu arah selama 5 hari. Kini, kerongkonganmu serasa di iris sembilu sebab kamu kehabisan air minum --bukan saja untuk menyegarkan tenggorokan melainkan juga, menyelamatkan hidupmu. Disaat-saat penentuan antara hidup dan kematian, kamu bersandar pada sebuah pohon yang ranting-rantingnya dihangatkan oleh lumut-lumut berwarna hijau kekuningan. Sejenak, kamu merasakan keteduhan yang luar biasa.
Selagi bersandar, bola matamu yang cerlang itu menatap ruang biru cakrawala. Tiba-tiba cakrawala yang kosong melompong dibauri gumpalan awan. Dari balik awan yang mengeriting bagai bulu domba, dua ekor elang menyalipi. Sekonyong-konyong angin menyerulingkan orkestranya untuk kemudian menggoyangkan awan perlahan. Lembut sekali gerakannya.
Hujan tanpa awan hitam turun. Rintik-rintiknya jatuh dari atas sana, menetes membasahi helai rambut, mengalir menuju pori-pori kepala, menelusup pada bajumu yang terkoyak oleh dahan-dahan pepohonan. Kamu dongakan kepala. Kesejukan airnya meluruhkan asam tenggorokan. Tubuhmu yang sudah terkena dehidrasi itu, serta merta segar kembali. Butiran hujan yang membuat kulit kecoklatanmu berkilat-kilat, kini menjadi prisma yang membiaskan cahaya matahari.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
8/21/2010 02:17:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sejarah, Darah dan Sampah
Lirik lagu Thufai al-Ghifari
Hei...Indonesia Bersatu Dan Tetap Terjaga
Jihad Bingkai Negrikku
Tapaki Sejarah Panjang Dan Harapan Generasi Kami
Generasi Yang Selalu Menitipkan Harapan
Harapan Dari Rahmat Cinta Sepanjang Masa
Bagi Tanah Air Ini ... Indonesia
Aku Kenang Engkau Bersama Para Mujahid Sudirman Hingga Orasi Lantang Diponegoro
Ku Ingat Selalu Disetiap Cerita Semangat Hancurnya Djien Hingga Pattimura
Membasuh Begitu Tulus Air Mata Dan Keringat Kartini
Kau Membetang Begitu Besar Jauh Dan Hijau Membasuh Lagenda Perang Dan Senapan
Bambu-Bambu Runcing Merubah Air Mata Dan Darah Menjadi Semangat Merdeka
Ternyaring
Gaung Ayam Jantan Dari Timur Membelah Darah Dalam Harapan Termakmur
Saat Para Pahlawan Tersungkur Tinggalkan Mimpi Tentang Negeri Yang Makmur
Ihwal Nyata Fenomena Melantur Lintah Darat Demokrasi Menjamur
Begitu Manis Soekarno Hatta Bertutur Melindungi Benturkan Demokrasi Dalam Gamelan
Karikatur
Hei...Indonesia Bersatu Dan Tetap Terjaga
Jihad Bingkai Negrikku
Tapaki Sejarah Panjang Dan Harapan Generasi Kami
Generasi Yang Selalu Menitipkan Harapan
Harapan Dari Rahmat Cinta Sepanjang Masa
Bagi Tanah Air Ini ... Indonesia
Aku Kenang Engkau Bersama Para Mujahid Sudirman Hingga Orasi Lantang Diponegoro
Ku Ingat Selalu Disetiap Cerita Semangat Hancurnya Djien Hingga Pattimura
Membasuh Begitu Tulus Air Mata Dan Keringat Kartini
Kau Membetang Begitu Besar Jauh Dan Hijau Membasuh Lagenda Perang Dan Senapan
Bambu-Bambu Runcing Merubah Air Mata Dan Darah Menjadi Semangat Merdeka
Ternyaring
Gaung Ayam Jantan Dari Timur Membelah Darah Dalam Harapan Termakmur
Saat Para Pahlawan Tersungkur Tinggalkan Mimpi Tentang Negeri Yang Makmur
Ihwal Nyata Fenomena Melantur Lintah Darat Demokrasi Menjamur
Begitu Manis Soekarno Hatta Bertutur Melindungi Benturkan Demokrasi Dalam Gamelan
Karikatur
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
8/21/2010 02:13:00 PM
2
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Ramadhan Kampus Kehidupan
Mungkin pernah terlintas di pikiran seorang gamer bahwa hidup ini seperti RPG, atau bahkan mengimpikan kalau perjalanan hidupnya bagaikan alur kisah pada Final Fantasy dengan ia sendiri sebagai Squall Lionheartnya. Itu ada benarnya. Usia kita yang terus bertambah dan mengindikasikan makin jauh perjalanan hidup kita membuktikan biasanya makin sulit tantangan yang akan kita lalui ke depan. Analogikanlah bahwa makin tinggi level kita makin berat pula musuh-musuh di hadapan untuk dikalahkan.
Ingatkah dulu kita terbiasa mendapatkan apa yang kita mau hanya dengan rengekan manja kepada orang tua kita. Lalu kita makin belajar bahwa untuk mendapatkan hasil itu perlu proses, kebanyakannya jumlah hasil tentu sebanding dengan besarnya proses.
Hidup bagi manusia memang bukan hanya masalah untuk bertahan hidup, namun hidup adalah bagaimana kita berusaha dan dapat meraih pencapaian. Jika tidak demikian maka apa bedanya kita dengan mammalia lain bahkan avertebrata tingkat rendah sekalipun. Dan ini menuntut kita untuk terus berkembang, belajar dan memikirkan. Hewan tak memerlukan ini, sebagai bukti tak ada dan insya Allah takkan ada kucing yang ngampus di Unlam. Karena bagi mereka sekedar bisa makan, buang hajat dan kawin itu cukup.
Masa kuliah adalah salah satu level itu. Dimana masa ini bukanlah tujuan namun hanya juga proses. Anda takkan betah berada di sini selama-lamanya berstatuskan mahasiswa. Kita di sini karena ingin mencapai step selanjutnya, level yang lebih tinggi dalam hidup ini. Profesi, penghidupan yang layak dan lain-lain.
Mungkin ada kemiripan dengan Ramadhan, sebuah bulan yang bila mampu kita optimalkan di penghujungnya kita akan menuai kemuliaan yang luar biasa. Puasa Ramadhan ialah proses itu. Dan hasilnya berupa ampunan sampai ketakwaan.
Ramadhan dan kampus dapat dimirip-miripkan dengan kepompong, tahap metamorfosa selanjutnya dari larva yang setelahnya akan melahirkan kembali kita menjadi individu kupu-kupu yang kecantikannya tak dapat dinyana sebelumnya. Maksimalkanlah, kawan. Demi Allah, tujuan akhir kita. Itulah kemenangan abadi dan sejati. Yang kepuasannya jauh lebih tinggi dibandingkan ketika kita menamatkan game RPG sekaliber Final Fantasy tanpa game over sekalipun.
(pengantar buletin bulanan Asy-Syifa FK Unlam)
Ingatkah dulu kita terbiasa mendapatkan apa yang kita mau hanya dengan rengekan manja kepada orang tua kita. Lalu kita makin belajar bahwa untuk mendapatkan hasil itu perlu proses, kebanyakannya jumlah hasil tentu sebanding dengan besarnya proses.
Hidup bagi manusia memang bukan hanya masalah untuk bertahan hidup, namun hidup adalah bagaimana kita berusaha dan dapat meraih pencapaian. Jika tidak demikian maka apa bedanya kita dengan mammalia lain bahkan avertebrata tingkat rendah sekalipun. Dan ini menuntut kita untuk terus berkembang, belajar dan memikirkan. Hewan tak memerlukan ini, sebagai bukti tak ada dan insya Allah takkan ada kucing yang ngampus di Unlam. Karena bagi mereka sekedar bisa makan, buang hajat dan kawin itu cukup.
Masa kuliah adalah salah satu level itu. Dimana masa ini bukanlah tujuan namun hanya juga proses. Anda takkan betah berada di sini selama-lamanya berstatuskan mahasiswa. Kita di sini karena ingin mencapai step selanjutnya, level yang lebih tinggi dalam hidup ini. Profesi, penghidupan yang layak dan lain-lain.
Mungkin ada kemiripan dengan Ramadhan, sebuah bulan yang bila mampu kita optimalkan di penghujungnya kita akan menuai kemuliaan yang luar biasa. Puasa Ramadhan ialah proses itu. Dan hasilnya berupa ampunan sampai ketakwaan.
Ramadhan dan kampus dapat dimirip-miripkan dengan kepompong, tahap metamorfosa selanjutnya dari larva yang setelahnya akan melahirkan kembali kita menjadi individu kupu-kupu yang kecantikannya tak dapat dinyana sebelumnya. Maksimalkanlah, kawan. Demi Allah, tujuan akhir kita. Itulah kemenangan abadi dan sejati. Yang kepuasannya jauh lebih tinggi dibandingkan ketika kita menamatkan game RPG sekaliber Final Fantasy tanpa game over sekalipun.
(pengantar buletin bulanan Asy-Syifa FK Unlam)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
8/21/2010 01:48:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Kamis, 19 Agustus 2010
Conspiracy
Ketika selesai membaca sebuah karya fenomenal dari Dan Brown ini, otak saya begitu penuh dengan berbagai pemikiran. The Da Vinci Code, ah saya merasa seperti seorang tua yang terbiasa menggunakan pos untuk mengirim pesan yang takjub dengan fitur sms saja karena baru sekarang mampu membaca dan menyelesaikan novel ini, yang sudah menjadi buah bibir sebenarnya semenjak tahun 2005.
Saya memang bukan ahlinya dalam mengomentari sebuah karya seseorang, bahkan saya kurang tahu apakah karya ini merupakan fiksi atau nonfiksi tapi biarlah saya ingin menebak bahwa karya yang dianggap membongkar konspirasi luar biasa ini merupakan karya fiksi yang dibawakan secara non fiksi. (bingung? Saya memang tak pandai dalam hal ini ternyata. Jadi silakan baca sendiri) Namun pikiran saya terpusat pada satu kata, yaitu konspirasi. Begitu banyak memang konspirasi-konspirasi bertebaran di muka bumi, ada yang terlalu cantik hingga sulit untuk diungkap tabir yang menyelubungi fakta yang sebenarnya, dan ada pula yang sangat rapuh sehingga rekayasanya terlalu mudah untuk diketahui bahkan dengan pemikiran yang awam.
Konsili Nicea yang memutuskan penetapan sifat ke-Ilahian seorang nabi biasa yang sebenarnya hanya karena ambisi kekuasaan Kaisar Konstantine. Tragedi 11 September 2001 yang dikaitkan dengan tindakan 'jail' yang keterlaluan dari al-Qaida, padahal itu alasan yang dibuat-buat lalu dianggap rasional untuk menyerang Afghanistan. Dan lain-lain, dan lain-lain.
Kebanyakan manusia memang senang dengan hal seperti ini, siapa yang tak suka konspirasi? Manusia memiliki akal yang membedakannya dengan makhluk lain, yang dengan itu ia akan mengkritisi segala fakta yang ada, tak mau pasrah begitu saja dan bereaksi apa adanya sesuai insting liar. Dengan kemampuannya ini, akan ada dua jenis manusia, pembuat konspirasi dan pembongkar konspirasi. Eh, mungkin juga ada golongan ketiga yaitu mereka yang enggan berepot-repot memutar otaknya dan menerima apa adanya yang terjadi.
Sebenarnya sesuatu itu bisa disimpulkan sebagai konspirasi atau bukan hanya bisa diketahui setelah ada fakta-fakta yang menjadi bukti bahwa sesuatu memang benar direkayasa sedemikian rupanya. Yah, umumnya seperti itu. Kalau memang begitu adanya kita sendiri pun ternyata adalah hasil konspirasi yang luar biasa. Angka-angka PHI yang dapat ditemukan dalam berbagai pengukuran dalam tubuh kita, kerja organ-organ yang saling bersinergi melanjutkan kehidupan, bahkan proses perkembangan dari janin sampai dilahirkan, semuanya memiliki keteraturan, keterkaitan satu sama lain yang sangat luar biasa.
Allah SWT pastinya adalah Sang Maha, termasuk pastinya juga dalam masalah konspirasi ini, kan.
Saya memang bukan ahlinya dalam mengomentari sebuah karya seseorang, bahkan saya kurang tahu apakah karya ini merupakan fiksi atau nonfiksi tapi biarlah saya ingin menebak bahwa karya yang dianggap membongkar konspirasi luar biasa ini merupakan karya fiksi yang dibawakan secara non fiksi. (bingung? Saya memang tak pandai dalam hal ini ternyata. Jadi silakan baca sendiri) Namun pikiran saya terpusat pada satu kata, yaitu konspirasi. Begitu banyak memang konspirasi-konspirasi bertebaran di muka bumi, ada yang terlalu cantik hingga sulit untuk diungkap tabir yang menyelubungi fakta yang sebenarnya, dan ada pula yang sangat rapuh sehingga rekayasanya terlalu mudah untuk diketahui bahkan dengan pemikiran yang awam.
Konsili Nicea yang memutuskan penetapan sifat ke-Ilahian seorang nabi biasa yang sebenarnya hanya karena ambisi kekuasaan Kaisar Konstantine. Tragedi 11 September 2001 yang dikaitkan dengan tindakan 'jail' yang keterlaluan dari al-Qaida, padahal itu alasan yang dibuat-buat lalu dianggap rasional untuk menyerang Afghanistan. Dan lain-lain, dan lain-lain.
Kebanyakan manusia memang senang dengan hal seperti ini, siapa yang tak suka konspirasi? Manusia memiliki akal yang membedakannya dengan makhluk lain, yang dengan itu ia akan mengkritisi segala fakta yang ada, tak mau pasrah begitu saja dan bereaksi apa adanya sesuai insting liar. Dengan kemampuannya ini, akan ada dua jenis manusia, pembuat konspirasi dan pembongkar konspirasi. Eh, mungkin juga ada golongan ketiga yaitu mereka yang enggan berepot-repot memutar otaknya dan menerima apa adanya yang terjadi.
Sebenarnya sesuatu itu bisa disimpulkan sebagai konspirasi atau bukan hanya bisa diketahui setelah ada fakta-fakta yang menjadi bukti bahwa sesuatu memang benar direkayasa sedemikian rupanya. Yah, umumnya seperti itu. Kalau memang begitu adanya kita sendiri pun ternyata adalah hasil konspirasi yang luar biasa. Angka-angka PHI yang dapat ditemukan dalam berbagai pengukuran dalam tubuh kita, kerja organ-organ yang saling bersinergi melanjutkan kehidupan, bahkan proses perkembangan dari janin sampai dilahirkan, semuanya memiliki keteraturan, keterkaitan satu sama lain yang sangat luar biasa.
Allah SWT pastinya adalah Sang Maha, termasuk pastinya juga dalam masalah konspirasi ini, kan.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
8/19/2010 10:58:00 PM
2
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Rabu, 14 Juli 2010
Dari Prostitusi ke Perjudian hingga Babi Ngepet
Di suatu negeri yang sebenarnya sangat kaya raya dengan sumber daya alamnya yang begitu melimpah.. Namun ternyata rakyatnya masih banyak yang menderita kemiskinan dimana-mana, sedangkan hasil sumber daya alam tadi malah dibawa kabur sama perusahaan-perusahaan swasta asing karena mentalitas pejabat negeri itu yang lemah dan terjajah membiarkan seenaknya hal itu terjadi.. Alhasil sebagian penduduk yang bosan hidup miskin menghalalkan segala dengan prinsip nyari yang haram aja susah, kok mesti repot-repot nyari yang halal.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
7/14/2010 05:59:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Jumat, 04 Juni 2010
...
“Sebenarnya, para relawan dari Kapal Mavi Marmara itu telah berhasil melaksanakan misinya..” ucap seorang sobat. Apa? Saya berpikir sebentar. Bukankah kapal yang mengangkut relawan relawan dari berbagai Negara itu gagal sampai ke tujuan mereka? Bukankah bantuan yang ingin diberikan ke Gaza pun malah tak jadi diantarkan, karena mereka keburu dicegat oleh tentara Israel biadab itu? Dan mereka akhirnya dilarang masuk juga ke Jalur Gaza.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
6/04/2010 05:14:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Mavi Marmara,
Palestina,
Zionis
Kamis, 03 Juni 2010
Individualisme Individual dan Nasional
Omong kosong besar jika ada seseorang yang merasa mampu hidup sendiri di dunia ini. Memang, tak ada orang yang mau mengaku seperti itu, sebab kita sedari dulu dicecoki dengan pelajaran bahwa manusia itu hakikatnya ialah makhluk sosial. Kita tak mampu berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan agar mampu bertahan hidup. Kita perlu bersosialisasi. Namun faktanya sekarang secara tersirat sudah banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap teori tersebut: orang menganggap mengurus dirinya sendiri lebih penting dari hal lain, diri sendiri adalah yang paling utama.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
6/03/2010 10:27:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Bergerak atau Mati..!
Bergerak atau mati. Tahukah anda, bahwa HIDUP ini ada karena adanya pergerakan? HIDUP ini tidak diam. Diam berarti tidak hidup, dan itu artinya mati!
Tidak percaya?? Jantung anda buktinya! Organ muskular yang terdapat dalam rongga dada anda yang terus menerus berkontraksi secara ritmis demi kehidupan anda. Bayangkan seandainya ia DIAM tak bergerak untuk memompa darah ke sekujur tubuh anda, apa yang terjadi? Ya, mati!
Tidak percaya?? Jantung anda buktinya! Organ muskular yang terdapat dalam rongga dada anda yang terus menerus berkontraksi secara ritmis demi kehidupan anda. Bayangkan seandainya ia DIAM tak bergerak untuk memompa darah ke sekujur tubuh anda, apa yang terjadi? Ya, mati!
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
6/03/2010 10:24:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Minggu, 30 Mei 2010
Penaklukkan yang Dijanjikan
Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW kota mana yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, apakah kota Konstantinopel ataukah kota Roma.
Sekilas, pertanyaan para sahabat itu terdengar konyol. Bukan, sangat konyol. Betapa tidak? Kekuasaan Islam yang terpusat di Madinah saat itu bukanlah kekuatan yang layak diperhitungkan. Mereka masih terlampau kecil, dan baru seumur jagung. Namun entah dengan pemikiran seperti apa yang ada dalam otak mereka, pernyataan bahwa kota Konstantinopel dan Roma kelak akan mereka taklukkan terlontar seakan tanpa beban. Dua kota ini merupakan ibukota imperium terbesar zaman tersebut. Konstantinopel adalah pusat kekuasaan Romawi Timur, sedangkan Roma merupakan capital citynya Romawi Barat. Apa yang ada dalam benak para sahabat?
Sekilas, pertanyaan para sahabat itu terdengar konyol. Bukan, sangat konyol. Betapa tidak? Kekuasaan Islam yang terpusat di Madinah saat itu bukanlah kekuatan yang layak diperhitungkan. Mereka masih terlampau kecil, dan baru seumur jagung. Namun entah dengan pemikiran seperti apa yang ada dalam otak mereka, pernyataan bahwa kota Konstantinopel dan Roma kelak akan mereka taklukkan terlontar seakan tanpa beban. Dua kota ini merupakan ibukota imperium terbesar zaman tersebut. Konstantinopel adalah pusat kekuasaan Romawi Timur, sedangkan Roma merupakan capital citynya Romawi Barat. Apa yang ada dalam benak para sahabat?
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
5/30/2010 11:06:00 PM
1 komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Greatest Bond
Sobat, tahukah kalian bahwa ada satu nikmat luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada kita ketika kita memutuskan untuk memilih Islam sebagai jalan hidup dan mengimani Allah SWT sepenuh hati? Ukhuwah Islam! Ia adalah anugerah suci, menyatukan hati semua umat Islam, mempersaudarakan seluruh manusia dengan akidah yang sama mulianya.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
5/30/2010 11:02:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Selasa, 18 Mei 2010
Proposal Kehidupan
Bismillahirrahmaanirrahiim
Inilah proposal kehidupan saya yang saya ajukan kepada Allah SWT, semoga Allah mengabulkan penawaran yang saya tulis di dalam proposal ini, karena Allah lah yang Maha Menentukan sementara kita sebagai hamba-Nya hanya mampu merencanakan.
Inilah proposal kehidupan saya yang saya ajukan kepada Allah SWT, semoga Allah mengabulkan penawaran yang saya tulis di dalam proposal ini, karena Allah lah yang Maha Menentukan sementara kita sebagai hamba-Nya hanya mampu merencanakan.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
5/18/2010 03:20:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Rabu, 17 Maret 2010
Obama Datang!
Yap, sesuai dengan yang diberitakan ditipi-tipi katanya Barrack Husein Obama, presiden Amerika bakal datang berkunjung ke Indonesia tanggal 21 Maret ini. Ada yang bilang tujuannya buat nostalgia-nostalgiaan gitu, soalnya doi pernah sekolah SD di Indonesia waktu kecil sih. Jadinya mungkin pengen ngerasain main ayunan en perosotan lagi di mantan sekolahnya dulu itu kali, hehe. Tapi tujuan utamanya seperti yang diberitakan adalah buat mempererat hubungan Indonesia dengan Amerika, sehingga kerjasama antar kedua negara bisa berlangsung lancar.
But, by the way on the bus way nih
But, by the way on the bus way nih
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
3/17/2010 12:30:00 AM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Minggu, 14 Maret 2010
Surat untuk Obama
Kepada Yang Dihormati Antek Pemuja Barat,
Barrack Husein Obama
di Negeri Kapitalis Busuk Amerika Serikat
Surat ini dikirim bukan untuk maksud penjalinan hubungan diplomatik. Bukan pula sebuah penawaran kerja sama ekonomi dan bisnis. Surat ini hanyalah bentuk dari ucapan selamat kepada Anda atas berbagai pencapaian mengagumkan yang sudah Anda raih selama ini.
Pertama, saya ingin mengucapkan selamat atas hadiah Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Anda. Ya, selamat, karena beberapa pidato manis Anda mengenai perbaikan hubungan terhadap negeri-negeri Muslim telah mampu menghipnotis orang-orang yang dangkal pemikirannya, sehingga memberikan penghargaan itu. Hanya dengan sedikit unjuk retorika mereka yang bahkan mengaku sebagai intelektual langsung percaya begitu saja kepada Anda. Padahal apa yang Anda katakan itu jelas hanya omong kosong!
Anda boleh bermanis muka dihadapan sebagian umat Islam, tapi di belahan bumi umat Islam lain Anda menunjukkan wajah bengis Anda secara terang-terangan. Anda sebagai panglima tertinggi negara penjajah AS tak benar-benar menarik pasukan imperialis di Irak dan Afghanistan. Bahkan entah karena lupa dengan janji Anda untuk mengakhiri perang, atau memang iblis yang ada pada diri Anda mulai menampakkan wujudnya, Anda mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan sejumlah 30.000 orang! Anda tambah wilayah ekspansi Anda ke negara muslim lain seperti Pakistan dan Sudan. Entah berapa ribu sudah nyawa kaum Muslimin yang hilang akibat kebiadaban yang Anda lakukan. Hahaha, selamat sekali lagi saya ucapkan, atas Nobel Perdamaian yang Anda terima wahai penjahat perang!
Kedua, selamat atas banyaknya kaum Muslim yang sampai detik ini menjadi penggemar sejati bahkan pemuja Anda. Mereka, yang kebanyakan tak menggunakan akalnya untuk berpikir bahwa begitu banyak saudara-saudaranya dibantai atas instruksi Anda, begitu mengelu-elukan Anda dan menaruh harapannya kepada Anda. Mereka tak sadar, bahwa saudara-saudara mereka di Palestina berurai air mata dan bersimbah darah mengutuk Anda atas dukungan Anda terhadap kebengisan tentara zionis di Gaza yang telah menghabisi lebih dari 1300 nyawa umat muslim.
Memang aneh, entah kenapa mereka seakan-akan tak mendengar jeritan pilu saudara mereka yang telah kehilangan keluarga dan seluruh hartanya, mengabaikannya dan malah mengagung-agungkan Anda. Selamat, Anda dicintai bahkan oleh orang-orang yang saudaranya Anda perangi!
Ketiga, selamat atas penguasa-penguasa Muslim pengkhianat yang selalu setia menjadi abdi Anda. Pengkhianat, karena alih-alih menentang Anda atas segala kebijakan penjajahan Anda, mereka malah mengemis-ngemis agar negara Anda mau menjalin hubungan baik dengan mereka. Pengkhianat, karena merekalah yang menjual sumber daya alam negeri kaum muslimin yang berlimpah dengan harga murah kepada kapitalis dari negeri Anda, sedangkan mereka tak peduli akan rakyatnya hidup melarat dan merana.
Anda pasti tak habis pikir, betapa dangkalnya pemikiran mereka sehingga mau-maunya mengulurkan tangan secara terbuka bahkan mengiba-iba supaya mendapat perhatian dari Anda. Padahal Anda tahu potensi negeri Muslim yang mereka kuasai jika bersatu pasti akan sangat sulit dilawan oleh negara Anda yang katanya adidaya sekalipun.
Keempat, selamat Anda telah berhasil mengambil hati rakyat negara yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam ini. Hanya dengan cerita nostalgia masa lalu bahwa Anda pernah bersekolah di sini, kedatangan Anda begitu dirindukan di Indonesia. Anda memang pintar memainkan perasaan rakyat Indonesia yang mengenal Anda waktu dulu sebagai Barry kecil yang lucu dan menggemaskan. Dan kebanyakan rakyat negeri ini, entah karena pura-pura tak tahu atau tak mau tahu, mengabaikan fakta bahwa Anda yang dewasa jauh berbeda dengan Anda di masa lalu. Anda saat ini bukan lagi Barry kecil yang lucu dan menggemaskan, Anda saat ini adalah Barrack Obama yang garang berlumuran darah umat Islam yang tewas mengenaskan!
Bahkan konyolnya, pejabat mereka membangunkan Anda sebuah patung yang menggambarkan diri Anda sewaktu kecil. Ini bukti bahwa mereka begitu menghormati dan memuja Anda. Padahal Anda siapa, dewa penolong bagi mereka? Hahaha, tinggal menyuruh mereka menyembah patung Anda itu saja, pasti mereka akan melakukannya dengan ikhlas!
Kelima, selamat atas keberhasilan penyebaran paham-paham rusak yang antek-antek Anda laksanakan. Lihat saja, umat Islam sudah enggan bahkan jijik mengambil Islam sebagai jalan hidupnya. Mereka lebih memilih sistem demokrasi busuk sebagai pengatur kehidupan mereka. Mereka senang terhadap konsep kebebasan tanpa batas, gaya hidup hedonis, bahkan mereka menginginkan kebejatan moral dan budaya dari negeri Anda menjadi pola hidup mereka. Selamat, karena dengan begitu umat Islam takkan bisa bangkit dan Anda bakalan makin mudah memperkuat cengkraman penjajahan di negeri-negeri kaum muslim.
Tapi ada hal yang sangat penting yang akan saya sampaikan. Oleh karena itu Anda jangan berpuas hati dan gembira dulu sebelum mengetahui hal ini. Walaupun sepertinya segala persendian umat Islam sudah berhasil Anda kuasai, masih ada gangguan-gangguan yang akan membuat tidur Anda tidak nyenyak karena memikirkannya.
Mereka adalah segolongan umat Islam yang tak langsung percaya dengan senyum manis dan retorika Anda. Mereka tahu bahwa sesungguhnya janji-janji melenakan yang Anda lontarkan itu hanyalah omong kosong. Mereka memahami kenyataan sesungguhnya, bahwa Anda sebagai pimpinan institusi kapitalis terbesar saat ini sampai kapanpun akan terus berupaya menjajah negeri-negeri Islam, baik secara fisik maupun pemikiran dengan berbagai kebijakan luar negeri Anda.
Ketika Anda mempertahankan deklarasi perang melawan terorisme, mereka menjawab bahwa Andalah teroris yang sebenarnya. Hati-hati, karena merekalah yang akan menyingkap wajah asli Anda yang buruk di tengah-tengah kaum Muslim lain yang tak tahu apa-apa. Mereka akan membongkar segala konspirasi busuk yang Anda rancang, membuka kebobrokan ideologi yang Anda emban secara terang-terangan, menyerang pemikiran-pemikiran rusak yang Anda tawarkan seperti liberalisme dan sekularisme lalu berupaya menggantinya dengan pemikiran mereka yang cemerlang.
Anda akan berupaya menghancurkan gerakan mereka dengan mengopinikan bahwa mereka itu radikal, ekstrimis, bahkan teroris sehingga Anda dan antek-antek Anda leluasa memerangi mereka. Namun sayangnya mereka tak bisa dikalahkan dengan cara itu. Sebab jelas sekali bahwa mereka tidak memakai cara kekerasan untuk mengalahkan Anda. Mereka hanya bersenjatakan pemikiran, ideologi yang mereka emban. Mereka percaya sepenuh hati bahwa Allah lah satu-satunya yang pantas dijadikan sebagai penolong, bukannya Anda yang lebih pantas menjadi musuh bersama. Mereka tak akan menyerah sampai Allah mengizinkan kemenangan berada di tangan mereka, hingga akhirnya Anda kalah dan terlempar ke dasar neraka yang paling dalam bersama ideologi busuk Anda.
Jelas sekali, mereka sangat berbahaya bagi Anda! Tapi tenang saja, selama kaum Muslim yang lain tidak sadar dengan yang mereka sampaikan, dan masih berhasil Anda pecah belah dengan pengopinian yang berat sebelah, Anda takkan terancam. Sebab persatuan seluruh umat Islam dalam suatu wadah yang mereka serukan –yang mereka sebut sebagai Khilafah- lah yang menjadi ancaman sesungguhnya bagi Anda. Selama mereka masih tercerai berai, tak percaya akan kekuatan persatuan Islam, Anda masih bisa sesukanya membunuhi saudara-saudara mereka, menguras sumber daya mereka, serta menjadikan penguasa mereka anjing suruhan yang setia mengibas-ngibaskan ekornya di kaki Anda.
Tapi sekali lagi awas, golongan yang memusuhi Anda tersebut takkan pernah diam!
***
Ya, kami takkan pernah diam..
KAMI TAKKAN BERAKHIR
MESKI TELAH HITAM WARNA ANGIN DAN AIR
WALAU TUBUH TERKOYAK BERSAMA SERIBU MARTIL
WALAU TERLEMPARKAN UNTUK SEKIAN KALI LAGI
BELASAN LUKA MEMAR DARAH MENGALIR DARI HIDUNG DAN KEPALA KAMI
Akan kami jadikan ketakutan kalian wahai kaum kuffar, menjadi kenyataan, yaitu tegaknya sistem yang jauh lebih mulia dibanding sistem busuk yang mati-matian kalian pertahankan! Dan sungguh kami takkan rela jika panglima tertinggi pembantai umat Islam menginjakkan kakinya di negeri ini, bahkan disambut dengan senyum sok ramah penguasa yang telah khianat!
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
3/14/2010 04:18:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Ini Masalah Paradigma, Bung!
Ujian anatomi. Salah satu mata kuliah yang lumayan sulit bagi gue. Selain bahan yang musti dipelajari kadang bejibun, terkadang juga soal ujiannya bisa bikin bingung. Masalahnya ujian anatomi itu bentuknya adalah identifikasi terhadap bagian-bagian tubuh manusia langsung menggunakan preparat (potongan) organ-organ asli manusia. Kedengarannya sih mudah, tinggal hafalin buta aja, kan. Tapi, kalo kita ngafalin dari buku atlas anatomi manusia, baik yang gambarnya ilustrasi maupun asli, ternyata ketika berhadapan langsung dengan organ aslinya bentuknya beda betul. Sehingga dalam identifikasi bagian-bagian dari suatu organ itu gak jarang terjadi perbedaan persepsi bahkan antar kakak asdos (asisten dosen) yang ngajarin kami.
Tapi sesusah-susahnya soal ujian anatomi, kayaknya gak ada yang pernah salah pahamnya separah gue. Waktu itu tema ujiannya tentang saluran pencernaan manusia, yang mana organ yang musti dipelajari itu mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus hingga anus. Weks, lumayan banyak bahannya, belum lagi ditambah beberapa organ seperti hati en macam-macam kelenjar yang memudahkan pencernaan.
Dan waktu itu tiba. Nomor absen gue dipanggil bersama-sama sobat lain yang satu shift untuk memasuki ruang ujian, tempat kami biasa praktikum anatomi. Dengan gagah berani dan sikap yang sok meyakinkan (padahal persiapan gue seadanya waktu itu) gue melangkah dengan pasti menuju lokasi. Benar-benar saat yang menegangkan, gue mulai berhadapan dengan soal ujian satu persatu sesuai organ yang disediakan. Beberapa berhasil gue jawab dengan mudah, alhamdulillah. Namun suatu ketika, gue tertegun dan ternganga bengong memandang suatu organ yang rasanya belum pernah gue lihat (mungkin pernah diajarin asdos tapi guenya yang lupa, hehe).
Potongan organ itu punya rambut-rambut aneh di satu sisinya. Menurut persepsi gue, ini pasti potongan membujur kepala manusia, soalnya rambut-rambut itu rada mirip sama janggut teman seperjuangan gue (yang ngerasa jangan tersinggung, hahaa..). Sebuah jarum pentul tertancap pada daerah mirip suatu rongga, en sebuah kertas berisikan pertanyaan tergeletak di samping organ itu. Kalo gak salah bunyi pertanyaannya gini: “Organ apa yang ditunjuk?” (baca dengan irama guru TK yang sedang ngajarin muridnya).
Senyum simpul penuh kemenangan tersungging dari bibir gue yang pucat kayak mayat. Dan dengan ucapan bismillah, tanpa beban gue goreskan pulpen gue pada lembar jawaban ujian sebuah jawaban, yaitu: ‘cavitas oris’, rongga mulut! Jenius, bener-bener analisis tingkat tinggi! Padahal tuh soal kayaknya lumayan sulit. “Hahaha, mohon maaf Pak Dosen yang bikin soal, anda gagal menipu saya,” teriak gue dalam hati.
Lalu ujian berakhir en dengan wajah yang berseri-seri kayak iklan orang yang pake pemutih wajah gue meninggalkan ruang ujian. Yes, berhasil, berhasil hore! We did it! (Maklum dulu gue sempat ngefans berat sama Dora the Explorer tapi sekarang udah tobat kok). Gue nyamperin sohib-sohib yang lagi ribut ngebahas soal ujian tadi, sebagian ada yang jingkrak-jingkrak soalnya tadi jawabannya bener kata temannya, sebagian ada yang nyesel kayak kemalingan ayam kesayangan soalnya jawaban dia kata temannya salah, en sebagian lagi debat kayak waktu sidang pansus century karena perbedaan jawaban en masing-masing ngerasa kalo dirinya yang bener.
Terbersit dalam pikiran gue buat ngebahas soal yang agak membingungkan gue tadi, maka gue pun melontarkan pertanyaan pada seorang sahabat. “Eh, waktu soal yang itu tadi apa jawaban kamu?” Beliau dengan bijak en merdu menyahut, “Oh, itu ya. Aku juga agak bingung tadi, tapi itu jelas jawabannya ‘rectum’”. Kawan-kawan yang lain membenarkan, “Betul, jelas banget itu kok tadi.” Gue terpana gak percaya apa yang barusan gue dengar. Rectum itu bahasa terminologis anatomi yang artinya ‘saluran tinja sebelum anus’. Jelas, gak ada deket-deketnya sama sekali dengan rongga mulut. Makan apa gue kemaren, kok bisa keracunan sampai salah ngejawab soal seancur ini? Gubrakkkk!!!
Gak bisa dibayangin coba! Rongga mulut, sama saluran tinja dekat anus. Bagai langit dan bumi, tauk! Jauh banget! Gue ketipu, asli. Rambut yang gue pikir janggut itu pasti sebenernya cuma rambut yang tumbuh pada organ reproduksi deket anus. Lalu gue mikir, gimana yak kalo dosen pengujinya ngelihat jawaban gue yang luar biasa konyol itu. Ada beberapa opsi: (a) Terpingkal-pingkal sambil megangin perut karena gak percaya ada mahasiswa yang punya jawaban sebego itu. (b) “Ini pasti ngolok-ngolok saya,” kata sang dosen murka. (c) “Hmm, patut dipertimbangkan juga kalo ternyata kepala itu mirip pantat,” pikir pak Dosen manggut-manggut.
Ah sudahlah, pikir gue. Yang lalu biarlah berlalu. Gue pun dengan gontai berjalan ke parkiran buat ngambil motor untuk pulang ke rumah, dengan membawa pengalaman pahit yang barusan gue alami tadi. Tragis!
***
Apa inti masalah yang bisa dipahami dari cerita tadi? Ini masalah paradigma atau cara pandang, pren. Suatu hal yang sama bila dipandang dari sudut en cara pandang yang beda bisa menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Sehingga perlakuan terhadap hal itu tadi juga berbeda.
Contohnya kayak tadi, gue memandang organ tersebut rongga mulut karena menganggap rambut-rambut disekitarnya tadi sebagai janggut, sedangkan kebanyakan orang memandang bahwa jelas-jelas organ itu rectum. Padahal organnya sama, namun cara pandang kami beda-beda, en emang gue ternyata salah sedangkan sohib-sohib gue tadi benar, soalnya itu sesuai dengan atlas anatomi yang jadi acuan mahasiswa kedokteran.
Nah begitu juga dalam kehidupan kita, kadang kita memandang suatu hal atau perbuatan dengan cara pandang yang beda-beda. Namanya juga manusia, akalnya terbatas sehingga untuk menyikapi suatu hal yang sama aja sering kali terdapat perselisihan antar manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada yang bilang kalo pacaran itu gak baik, ada yang bilang itu malah bagus. Ada yang berpendapat nutup aurat itu wajib, ada yang berkilah pake jilbab itu ribet. Dan lain sebagainya.
Gimana kita bisa tau yang mana yang bener? Kita musti punya patokan atau standar atau suatu tolak ukur yang terjamin kebenarannya. Sehingga dengan standar itu tadi kita dapat menilai apa yang bener en apa yang salah. Kalo dalam mata kuliah anatomi kita mengenal adanya atlas anatomi sebagai standar acuan kita dalam mengidentifikasi nama dari berbagai bagian-bagian organ.
Begitu juga dalam kehidupan nyata. Pencipta kita, Allah ta’ala telah menurunkan kepada kita seperangkat peraturan sebagai standar baku buat manusia. Itulah syari’at Islam yang bersifat komprehensif. Dengan mengacu pada al-Qur’an dan Hadits, kita dapat menentukan mana perbuatan yang benar en mana yang salah. Mendekati zina itu salah, karena udah jelas itu dilarang seperti yang tertulis dalam al-Israa ayat 32. Pake jilbab itu wajib mutlak kebenarannya seperti yang diperintahkan dalam surah al-Ahzab ayat 59 dan an-Nuur ayat 31. Berhukum selain hukum Allah itu salah karena seperti yang disebutkan pada surah al-Maidah ayat 44, 45 dan 47 bahwa ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, fasik, zalim.”
Sayangnya saat ini standar baku tersebut udah mulai ditinggalkan. Ini karena paradigma kita terhadap Islam dicemari oleh paradigma-paradigma lain yang merusak. Cara pandang sekular en liberal (serba bebas) yang asalnya dari Barat telah banyak mempengaruhi cara pandang seorang Muslim bahkan terhadap aturan Islam itu sendiri. Akhirnya aturan Islam yang sebenernya indah, mulia en bikin sejahtera malah dianggap kuno en ’mengerikan’.
Islam itu indah. Ia mengajarkan kasih sayang en persaudaraan melalui ikatan akidah. Islam itu mulia. Ia mengatur segala perbuatan kita supaya kita gak terjerumus ke dalam perbuatan hina cuma karena menurutkan hawa nafsu belaka. En jelas Islam itu bikin sejahtera. Ingat cerita rakyatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang gak mau lagi nerima zakat karena merasa udah hidup berkecukupan kan? Itu cuma sebagian contoh kecil aja, Bung!
Liat aja contoh konkritnya ketika aturan Islam disepelekan en ditinggalkan. Gak ada lagi perdamaian en persaudaraan, rasa individualisme semakin menjadi-jadi. Berbagai kerusakan, kriminalitas, degradasi moral dan sebagainya mengalami peningkatan. Umat Islam banyak yang miskin, melarat dan terjajah dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu, luruskan cara pandang kita kawan, dengan mengenali Islam lebih dekat dan dalam. Sehingga akan kita pahami bahwa Islam itu adalah suatu kecemerlangan pikiran dalam segala hal dan semua aspek kehidupan.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TQS Al-Maidah ayat 48)
Tapi sesusah-susahnya soal ujian anatomi, kayaknya gak ada yang pernah salah pahamnya separah gue. Waktu itu tema ujiannya tentang saluran pencernaan manusia, yang mana organ yang musti dipelajari itu mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus hingga anus. Weks, lumayan banyak bahannya, belum lagi ditambah beberapa organ seperti hati en macam-macam kelenjar yang memudahkan pencernaan.
Dan waktu itu tiba. Nomor absen gue dipanggil bersama-sama sobat lain yang satu shift untuk memasuki ruang ujian, tempat kami biasa praktikum anatomi. Dengan gagah berani dan sikap yang sok meyakinkan (padahal persiapan gue seadanya waktu itu) gue melangkah dengan pasti menuju lokasi. Benar-benar saat yang menegangkan, gue mulai berhadapan dengan soal ujian satu persatu sesuai organ yang disediakan. Beberapa berhasil gue jawab dengan mudah, alhamdulillah. Namun suatu ketika, gue tertegun dan ternganga bengong memandang suatu organ yang rasanya belum pernah gue lihat (mungkin pernah diajarin asdos tapi guenya yang lupa, hehe).
Potongan organ itu punya rambut-rambut aneh di satu sisinya. Menurut persepsi gue, ini pasti potongan membujur kepala manusia, soalnya rambut-rambut itu rada mirip sama janggut teman seperjuangan gue (yang ngerasa jangan tersinggung, hahaa..). Sebuah jarum pentul tertancap pada daerah mirip suatu rongga, en sebuah kertas berisikan pertanyaan tergeletak di samping organ itu. Kalo gak salah bunyi pertanyaannya gini: “Organ apa yang ditunjuk?” (baca dengan irama guru TK yang sedang ngajarin muridnya).
Senyum simpul penuh kemenangan tersungging dari bibir gue yang pucat kayak mayat. Dan dengan ucapan bismillah, tanpa beban gue goreskan pulpen gue pada lembar jawaban ujian sebuah jawaban, yaitu: ‘cavitas oris’, rongga mulut! Jenius, bener-bener analisis tingkat tinggi! Padahal tuh soal kayaknya lumayan sulit. “Hahaha, mohon maaf Pak Dosen yang bikin soal, anda gagal menipu saya,” teriak gue dalam hati.
Lalu ujian berakhir en dengan wajah yang berseri-seri kayak iklan orang yang pake pemutih wajah gue meninggalkan ruang ujian. Yes, berhasil, berhasil hore! We did it! (Maklum dulu gue sempat ngefans berat sama Dora the Explorer tapi sekarang udah tobat kok). Gue nyamperin sohib-sohib yang lagi ribut ngebahas soal ujian tadi, sebagian ada yang jingkrak-jingkrak soalnya tadi jawabannya bener kata temannya, sebagian ada yang nyesel kayak kemalingan ayam kesayangan soalnya jawaban dia kata temannya salah, en sebagian lagi debat kayak waktu sidang pansus century karena perbedaan jawaban en masing-masing ngerasa kalo dirinya yang bener.
Terbersit dalam pikiran gue buat ngebahas soal yang agak membingungkan gue tadi, maka gue pun melontarkan pertanyaan pada seorang sahabat. “Eh, waktu soal yang itu tadi apa jawaban kamu?” Beliau dengan bijak en merdu menyahut, “Oh, itu ya. Aku juga agak bingung tadi, tapi itu jelas jawabannya ‘rectum’”. Kawan-kawan yang lain membenarkan, “Betul, jelas banget itu kok tadi.” Gue terpana gak percaya apa yang barusan gue dengar. Rectum itu bahasa terminologis anatomi yang artinya ‘saluran tinja sebelum anus’. Jelas, gak ada deket-deketnya sama sekali dengan rongga mulut. Makan apa gue kemaren, kok bisa keracunan sampai salah ngejawab soal seancur ini? Gubrakkkk!!!
Gak bisa dibayangin coba! Rongga mulut, sama saluran tinja dekat anus. Bagai langit dan bumi, tauk! Jauh banget! Gue ketipu, asli. Rambut yang gue pikir janggut itu pasti sebenernya cuma rambut yang tumbuh pada organ reproduksi deket anus. Lalu gue mikir, gimana yak kalo dosen pengujinya ngelihat jawaban gue yang luar biasa konyol itu. Ada beberapa opsi: (a) Terpingkal-pingkal sambil megangin perut karena gak percaya ada mahasiswa yang punya jawaban sebego itu. (b) “Ini pasti ngolok-ngolok saya,” kata sang dosen murka. (c) “Hmm, patut dipertimbangkan juga kalo ternyata kepala itu mirip pantat,” pikir pak Dosen manggut-manggut.
Ah sudahlah, pikir gue. Yang lalu biarlah berlalu. Gue pun dengan gontai berjalan ke parkiran buat ngambil motor untuk pulang ke rumah, dengan membawa pengalaman pahit yang barusan gue alami tadi. Tragis!
***
Apa inti masalah yang bisa dipahami dari cerita tadi? Ini masalah paradigma atau cara pandang, pren. Suatu hal yang sama bila dipandang dari sudut en cara pandang yang beda bisa menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Sehingga perlakuan terhadap hal itu tadi juga berbeda.
Contohnya kayak tadi, gue memandang organ tersebut rongga mulut karena menganggap rambut-rambut disekitarnya tadi sebagai janggut, sedangkan kebanyakan orang memandang bahwa jelas-jelas organ itu rectum. Padahal organnya sama, namun cara pandang kami beda-beda, en emang gue ternyata salah sedangkan sohib-sohib gue tadi benar, soalnya itu sesuai dengan atlas anatomi yang jadi acuan mahasiswa kedokteran.
Nah begitu juga dalam kehidupan kita, kadang kita memandang suatu hal atau perbuatan dengan cara pandang yang beda-beda. Namanya juga manusia, akalnya terbatas sehingga untuk menyikapi suatu hal yang sama aja sering kali terdapat perselisihan antar manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada yang bilang kalo pacaran itu gak baik, ada yang bilang itu malah bagus. Ada yang berpendapat nutup aurat itu wajib, ada yang berkilah pake jilbab itu ribet. Dan lain sebagainya.
Gimana kita bisa tau yang mana yang bener? Kita musti punya patokan atau standar atau suatu tolak ukur yang terjamin kebenarannya. Sehingga dengan standar itu tadi kita dapat menilai apa yang bener en apa yang salah. Kalo dalam mata kuliah anatomi kita mengenal adanya atlas anatomi sebagai standar acuan kita dalam mengidentifikasi nama dari berbagai bagian-bagian organ.
Begitu juga dalam kehidupan nyata. Pencipta kita, Allah ta’ala telah menurunkan kepada kita seperangkat peraturan sebagai standar baku buat manusia. Itulah syari’at Islam yang bersifat komprehensif. Dengan mengacu pada al-Qur’an dan Hadits, kita dapat menentukan mana perbuatan yang benar en mana yang salah. Mendekati zina itu salah, karena udah jelas itu dilarang seperti yang tertulis dalam al-Israa ayat 32. Pake jilbab itu wajib mutlak kebenarannya seperti yang diperintahkan dalam surah al-Ahzab ayat 59 dan an-Nuur ayat 31. Berhukum selain hukum Allah itu salah karena seperti yang disebutkan pada surah al-Maidah ayat 44, 45 dan 47 bahwa ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, fasik, zalim.”
Sayangnya saat ini standar baku tersebut udah mulai ditinggalkan. Ini karena paradigma kita terhadap Islam dicemari oleh paradigma-paradigma lain yang merusak. Cara pandang sekular en liberal (serba bebas) yang asalnya dari Barat telah banyak mempengaruhi cara pandang seorang Muslim bahkan terhadap aturan Islam itu sendiri. Akhirnya aturan Islam yang sebenernya indah, mulia en bikin sejahtera malah dianggap kuno en ’mengerikan’.
Islam itu indah. Ia mengajarkan kasih sayang en persaudaraan melalui ikatan akidah. Islam itu mulia. Ia mengatur segala perbuatan kita supaya kita gak terjerumus ke dalam perbuatan hina cuma karena menurutkan hawa nafsu belaka. En jelas Islam itu bikin sejahtera. Ingat cerita rakyatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang gak mau lagi nerima zakat karena merasa udah hidup berkecukupan kan? Itu cuma sebagian contoh kecil aja, Bung!
Liat aja contoh konkritnya ketika aturan Islam disepelekan en ditinggalkan. Gak ada lagi perdamaian en persaudaraan, rasa individualisme semakin menjadi-jadi. Berbagai kerusakan, kriminalitas, degradasi moral dan sebagainya mengalami peningkatan. Umat Islam banyak yang miskin, melarat dan terjajah dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu, luruskan cara pandang kita kawan, dengan mengenali Islam lebih dekat dan dalam. Sehingga akan kita pahami bahwa Islam itu adalah suatu kecemerlangan pikiran dalam segala hal dan semua aspek kehidupan.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TQS Al-Maidah ayat 48)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
3/14/2010 04:08:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Minggu, 28 Februari 2010
Silakan Hapus Saya Sebagai Teman Anda di Facebook
Kawan, kisah ini sungguh tak bisa dibandingkan dengan cobaan-cobaan pahit yang dialami Rasulullah ketika memperjuangkan kebenaran yang dibawanya, yang ketika itu beliau dilempari dengan kotoran, dihina, difitnah, bahkan diperangi. Kisah ini juga jauh tak seheroik pengalaman mereka di Timur Tengah sana yang ditangkapi, dipenjara, disiksa bahkan dibunuh juga karena kebenaran yang diemban mereka. Dan kisah ini tak ada apa-apanya dengan perjuangan seorang remaja 16 tahun bernama Muhammad di Palestina yang diinterogasi dan disiksa diluar batas kemanusiaan ketika ia menyebarkan selebaran-selebaran yang juga berisi kebenaran.
Kawan, aku hanya tergerak menuliskan pengalaman sepele ini, yang merupakan bumbu-bumbu perjuangan yang mewarnai lukisan indah jalan hidup yang ku pilih ini. Tentang salah satu jejaring sosial dunia maya yang ku tahu kalian juga pasti mengenalnya, yang ku anggap bisa dijadikan salah satu jalan untuk setiap tapak langkah perjuangan, kawan.
Tiap kali ku coba menuangkan ide, pemikiran, dan kebenaran yang pernah ku kenal dan ku pahami. Karena itu telah nyata kebenarannya. Bukan untuk kesenangan semata, atau bahkan mencari sensasi. Karena apa yang ku tulis di status itu memang selalu beda dengan apa yang mereka tulis kebanyakan, namun sama dengan apa yang kawan seperjuanganku kemukakan.
Suatu ketika ku tulis tentang penegasan bahwa kita wajib menolak kedatangan seorang pemimpin negara imperialis yang tangannya telah berlumuran darah saudara-saudara kita. Dan reaksi kontra salah seorang kawan kumaklumi saja pada awalnya karena ku yakin ia masih belum paham kebenaran. Ia mengomentari statusku, sungguh kasian diriku yang tak tahu bagaimana caranya menunjukkan budaya Timur kepada tamu kita ’yang terhormat’. Dan dengan santai ku jawab bahwa sang tamu tersebut bahkan tak punya budaya selayaknya manusia saat ia membantai umat Muslim yang negaranya mereka jajah. Lama tak ada jawaban dan reaksi darinya, padahal ku harap ia mau berdiskusi di ruang terbuka ini, bukan untuk maksud mencari pembenaran namun jelas untuk saling memahami kebenaran. Maka ku buka wall kawan ku itu dengan niat melanjutkan diskusi ini, tapi ketika kulihat ’wall’nya kutahu bahwa aku telah dihapus sebagai teman dari akun facebooknya.
Hehe, sungguh cerita yang sangat remeh temeh sekali kan? Tapi kawan bagiku ini adalah suatu hal yang memberikan arti tersendiri karena akulah yang mengalaminya. Yang ku sesalkan, adalah kenapa kawan ku tersebut tak mau mengkonfirmasi lebih lanjut apa yang ku coba sampaikan tersebut.
Ini tentang penyampaian kebenaran kawan. Aku sadar mungkin akulah yang salah, entah caraku dalam menyampaikan sehingga kawan baikku tadi bersikap seperti itu. Namun bukan kebenaran yang ku embanlah yang patut disalahkan. Maka meniru ucapan seorang motivator yang dikecam karena kebenaran, ”Saya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang Anda rasakan, tapi saya tak meminta maaf atas kebenaran yang saya sampaikan”.
Kawan, engkau bilang kebaikan itu relatif, tapi jelas sekali bahwa kebenaran itu mutlak. Karena kita telah memiliki standar paling baku yang diturunkan langsung oleh yang menciptakan kita Allah swt, yaitu hukum syara’. Mungkin anggapan baik dalam tata cara berpakaian itu berbeda, di sini pakai bikini itu tidak sopan tapi di Hawai itu menjadi pemandangan yang biasa. Namun bukankah dalam standar kita tadi, aturan Islam, jelas bahwa menutup aurat itu kewajiban? Artinya predikat dosa jika kita mengumbar aurat adalah suatu kebenaran. Sama juga yang lain. Berpacaran (baca: mendekati zina) adalah maksiat itu suatu kebenaran. Berbohong, berbuat curang termasuk dalam ujian merupakan perbuatan dosa, itu adalah kebenaran. Islam itu ideologi mulia dan demokrasi itu sistem busuk juga merupakan kebenaran.
Aku yakin kawan, aku cuma lebih dulu memahami kebenaran itu dibandingkan kalian dan aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran-kebenaran tersebut. Dan aku lebih yakin lagi jika kalian mengetahuinya lebih dulu dariku maka kalian akan melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Karena kita tahu itu adalah kewajiban, kawan.
Ingatkah kalian Sayyidina Ali telah berujar bahwa janganlah kamu melihat kebenaran dari siapa yang menyampaikannya, tapi lihatlah kebenaran itu maka kamu akan melihat kebenaran orang yang mengembannya? Ya, aku memang bukanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa. Aku cuma orang biasa, tapi ide yang luar biasa itulah yang saat ini ku coba untuk ku emban, walau ku tahu aku terlalu hina untuk mengemban sesuatu yang terlampau mulia untuk diemban ini.
Kawan, bagaimana jika suatu saat seorang pengemis kumuh memberitahukan kalian bahwa di jalan yang akan kalian lewati terdapat lubang galian yang curam dan dan dapat membahayakan? Celakalah kita yang menyepelekan peringatan sang pengemis tersebut karena kita merasa ia adalah orang hina yang tak pantas memberikan nasihat kepada kita. Padahal sang pengemis tadi hanya berupaya menyampaikan kebenaran yang telah ia ketahui sebelumnya.
Kawan, jujurlah apakah kalian selalu merasa terganggu dengan apa yang coba ku sampaikan di tengah-tengah kalian? Apakah kalian tak suka dengan kalimat-kalimat yang kutuangkan karena itu bertentangan dengan hal yang selalu kalian pikirkan? Mari kita diskusikan itu untuk saling berbagi kebenaran, sebab siapa tahu memang aku yang salah dan kalianlah yang benar. Tapi ingat kawan, kebenaran yang bersumber dari aturan Sang Maha Kuasa tak bisa lagi kita ganggu gugat. Maka jika yang kusampaikan itu bertentangan dengan kebenaran-Nya, pantaslah aku yang salah.
Dan bila aku sudah menyampaikan kebenaran yang sesuai dengan kebenaran-Nya, dan kalian tetap tidak menyukainya, serta tak mau mencoba memahaminya, silakan hapus saja aku sebagai teman kalian di dunia maya ini. Tapi janganlah kalian hapus kebenaran yang telah begitu nyata adanya. Dan tenang saja, aku tak bakalan dendam kok, malahan ku berharap semoga kita mampu menjalin hubungan pertemanan kita di tempat terindah kelak, hehe.
***
“aku sedang jatuh cinta..
rasanya sakit sekali.
Tapi aku ingin merasakan sakit selamanya…”
Mereka, para pejuang kebenaran adalah orang-orang yang paling romantis, betapa tidak? Hidupnya di kelambui cinta. Cinta akan kebenaran. Tak ada yang sanggup menandingi kesediaan mereka dalam berkorban demi cintanya akan kebenaran. Mereka sanggup menahan perih dalam mencinta. Dari telapak tangan mereka mengepul asap dan tercium bau hangus daging terbakar karena menggenggam bara kebenaran. Di dada mereka, mendidih magma cinta yang mengguncangkan sekelilingnya. Hatinya dibakar api rindu, rindu akan berkibarnya kebenaran bagi semesta alam.
Di rasuki cinta akan kebenaran. Sakit. Tapi ingin merasakan sakit selamanya…
(dikutip dari Open Mind edisi 13)
***
Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang artinya: “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar pada agamanya diantara mereka seperti orang yang menggenggam bara api”.
Menggenggam bara api di tengah kegelapan. Panas memang, dan terasa amat perih dan pedih. Namun sungguh pengecut jika bara api itu kita lepaskan, dan sayang karena itu sumber penerangan satu-satunya di tengah kepekatan nan hitam.
akhir bulan kedua,
oleh: saudaramu yang mencintaimu karena Allah
Kawan, aku hanya tergerak menuliskan pengalaman sepele ini, yang merupakan bumbu-bumbu perjuangan yang mewarnai lukisan indah jalan hidup yang ku pilih ini. Tentang salah satu jejaring sosial dunia maya yang ku tahu kalian juga pasti mengenalnya, yang ku anggap bisa dijadikan salah satu jalan untuk setiap tapak langkah perjuangan, kawan.
Tiap kali ku coba menuangkan ide, pemikiran, dan kebenaran yang pernah ku kenal dan ku pahami. Karena itu telah nyata kebenarannya. Bukan untuk kesenangan semata, atau bahkan mencari sensasi. Karena apa yang ku tulis di status itu memang selalu beda dengan apa yang mereka tulis kebanyakan, namun sama dengan apa yang kawan seperjuanganku kemukakan.
Suatu ketika ku tulis tentang penegasan bahwa kita wajib menolak kedatangan seorang pemimpin negara imperialis yang tangannya telah berlumuran darah saudara-saudara kita. Dan reaksi kontra salah seorang kawan kumaklumi saja pada awalnya karena ku yakin ia masih belum paham kebenaran. Ia mengomentari statusku, sungguh kasian diriku yang tak tahu bagaimana caranya menunjukkan budaya Timur kepada tamu kita ’yang terhormat’. Dan dengan santai ku jawab bahwa sang tamu tersebut bahkan tak punya budaya selayaknya manusia saat ia membantai umat Muslim yang negaranya mereka jajah. Lama tak ada jawaban dan reaksi darinya, padahal ku harap ia mau berdiskusi di ruang terbuka ini, bukan untuk maksud mencari pembenaran namun jelas untuk saling memahami kebenaran. Maka ku buka wall kawan ku itu dengan niat melanjutkan diskusi ini, tapi ketika kulihat ’wall’nya kutahu bahwa aku telah dihapus sebagai teman dari akun facebooknya.
Hehe, sungguh cerita yang sangat remeh temeh sekali kan? Tapi kawan bagiku ini adalah suatu hal yang memberikan arti tersendiri karena akulah yang mengalaminya. Yang ku sesalkan, adalah kenapa kawan ku tersebut tak mau mengkonfirmasi lebih lanjut apa yang ku coba sampaikan tersebut.
Ini tentang penyampaian kebenaran kawan. Aku sadar mungkin akulah yang salah, entah caraku dalam menyampaikan sehingga kawan baikku tadi bersikap seperti itu. Namun bukan kebenaran yang ku embanlah yang patut disalahkan. Maka meniru ucapan seorang motivator yang dikecam karena kebenaran, ”Saya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang Anda rasakan, tapi saya tak meminta maaf atas kebenaran yang saya sampaikan”.
Kawan, engkau bilang kebaikan itu relatif, tapi jelas sekali bahwa kebenaran itu mutlak. Karena kita telah memiliki standar paling baku yang diturunkan langsung oleh yang menciptakan kita Allah swt, yaitu hukum syara’. Mungkin anggapan baik dalam tata cara berpakaian itu berbeda, di sini pakai bikini itu tidak sopan tapi di Hawai itu menjadi pemandangan yang biasa. Namun bukankah dalam standar kita tadi, aturan Islam, jelas bahwa menutup aurat itu kewajiban? Artinya predikat dosa jika kita mengumbar aurat adalah suatu kebenaran. Sama juga yang lain. Berpacaran (baca: mendekati zina) adalah maksiat itu suatu kebenaran. Berbohong, berbuat curang termasuk dalam ujian merupakan perbuatan dosa, itu adalah kebenaran. Islam itu ideologi mulia dan demokrasi itu sistem busuk juga merupakan kebenaran.
Aku yakin kawan, aku cuma lebih dulu memahami kebenaran itu dibandingkan kalian dan aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran-kebenaran tersebut. Dan aku lebih yakin lagi jika kalian mengetahuinya lebih dulu dariku maka kalian akan melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Karena kita tahu itu adalah kewajiban, kawan.
Ingatkah kalian Sayyidina Ali telah berujar bahwa janganlah kamu melihat kebenaran dari siapa yang menyampaikannya, tapi lihatlah kebenaran itu maka kamu akan melihat kebenaran orang yang mengembannya? Ya, aku memang bukanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa. Aku cuma orang biasa, tapi ide yang luar biasa itulah yang saat ini ku coba untuk ku emban, walau ku tahu aku terlalu hina untuk mengemban sesuatu yang terlampau mulia untuk diemban ini.
Kawan, bagaimana jika suatu saat seorang pengemis kumuh memberitahukan kalian bahwa di jalan yang akan kalian lewati terdapat lubang galian yang curam dan dan dapat membahayakan? Celakalah kita yang menyepelekan peringatan sang pengemis tersebut karena kita merasa ia adalah orang hina yang tak pantas memberikan nasihat kepada kita. Padahal sang pengemis tadi hanya berupaya menyampaikan kebenaran yang telah ia ketahui sebelumnya.
Kawan, jujurlah apakah kalian selalu merasa terganggu dengan apa yang coba ku sampaikan di tengah-tengah kalian? Apakah kalian tak suka dengan kalimat-kalimat yang kutuangkan karena itu bertentangan dengan hal yang selalu kalian pikirkan? Mari kita diskusikan itu untuk saling berbagi kebenaran, sebab siapa tahu memang aku yang salah dan kalianlah yang benar. Tapi ingat kawan, kebenaran yang bersumber dari aturan Sang Maha Kuasa tak bisa lagi kita ganggu gugat. Maka jika yang kusampaikan itu bertentangan dengan kebenaran-Nya, pantaslah aku yang salah.
Dan bila aku sudah menyampaikan kebenaran yang sesuai dengan kebenaran-Nya, dan kalian tetap tidak menyukainya, serta tak mau mencoba memahaminya, silakan hapus saja aku sebagai teman kalian di dunia maya ini. Tapi janganlah kalian hapus kebenaran yang telah begitu nyata adanya. Dan tenang saja, aku tak bakalan dendam kok, malahan ku berharap semoga kita mampu menjalin hubungan pertemanan kita di tempat terindah kelak, hehe.
***
“aku sedang jatuh cinta..
rasanya sakit sekali.
Tapi aku ingin merasakan sakit selamanya…”
Mereka, para pejuang kebenaran adalah orang-orang yang paling romantis, betapa tidak? Hidupnya di kelambui cinta. Cinta akan kebenaran. Tak ada yang sanggup menandingi kesediaan mereka dalam berkorban demi cintanya akan kebenaran. Mereka sanggup menahan perih dalam mencinta. Dari telapak tangan mereka mengepul asap dan tercium bau hangus daging terbakar karena menggenggam bara kebenaran. Di dada mereka, mendidih magma cinta yang mengguncangkan sekelilingnya. Hatinya dibakar api rindu, rindu akan berkibarnya kebenaran bagi semesta alam.
Di rasuki cinta akan kebenaran. Sakit. Tapi ingin merasakan sakit selamanya…
(dikutip dari Open Mind edisi 13)
***
Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang artinya: “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar pada agamanya diantara mereka seperti orang yang menggenggam bara api”.
Menggenggam bara api di tengah kegelapan. Panas memang, dan terasa amat perih dan pedih. Namun sungguh pengecut jika bara api itu kita lepaskan, dan sayang karena itu sumber penerangan satu-satunya di tengah kepekatan nan hitam.
akhir bulan kedua,
oleh: saudaramu yang mencintaimu karena Allah
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/28/2010 01:02:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
dakwah
Selasa, 16 Februari 2010
Tips Untuk Ujian Nasional
(Perhatian: Jauhkan dari guru kelas XII. Tidak menerima permohonan kunci jawaban Ujian Nasional dalam bentuk apa pun. Baca sampai habis, kalau memang gak punya kerjaan, hehe...)
Apa yang kalian rasakan saat ini? Gelisah? Pusing? Takut? Cemas? Gugup? Stress? Kalau iya, wajar aja soalnya sebentar lagi kalian bakal menghadapi sesuatu yang ujar kebanyakan orang sangat menentukan masa depan kalian, yaitu Ujian Nasional. Tapi ingat, walaupun kalian mengalami berbagai perasaan tersebut, tetap aja jangan sampai berlebihan. Di bawa santai dan rileks aja, pren. Kalau terlalu stress, alih-alih kalian lulus ujian bisa-bisa malah dapat kesempatan nginap gratis di Sambang Lihum (nama salah satu rumah sakit jiwa, bukan hotel bintang lima bro).
“Lalu gimana caranya biar bisa santai dan rileks?”. Pertanyaan bagus. Jawabannya simpel, yaitu lakukan persiapan sebaik-baiknya. Nah, kali ini gue mencoba dikit berbagi trik-trik jitu tapi aneh yang semoga bakalan bisa ngebantu persiapan kalian. Yang mana bila tips ini bener-bener kalian aplikasikan, gue yakin kalian (mudah-mudahan) bisa lulus ujian nasional dengan nilai yang memuaskan. Tapi ingat, kalo emang hasil akhirnya kalian lulus tapi dengan nilai ancur-ancuran, jangan dendam sama gue sampai-sampai kalian ngancam gue buat nraktirin rujak Paman Adul segerobak. Jangan, soalnya selain makan rujak kebanyakan itu gak baik buat kesehatan, gue kan juga gak maksa kalian buat ngikutin tips yang gue kasih, hehe.
Pengantar: Ujian Nasional?
Ujian Nasional emang akan menentukan sekali apakah kalian lulus atau tidak dari jenjang bangku pendidikan SMA, sehingga kalian bisa melanjutkan pendidikan lagi ke bangku kuliah (kecuali bagi yang mau langsung kawin, hehe. Tapi ada juga yang mau langsung kerja, itu juga hebat). Yah, begitulah fakta sistem pendidikan di negeri kita saat ini. Padahal udah keluar banyak energi, waktu, dan uang selama 3 tahun sekolah di SMA, akhirnya kelulusan cuma ditentukan beberapa hari yang amat krusial.
Siswa yang berprestasi, pernah menang olimpiade sains dan selalu menempati ranking atas di kelas pun bisa nggak lulus. Kebanyakan siswa juga takut setengah mati kalau nggak lulus UN. Sehingga udah jadi rahasia umum, bahwa segala cara pun jadinya dihalalkan demi kelulusan. Mulai dari pembentukan Pansus penyebaran sms contekan (gila, kayak kasus Century aja), beredarnya bocoran soal dan kunci jawaban ujian, celingak-celinguk waktu ngerjakan soal (nyari contekan maksudnya), dan lain-lain.
Bahkan lucu juga saat dengar berita tahun lalu, ketika satu sekolah siswanya pada gak lulus semua karena nyontek kunci jawaban yang salah (ini baru konyol, udah nyontek salah pula). Lebih konyol lagi pihak sekolah itu malah minta sama pemerintah supaya ujian nasional dilakukan ulang. Keterlaluan dan parah.
Wah, wah, kemana hilangnya rasa iman akan adanya Allah yang selalu mengawasi? Kok bisa ngerasa aman ngelakukan dosa kayak gitu ya? Dosa? Ya iyalah, itukan jelas perbuatan yang curang. Ingat kawan, Allah SWT telah berfirman: ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang” (QS al-Muthaffifin [83]: 1).
Selain bikin orang getol melakukan kecurangan, UN sebenarnya juga bisa bikin kreativitas siswa terpasung dan gak berkembang. Remaja yang seharusnya memiliki banyak potensi buat dikembangkan malah terpaku pikirannya hanya untuk ujian nasional. Mereka belajar pun niatnya bukan lagi demi kewajiban menuntut ilmu, tapi supaya bisa lulus dan dapat ijazah semata. Padahal ingat, sekolah itu tujuan seharusnya ialah mendidik siswa supaya pintar, cerdas dan punya perilaku sosial yang baik.
Dengan memperhatikan kondisi ini pantas aja banyak kalangan termasuk praktisi pendidikan sendiri menyuarakan penghapusan UN. Tapi anehnya dengan banyaknya kekurangan di sana-sini pemerintah tetap aja ngotot mempertahankan sistem pendidikan kayak gini. Bahkan lagi-lagi batas kelulusan UN juga ditingkatkan. Gimana, jadi makin mengerikan bukan? (hehe, kalo gue sih sudah aman).
Walau begitu, detik-detik menuju ujian sebentar lagi tetep bakal datang. Sudah gak ada gunanya lagi kalo cuma bisa ngeluh, mencak-mencak, apalagi putus asa. Kalian mau demo dan ngajak Paman Huri sebagai orator sekalipun juga belum tentu bisa ngebatalin keputusan pemerintah kan? Jadi harus gimana? Nah, kata orang bijak, cara terbaik untuk memecahkan masalah adalah dengan menghadapinya. Jadi, hadapi aja ujian nasional kali ini dengan gagah berani dan keyakinan akan kemampuan diri. Tentu dengan persiapan yang sudah matang sejak dini.
Inilah tips dari gue, (gak) dijamin ampuh, efektif, meningkatkan percaya diri, dan mampu membunuh nyamuk dalam sekejap!
Tips-tips Menghadapi UN
Pertama, belajar. Belajar yang baik adalah belajar dengan ikhlas, keras, dan cerdas (gue kutip dari “Keeps Spirit, Yang Muda Yang Luar Biasa” karya Zayed Ibnul Wahab). Ikhlas, artinya kembali luruskan niat kita untuk belajar menuntut ilmu karena ikhlas mengharap ridha-Nya semata. Belajar keras, maksudnya bukan dengan cara melahap materi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya cuy. Tapi sedikit demi sedikit, dan berkelanjutan. Anggap aja belajar itu kayak makan kue. Nikmati sedikit demi sedikit, kalau langsung telan semuanya bisa-bisa kalian malah diopname di rumah sakit, kan.
Belajar cerdas, artinya kita perlu strategi. Pahami dan pilah materi apa yang musti kita kuasai. Kalau yang diujikan nanti adalah mata pelajaran Fisika, maka kuasailah materi fisika, bukan geografi (itu sama aja gak niat lulus). Biasanya ada juga kan batasan-batasan materi yang bakal diujikan tiap mata pelajaran. Nah, fokuslah hanya pada yang itu aja.
Kedua, ini masih berkaitan juga dengan belajar tadi. Tapi kali ini khusus, kalian coba ngejawab prediksi soal-soal ujian nasional dengan keadaan seolah-olah kalian sedang ujian nasional yang sebenernya. Misalkan waktu ujiannya dua jam, maka coba selesaikan soal tersebut juga dalam waktu dua jam, dengan kemampuan seadanya. Yah, sejenis simulasi atau try out gitu. Minta tolong sama ortu atau saudara kamu buat ngawasin dan ketika selesai langsung periksa hasilnya. Anggap aja hasil dari latihan tersebut adalah hasil sebenarnya dari ujian nanti. Gimana, memuaskan?
Kalo belum, jangan langsung putus asa dan ngamuk. Lihat kunci jawaban, apanya yang salah dari jawaban kalian. Lalu pahami seperti apa jawaban beserta langkah menjawab yang benarnya, sampai kalian betul-betul mengerti. Terus, ulangi lagi simulasi tadi dengan soal yang sama. Masih kurang memuaskan? Coba lagi! Thomas Alpha Edison aja pernah gagal 999 kali dalam percobaannya menemukan bola lampu, masa latihan buat ujian aja kalian malas-malasan.
Ketiga, jangan malu buat nanya apa aja yang belum kalian pahami sama guru kalian di sekolah. Ingat kata peribahasa, malu bertanya rotan pun jadi. Tenang aja, guru-guru kita yang kualitasnya gak perlu diragukan lagi itu pasti mau ngajarin kalian. Gak usah takut, lagian mereka juga gak mungkin gigit kok. Guru-guru kita adalah orang-orang yang sangat pantas kita banggakan, mereka pasti ikhlas memberikan pemahaman kepada kita. Mereka juga pasti sangat ingin anak muridnya mampu lulus ujian dengan nilai yang bagus, dengan kemampuan sendiri tentunya. Insya Allah dengan sekuat tenaga mereka akan ngajarin kalian. Eh, tapi ingat waktu minta ajarin beliau harus dengan cara yang sopan bos!
Oh iya, kalian juga bisa nanya sama teman kalian yang pintar. Gue ingat waktu dulu pernah privat sama sohib gue yang jago matematika, alhasil nilai ujian matik gue jadi lumayan hehe.
Keempat, cari motivasi. Kalian bisa ikut berbagai acara semacam training motivasi yang sering diadakan. Atau kegiatan lain yang bisa nambah semangat kalian dan menanamkan keyakinan akan kemampuan kalian, bahwa kalian pasti bisa. Pasang target yang tinggi, misalnya lulus ujian dengan nilai tertinggi seprovinsi. Tulis di selembar karton, pasang di tempat yang strategis di kamar kalian, kalau perlu pasang dimana-mana supaya kalian ingat, di WC kalo mau, supaya sekalian pas nabung kalian juga ingat target kalian apa. Dengan masang target, sekuat tenaga kalian akan berupaya mencapai target tersebut. Usaha yang kalian lakukan pun jadi semakin keras. Walau gak tercapai, paling nggak hasil yang kalian terima insya Allah gak bakal jauh-jauh amat dari target yang kalian inginkan.
Kelima, doa. Manusia yang paling sombong adalah manusia yang merasa ia bisa melakukan apa saja tanpa ada campur tangan dari Tuhan. Ingat, sekeras apa pun kalian berusaha dan belajar, sepintar apa pun otak yang kalian punya, jika Allah SWT berkehendak apa pun bisa terjadi. Maka, dekatkan diri kalian kepada Dia Yang Maha Kuasa. Memohonlah dengan ikhlas dan tulus, dengan segala kerendahan hati kita, karena emang kita ini makhluk yang sangat rendah dan hina dibanding Sang Khalik. Supaya doa kita diijabah, ketahui sebab apa aja yang membuat doa kita bisa gak diterima oleh-Nya. Dengan begitu kita bakal menjauhi segala yang dilarang-Nya. Salah satunya, misalnya sesuai dengan sabda Rasulullah ini:
"Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (memilki 2 pilihan, yaitu) benar-benar memerintahkan berbuat ma'ruf (amar ma'ruf) dan melarang berbuat munkar (nahi munkar), ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian, kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan." (HR. Tirmidzi)
Ketahui juga adab-adab berdoa dan waktu-waktu yang pas untuk berdoa, supaya doa kita dikabulkan sama Allah SWT. Misalnya pada waktu sepertiga malam. Rasullah saw. bersabda:
“Setiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam akhir. Maka Allah berfirman: Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku, pasti Aku kabulkan, dan barangsiapa yang memohon kepada-Ku, pasti Aku beri, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni." (H.R.Bukhari, Muslim, Tirmidzi)
Nah, kayaknya cuma itu tips-tips yang bisa gue berikan, yang berdasarkan pengalaman gue sendiri ditambah juga yang didapat dari berbagai sumber. Kalo ada dari catatan ini yang bisa dijadikan manfaat walaupun gue tahu itu sangat sedikit, silakan diambil. Meski sebenernya catatan ini lebih banyak ngalur-ngidul yang gak jelas, hehe. Cari aja tips-tips yang lebih ampuh dan efektif serta menarik, di internet juga banyak kok. Yang jelas, kalau kalian cuma ngebaca yang kayak ginian tapi tetap gak diterapkan maka itu sia-sia.
Terakhir, harus diingat kalau yang dinilai di sisi Allah SWT itu sebenernya adalah proses dalam berusaha meraih tujuan kita, bukannya hasil. Di akhirat nanti, gue berani jaminin BPKB motor bapak gue, kalo kalian gak bakalan ditanya berapa nilai ujian nasional kalian. Yang dipertanggungjawabkan kelak adalah bagaimana cara kalian mendapatkan nilai tersebut. Apakah dengan cara yang diridhai-Nya atau tidak. Nilai ujian yang tinggi dan memuaskan, tapi didapatkan dengan cara yang haram? Bullshit. Kegembiraan karena lulus ujian dengan cara yang tidak benar, gak sebanding dengan azab neraka yang maha dahsyat.
Singkirkan jauh-jauh ke Benua Afrika pemikiran biar nyontek asal lulus. Tapi jangan juga mikir biar nilai jelek yang penting jujur. Yang benar adalah: ”Aku jujur dan nilaiku memuaskan!” Yakinlah, bahwa jika Allah bersama kita, apapun insya Allah pasti bisa kita lakukan.
”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (TQS Alam Nasyrah [94]: 5-6)
”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (TQS An- Naba’ [78]: 31)
(Sori, sebenernya masih banyak yang mau ditulis di sini, tapi kalau kepanjangan jadi susah juga. Sori juga kalau banyak dari kata-kata gue yang gak berkenan. Gak bermaksud menggurui, cuma ingin berbagi. Tulisan ini gue tujukan khususnya buat sohib-sohib yang masih nangkring di kelas XII SMAN 7 Banjarmasin dan bentar lagi menghadapi UN. Semoga niat gue ikhlas buat ngebantu sedikit, walaupun cuma dalam bentuk seperti ini. Dan doa gue selalu mengiringi kalian, agar lulus 100% dan jujur 100%!)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/16/2010 05:00:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Kamis, 04 Februari 2010
Menulislah Untuk Perubahan
Umat Islam saat ini tengah berada dalam keadaan yang menjadi titik nadirnya: mengalami keterpurukan yang amat sangat. Padahal Islam merupakan rahmat bagi sekalian alam dan umatnya pun berlabel predikat umat terbaik. Itu jika Islam diterapkan secara keseluruhan dalam berbagai aspek, bukan seperti sekarang dimana lebih dari setengah ajaran Islam disingkirkan dan sebagai gantinya umat Islam dipaksa oleh penguasanya yang zalim untuk menerapkan aturan bobrok buatan manusia semacam demokrasi.
Dan kebanyakan dari kita telah mengetahui hal ini, permasalahan umat beserta solusi konkrit atas itu. Kita yang telah menerima dengan ikhlas ajaran Islam, menjadikannya sebagai landasan mendasar dalam segala hal, melaksanakan aturannya sepenuh hati karena kesadaran akan hubungan kita kepada Sang Khalik, pastinya sepakat bahwa Islam bukan sekedar agama pemuas kebutuhan spiritual saja namun jauh lebih dari itu: Islam adalah sebuah ideologi. Ini bukan sebuah doktrin yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi pernyataan ini lahir dari hasil pemikiran yang cemerlang terhadap fakta bahwa ajaran Islam itu komprehensif, mengatur hal yang paling kecil sekalipun hingga masalah bernegara (baca penjelasan lengkapnya dalam kitab Nizham al-Islam karangan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani). Tentunya setiap ideologi bersifat solutif dan praktis, tak sekedar teoritis. Kita yang meyakini kebenaran Islam memahami bahwa ideologi ini lah satu-satunya yang mampu mengatasi segala problematika umat dengan benar pula.
Gelisah. Mungkin itulah yang sering dirasakan mereka yang mengemban suatu ideologi, tapi tak berupaya menyebarkan ajaran ideologi yang diadopsinya itu. Wajar, karena memang itulah ciri manusia ideologis. Mungkin sama seperti sebuah teko penuh berisi air yang dipanaskan, ketika mendidih airnya mulai menggelegak berupaya menumpahkan dirinya keluar dari teko itu.
Dan tak cuma masalah ideologi, ide apapun, kebenaran, ilmu dan kebaikan apapun jika kita tak berupaya menyampaikannya kepada yang lain semua itu tiada gunanya. Analogi yang sering digunakan, ilmu itu bagaikan air: jika ia mengalir akan memberi manfaat bagi kehidupan sekitarnya, jika ia hanya tergenang maka air itu hanya akan menjadi tempat bersarangnya berbagai parasit dan menjadi sarang penyakit. Tak bermanfaat sama sekali bahkan merugikan.
Berhentilah memendam segala ide kita yang semula cemerlang membusuk tak berguna sehingga membuat otak dan hati kita ikut membusuk karenanya. Sampaikan dengan metode dan cara apapun. Apakah itu dengan lisan maupun tulisan. Dan kali ini, kita coba sedikit memahami tentang menulis.
Menulis itu membagikan seluruh gagasan kita entah itu melalui tinta yang tertuang pada lembaran-lembaran kertas maupun gesitnya jari tangan yang mengetikkan kata pada keyboard alat canggih abad 21 itu. Memang tak semua hal yang bisa diungkapkan secara lisan mampu dikemukakan melalui tulisan. Tapi sama juga bahwa banyak sesuatu yang tak dapat dikomunikasikan dengan lisan karena rasa sungkan bisa disampaikan bahkan dengan ekspresif oleh tulisan.
Di dunia menulis, kita bebas menyeleksi dari banyaknya kata-kata untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf-paragraf yang berisi makna dari apa yang ingin kita sampaikan. Di sini kita juga bebas menyuarakan aspirasi kita, selama itu masih bersesuaian dengan etika hukum syara’. Dan sebagai seorang Muslim, kita tahu bahwa sebaik-baik perkataan adalah menyeru kepada jalan Allah dan mengajak kepada kebaikan. Dengan memanfaatkan media tulisan, tak terbayang berapa pahala yang bisa kita panen tiap saat orang membaca dan terpengaruh oleh tulisan kita, tentunya dalam hal ini tulisan yang menyerukan amar ma’ruf nahi munkar.
Terkhusus untuk yang memahami pentingnya perubahan, media tulisan akan menjadi amunisi yang ampuh. Kita tahu tak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita, atau malahan bertentangan. Ada yang peduli terhadap nasib umat, ada yang tidak. Bait demi bait revolusi tulisan kita semoga berkontribusi untuk membangunkan mereka yang tak peduli karena tak sadar itu.
Maka, apalagi yang kalian tunggu, kawan. Segera luapkan pemikiran-pemikiran cemerlangmu yang sudah tak sabar untuk ditumpahkan. Asah kemampuan kita mulai sekarang, coba dan terus coba. Pada waktunya, rasakan indahnya tarian jemarimu yang menghasilkan kata-kata penuh makna. Saatnya menghujamkan peluru tajam pemikiran tepat ke otak mereka yang tak paham pentingnya perubahan. Hingga mereka tahu, apa arti sebuah revolusi itu.
- Tulisan di atas cuma hasil kerjaan iseng orang yang masih perlu banyak belajar nulis. Ada beberapa istilah dari rekan seperjuangan yang dikutip-
(prajurit intifada)
Dan kebanyakan dari kita telah mengetahui hal ini, permasalahan umat beserta solusi konkrit atas itu. Kita yang telah menerima dengan ikhlas ajaran Islam, menjadikannya sebagai landasan mendasar dalam segala hal, melaksanakan aturannya sepenuh hati karena kesadaran akan hubungan kita kepada Sang Khalik, pastinya sepakat bahwa Islam bukan sekedar agama pemuas kebutuhan spiritual saja namun jauh lebih dari itu: Islam adalah sebuah ideologi. Ini bukan sebuah doktrin yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi pernyataan ini lahir dari hasil pemikiran yang cemerlang terhadap fakta bahwa ajaran Islam itu komprehensif, mengatur hal yang paling kecil sekalipun hingga masalah bernegara (baca penjelasan lengkapnya dalam kitab Nizham al-Islam karangan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani). Tentunya setiap ideologi bersifat solutif dan praktis, tak sekedar teoritis. Kita yang meyakini kebenaran Islam memahami bahwa ideologi ini lah satu-satunya yang mampu mengatasi segala problematika umat dengan benar pula.
Gelisah. Mungkin itulah yang sering dirasakan mereka yang mengemban suatu ideologi, tapi tak berupaya menyebarkan ajaran ideologi yang diadopsinya itu. Wajar, karena memang itulah ciri manusia ideologis. Mungkin sama seperti sebuah teko penuh berisi air yang dipanaskan, ketika mendidih airnya mulai menggelegak berupaya menumpahkan dirinya keluar dari teko itu.
Dan tak cuma masalah ideologi, ide apapun, kebenaran, ilmu dan kebaikan apapun jika kita tak berupaya menyampaikannya kepada yang lain semua itu tiada gunanya. Analogi yang sering digunakan, ilmu itu bagaikan air: jika ia mengalir akan memberi manfaat bagi kehidupan sekitarnya, jika ia hanya tergenang maka air itu hanya akan menjadi tempat bersarangnya berbagai parasit dan menjadi sarang penyakit. Tak bermanfaat sama sekali bahkan merugikan.
Berhentilah memendam segala ide kita yang semula cemerlang membusuk tak berguna sehingga membuat otak dan hati kita ikut membusuk karenanya. Sampaikan dengan metode dan cara apapun. Apakah itu dengan lisan maupun tulisan. Dan kali ini, kita coba sedikit memahami tentang menulis.
Menulis itu membagikan seluruh gagasan kita entah itu melalui tinta yang tertuang pada lembaran-lembaran kertas maupun gesitnya jari tangan yang mengetikkan kata pada keyboard alat canggih abad 21 itu. Memang tak semua hal yang bisa diungkapkan secara lisan mampu dikemukakan melalui tulisan. Tapi sama juga bahwa banyak sesuatu yang tak dapat dikomunikasikan dengan lisan karena rasa sungkan bisa disampaikan bahkan dengan ekspresif oleh tulisan.
Di dunia menulis, kita bebas menyeleksi dari banyaknya kata-kata untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf-paragraf yang berisi makna dari apa yang ingin kita sampaikan. Di sini kita juga bebas menyuarakan aspirasi kita, selama itu masih bersesuaian dengan etika hukum syara’. Dan sebagai seorang Muslim, kita tahu bahwa sebaik-baik perkataan adalah menyeru kepada jalan Allah dan mengajak kepada kebaikan. Dengan memanfaatkan media tulisan, tak terbayang berapa pahala yang bisa kita panen tiap saat orang membaca dan terpengaruh oleh tulisan kita, tentunya dalam hal ini tulisan yang menyerukan amar ma’ruf nahi munkar.
Terkhusus untuk yang memahami pentingnya perubahan, media tulisan akan menjadi amunisi yang ampuh. Kita tahu tak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita, atau malahan bertentangan. Ada yang peduli terhadap nasib umat, ada yang tidak. Bait demi bait revolusi tulisan kita semoga berkontribusi untuk membangunkan mereka yang tak peduli karena tak sadar itu.
Maka, apalagi yang kalian tunggu, kawan. Segera luapkan pemikiran-pemikiran cemerlangmu yang sudah tak sabar untuk ditumpahkan. Asah kemampuan kita mulai sekarang, coba dan terus coba. Pada waktunya, rasakan indahnya tarian jemarimu yang menghasilkan kata-kata penuh makna. Saatnya menghujamkan peluru tajam pemikiran tepat ke otak mereka yang tak paham pentingnya perubahan. Hingga mereka tahu, apa arti sebuah revolusi itu.
- Tulisan di atas cuma hasil kerjaan iseng orang yang masih perlu banyak belajar nulis. Ada beberapa istilah dari rekan seperjuangan yang dikutip-
(prajurit intifada)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/04/2010 11:09:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
menulis
Selasa, 26 Januari 2010
Tak Lagi Jera Dipenjara
Di negeri kita tercinta, penjara itu hukuman yang lumrah diberikan pada berbagai tersangka pelaku kriminal mulai dari kelas teri sampai kelas kakap. Mulai dari maling sandal jepit, penjudi sabung ayam, sampai ke pengedar narkoba dan koruptor. Yah, walaupun kadang ada juga penjahat yang dihukum mati sih. Tapi itu biasanya buat mereka yang sudah terlalu kakap bikin kejahatannya, kayak pembunuh sadis dengan jumlah korban yang banyak, atau mereka yang disebut teroris pelaku pengeboman yang menewaskan tak sedikit nyawa orang. (Untuk kasus terakhir, eksekusi pelaku bom bali sebenarnya masih menyisakan banyak teka-teki silang, maksudnya masih banyak hal yang belum terungkap seperti siapa dalang sebenarnya dll).
Penjara, dari asal katanya berasal dari kata penjera (ngarang-ngarang aja sih). Paling tidak sesuai dengan tujuan dari hukuman itu sendirilah, agar membuat si pelanggar hukum kapok dan menyesali perbuatannya serta berpikir ia tak mau mengulangi kejahatannya lagi. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku untuk saat ini. Fakta berbicara kalau penjara sudah tak mampu menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Buktinya kejadian kriminal yang beragam dan terus meningkat kuantitas serta kualitasnya dari hari ke hari, membuat penghuni tempat yang bekennya disebut hotel prodeo itu makin penuh, berjubel dan lebih sesak ketimbang antrean BLT (Bantuan Langsung Tewas, saking sesaknya ngantri demi uang 300 ribu sampai keinjak-injak, tewas deh). Bahkan jumlah pelaku kriminal saat ini yang ditampung dalam penjara jauh melebihi kapasitas penghuni penjara itu sendiri.
Kalau dipikir-pikir, enak juga ya hidup di penjara itu. Makan dikasih gratis tiga kali sehari, nggak usah capek-capek kerja. Bandingkan dengan orang miskin yang jadi pengemis atau yang kerjanya serabutan, makan sehari sekali aja mungkin sudah syukur. Makanya banyak orang miskin mikir, mending jadi penjahat aja supaya hidupnya terpelihara di penjara. Lagian kan masih banyak orang miskin yang kelaparan di mana-mana, yang nggak diurus sama pemerintah sekarang. Hahaha, kalau sudah begini sih pantaslah kriminalitas nggak bisa dibendung lagi peningkatan frekuensinya, dan makin penuh aja penjaranya, wong siapa yang nggak mau makan gratis (kamu mau? Nyolong ayam tetangga aja, tapi kayaknya harus babak belur dulu sih dihajar warga).
Belum lagi penjara yang konon namanya juga disebut LP (Lembaga Pemasyarakatan, bukan Laki setengah Perempuan alias bencong) itu kayaknya sudah seperti sekolah bagi para penjahat. Katanya sih lembaga pemasyarakatan, artinya di sana diberikan penyuluhan atau pembinaan bagi penghuninya supaya bisa kembali bermasyarakat dengan normal dan nggak mengulangi perbuatannya, kan. Kok malah kebalikannya, di mana dalam penjara itu para penjahat menimba ilmu kepada seniornya yang lebih berpengalaman. Sehingga sekembalinya ke alam bebas, para pelaku kejahatan yang dulunya cuma melakukan perbuatan kriminal sepele malah makin menjadi-jadi kejahatannya. Yang dulunya nyolong ayam sekarang jadi maling kambing. Yang dulunya maling motor jadi bisa nyuri mobil mercy. Yang dulunya cuma bandar togel, keluar dari penjara langsung berniat jadi bandar narkoba.
Malah bolak-balik masuk penjara dianggap sebagai sebuah prestasi. Makin sering masuk penjara artinya makin hebat atau istilahnya makin jago juga seseorang. Kayak preman-preman pasar, yang waktu minta upeti bilang kayak gini: ”Gue sudah 7 kali masuk penjara, jadi jangan macam-macam sama gue.” Buset, ngapain aja jadi 7 kali masuk bui, dibangga-banggakan pula!
Selain itu berada di penjara bukan berarti bebas dari aktivitas kejahatan. Sudah jadi rahasia umum, narkoba dan alkohol saja masih beredar di dalam sana. Bos penjahat sekalipun masih bisa memantau perkembangan sekaligus mengkoordinir jaringan yang dibawahinya. Belum lagi sogok-menyogok sipir penjara menjadi lumrah, untuk mendapatkan apa yang diinginkan si tahanan. Sipir-sipir itu bego juga kali, mau aja disuruh-suruh sama tahanan yang statusnya notabene lebih rendah daripada mereka.
Seperti kasus baru-baru ini, yang benar-benar bikin dongkol. Asli, dongkol dan bikin gregetan. Masa dalam tahanan kondisinya dibuat layaknya istana. Ada kamar mandi dengan bath tube plus showernya. Ada air conditioner, televisi digital, ranjang besar nan empuk, sampai ruang karaoke. Ini hotel prodeo atau bintang lima sih?! Pantas aja sipirnya mau disogok, mungkin mereka diajak karaokean juga kali sama tahanannya yang bejat itu. Gimana nggak bejat, seharusnya mereka yang sadar dan menyesali diri akan dosanya, eh malah senang-senang layaknya putri raja saja. Nggak ada perasaan bersalah atau emang nggak punya perasaan?
Ketika seorang nenek dituntut karena kasus ‘pencurian’ dua biji kakao, ketika satu keluarga miskin yang cuma memungut rontokan randu yang jatuh di tanah dipenjara, dan orang kehausan makan semangka busuk di kebun orang digebukin lalu dituntut penjara juga. Koruptor kelas kakap yang merugikan negara trilyunan rupiah masih enjoy aja tinggal di luar negeri. Dan penjahat yang benar-benar jahat walau dipenjara masih bisa menikmati fasilitas mewah dan melakukan perawatan kulit dan gigi. Di mana keadilan???
***
Bosan juga sih lagi-lagi musti ngomong kalau ini sebenarnya akibat penerapan hukum yang sekular, memisahkan agama dari kehidupan. Aturan dijalankan bukan lagi sebagai kontrol sosial ketaqwaan, tetapi demi kepentingan orang yang berduit. Akibatnya tak ada rasa takut bahkan merasa kebal terhadap azab Allah ketika melakukan kejahatan atau perbuatan melanggar hukum. Yang jadi aparat penerap hukum pun sama juga, lebih mementingkan berapa banyak duit yang bisa didapat ketimbang mikirin dosa.
Beda betul dalam aturan Islam, di mana keimanan dan ketaqwaan menjadi landasan dalam melaksanakan segala sesuatu termasuk penerapan hukum. Dalam Islam, penjara itu merupakan salah satu sanksi dari sistem hukum Islam. Ada empat jenis hukuman, yaitu had/hudud (pemberian sanksinya telah dijelaskan syara), jinayat, ta’zir (hukuman ditentukan oleh hakim/qadhi), dan mukhalafah (sanksi ditetapkan Khalifah). Dan penjara adalah salah satu bentuk dari ta’zir. Hukuman dalam Islam berfungsi sebagai zawajir (membuat efek jera sehingga orang lain pun enggan melakukan pelanggaran) dan jawabir (menghapus dosa pelaku kejahatan).
Kalau penjara itu mewah, artinya bertentangan sama sekali dengan prinsip zawajir atau penjeraan. Seharusnya penjara itu dibuat sedemikian rupa supaya membuat penghuninya trauma, bukannya malah betah dan bermanja-manja. Tapi tentunya juga harus sesuai dengan nilai kemanusiaan dalam ajaran Islam.
Sistem hukum Islam sudah menunjukkan bukti keefektifan yang nyata. Sejak negara Islam didirikan pada abad ke-7 sampai keruntuhannya di abad ke-20, hanya ada tersisa 200 kasus kriminal yang pernah terjadi. Arab Saudi, walaupun tidak menerapkan syari’at Islam secara keseluruhan, dikenal sebagai negara yang sangat rendah angka kriminalitasnya karena menjalankan sistem sanksi dalam Islam. Bahkan ada sebuah survey yang menyatakan bahwa jumlah kejahatan yang terjadi di Amerika Serikat selama sehari sama dengan jumlah kejahatan yang terjadi di Arab Saudi selama satu tahun! (Sumber buletin al-Wa’ie edisi Januari 2010)
Penerapan sistem Islam secara komprehensif juga akan melahirkan budaya tertib dan taat hukum. Soalnya masyarakat menaati hukum bukan sekadar takut dengan aparatnya dan kena hukuman, tapi karena kesadaran untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Tidak seperti sekarang, orang memakai helm cuma karena takut dirazia polisi.
***
Aturan yang sebenarnya penuh kemuliaan ini, anehnya masih banyak ditolak penerapannya mentah-mentah. Seperti kaum liberal munafik yang selalu bilang hukum Islam itu kejam dan tidak berperikemanusiaan. Padahal, dalam Islam juga ada batasan-batasan untuk menentukan apakah seseorang dikenakan hukuman atau tidak. Seperti hukuman potong tangan bagi pencuri, baru dikenakan jika ia terbukti mencuri lebih dari satu dinar. Dan pemotongannya pun berdasarkan kadar curiannya, tidak langsung asal tebas sampai semuanya buntung tau. Lalu dilihat juga alasannya, kenapa sampai melakukan pencurian. Kalau alasannya karena keadaan ekonomi yang mendesak, maka juga akan dipertimbangkan untuk tidak dijatuhi sanksi. Seperti Khalifah Umar yang membebaskan seseorang yang mencuri karena kehabisan makanan dan tidak punya uang.
Jadi bagaimana sekarang, masih ngotot anti sama penerapan aturan Islam dengan alasan bermacam-macam? Bagus, pertahankan saja sistem bobrok yang kalian banggakan itu, sampai mati kalau perlu, sehingga akhirnya mengerti juga kalau dalam sistem yang seharusnya dibuang ke dalam tong sampah itu, keadilan hanyalah mimpi. Hanya mimpi.
Dan bagi kami, memberontakkan pemikiran kepada sesuatu yang jelas salah seperti ini adalah suatu kebanggaan tersendiri!
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/26/2010 07:56:00 AM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
hukum Islam,
penjara mewah,
sistem sanksi Islam
Senin, 25 Januari 2010
Pantaskah Diri Ini?
Stagnan. Bosan. Ingin adanya perubahan. Apakah hanya kata-kata itu yang bisa diri ini ucapkan, sementara ia tak ada upaya sama sekali yang seharusnya bisa dilakukan. Begitu rindu akan revolusi suci, tapi terganjal rasa ketidakpantasan dalam diri. “Memang tidak ada makhluk yang sempurna..” Cih, apakah kekurangan yang seharusnya bisa diperbaiki pantas selalu dilindungi dengan kalimat itu?
Tidak, sama sekali tidak. Untuk mengubah keadaan memang harus dimulai dari hal yang paling kecil termasuk diri sendiri. Tapi, diri ini kecewa akan keadaan dirinya yang rasanya tak ada perubahan di dalamnya, kekurangan yang itu-itu saja. Tak menginginkan stagnasi tapi dalam dirinyalah bersemayam iblis-iblis yang merantai agar tak bisa maju ke depan. Menghendaki revolusi tapi tak punya kontribusi.
Sekali lagi, mengecewakan. Kecewa pada diri sendiri. Kelemahan-kelemahan lemah yang seharusnya dapat diatasi, menjadi tidak. Kecerobohan yang meniadakan ketelitian. Ketidaktegasan yang mengubur dalam kekonsistenan. Kelambanan berpikir yang seharusnya cemerlang. Sikap emosional menentang ketenangan. Kesombongan yang membutakan tawadhu dalam hati. Dan banyak, terlampau banyak untuk diungkap di sini.
Bukan untuk menafikan pernyataan bahwa tiada manusia yang sempurna karena memang kesempurnaan hanya milik-Nya. Tapi bagi diri ini itu tak pantas menjadi alasan atas kesalahan-kesalahan yang terus berulang dan kekurangan-kekurangan yang tak berusaha ditutupi. Semoga Ia Yang Maha Sempurna mengampuni hamba-Nya yang sangat hina ini. Berilah hamba-Mu ini kesempatan dan kekuatan agar ia selalu berbenah dan memperbaiki diri. Engkaulah Yang Maha Tahu segala yang nampak maupun tersembunyi bahkan dalam hati.
Astaghfirullah.. Tunjukilah hamba jalan-Mu yang benar, ya Allah. Dan istiqamahkanlah..
Tidak, sama sekali tidak. Untuk mengubah keadaan memang harus dimulai dari hal yang paling kecil termasuk diri sendiri. Tapi, diri ini kecewa akan keadaan dirinya yang rasanya tak ada perubahan di dalamnya, kekurangan yang itu-itu saja. Tak menginginkan stagnasi tapi dalam dirinyalah bersemayam iblis-iblis yang merantai agar tak bisa maju ke depan. Menghendaki revolusi tapi tak punya kontribusi.
Sekali lagi, mengecewakan. Kecewa pada diri sendiri. Kelemahan-kelemahan lemah yang seharusnya dapat diatasi, menjadi tidak. Kecerobohan yang meniadakan ketelitian. Ketidaktegasan yang mengubur dalam kekonsistenan. Kelambanan berpikir yang seharusnya cemerlang. Sikap emosional menentang ketenangan. Kesombongan yang membutakan tawadhu dalam hati. Dan banyak, terlampau banyak untuk diungkap di sini.
Bukan untuk menafikan pernyataan bahwa tiada manusia yang sempurna karena memang kesempurnaan hanya milik-Nya. Tapi bagi diri ini itu tak pantas menjadi alasan atas kesalahan-kesalahan yang terus berulang dan kekurangan-kekurangan yang tak berusaha ditutupi. Semoga Ia Yang Maha Sempurna mengampuni hamba-Nya yang sangat hina ini. Berilah hamba-Mu ini kesempatan dan kekuatan agar ia selalu berbenah dan memperbaiki diri. Engkaulah Yang Maha Tahu segala yang nampak maupun tersembunyi bahkan dalam hati.
Astaghfirullah.. Tunjukilah hamba jalan-Mu yang benar, ya Allah. Dan istiqamahkanlah..
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/25/2010 11:01:00 AM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sabtu, 16 Januari 2010
It's Democrazy!
(ditulis waktu masih kelas 3 SMA)
Negara kita dipuji Amerika si gembong demokrasi sebagai negara yang sangat demokratis. Bangga? Sebaiknya jangan! Apa yang mau dibanggain kalo rakyat kita masih banyak yang miskin, mati kelaparan, pengangguran, gak berpendidikan. Kenapa juga musti bangga ketika utang Indonesia masih nunggak, bunganya aja 1400 trilyun rupiah, lebih parah dari utang lo dikantin paman sekolah (ya iyalah!). Emang aneh, ternyata demokrasi yang selalu digembor-gemborkan sebagai sistem yang terbaik ternyata gak mampu mensejahterakan bangsa kita. Kenapa?
Demokrasi vs Kesejahteraan
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi itu pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Sejatinya, segala sesuatu dalam pemerintahan harus sesuai kehendak rakyat. Semua rakyat pasti pengen hidup sejahtera. Nah, kalo gitu seharusnya dengan demokrasi kita bakalan bisa sejahtera dong!
Tapi, kenyataan bicara lain bung. Demokrasi kayak sekarang ini malahan menyengsarakan rakyat. Kita alami sendiri, di jaman reformasi ini malahan semuanya makin susah aja. Contohnya, ketika harga BBM naik harga bahan pokok juga naik. Penghasilan rakyat yang sebagian besar pas-pasan, gak cukup buat mencukupi kebutuhan. Akibatnya banyak yang jatuh miskin. Karena miskin, jadi kelaparan dan sakit-sakitan. Karena sakit, musti berobat ke rumah sakit yang biayanya mahhaaalll! Kalo gak punya duit, masih bisa ke Ponari. Masalahnya, praktek si Ponari gak diijinin lagi sama pemerintah dan ditutup. Jadi, mau gimana lagi!? Hidup jadi makin gak masuk akal.
Kenapa semuanya jadi kacau begini? Kenapa BBM naik, padahal rakyat udah jelas gak mau itu terjadi? Itu karena para anggota dewan, wakil rakyat, setuju-setuju aja akan hal itu. Kan yang bikin kebijakan wakil rakyat. Kenapa biaya berobat mahalnya minta ampun? Karena pemerintah, wakil rakyat gak bikin undang-undang yang menggratiskan kesehatan yang seharusnya wajib digratiskan. Yang ada mereka biarin aja rumah sakit diliberalisasi, sehingga rumah sakit bebas nyari keuntungan sendiri dari pasien-pasiennya. Kenapa rakyat juga banyak yang miskin, padahal sumber daya alam kita banyak dan berlimpah? Cih, lagi-lagi gara-gara wakil rakyat!! Seenaknya mereka bikin undang-undang kayak UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Minerba, dan yang lainnya yang intinya membolehkan pihak kapitalis asing ngerampok harta kita, sumber daya alam itu. Padahal itu milik kita, milik rakyat! Seenaknya banget mereka serah-serahin sama orang asing, emangnya sumber daya alam itu punya bapak mereka apa!
Jelas banget kalo kebijakan yang mereka bikin gak sesuai dengan kehendak rakyat sama sekali. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat hanya menguntungkan diri mereka sendiri, atau menguntungkan kelompok-kelompok tertentu seperti pengusaha dan pihak asing. Kenapa bisa begitu?
Udah rahasia umum, kalo mau jadi anggota dewan, semisal caleg, itu perlu dana yang sangat besar, yang gak mungkin cukup dari penghasilan mereka aja. Para politisi itu minta-minta sama pengusaha atau kelompok bisnis lain agar didanai oleh mereka saat kampanye. Akibatnya ketika terpilih mereka mau saja melayani kepentingan pengusaha (bisnis) dibanding kepentingan rakyat banyak. Jadi, demokrasi itu sarana buat pengusaha dan politisi supaya bisa makin kaya, namun rakyat hanya menderita dan ternganga.
Anehnya, walau udah tau kesejahteraan tak kunjung datang, demokrasi tetap aja dengan enjoynya dilaksanakan. Ketika sebenarnya masih sangat banyak kebutuhan rakyat tak dipenuhi, pemerintah dengan mudahnya menggelontorkan dana sebesar puluhan trilyun rupiah untuk mengadakan pemilu 2009. Bahkan kalo dihitung, penyelenggaraan pemilu dan biaya yang dikeluarkan para caleg maupun partai mencapai Rp 50 triliun (jangan salah, ini duit semua coy)! Ini hampir sama dengan anggaran untuk mengatasi kemiskinan yang berjumlah Rp 57 triliun. Padahal rakyat gak merasakan langsung dana sebesar itu.
Pemilu yang mubazir ini pun gak menjamin bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Buktinya pada pemilu sebelumnya begitu banyak janji-janji yang diumbar para caleg, capres maupun partai tapi nyatanya janji itu sebatas diucapkan begitu saja untuk melengkapi pidato kampanye mereka. Hampir gak ada janji-janji itu yang benar-benar mereka tepati. Nah, banyak rakyat sekarang gak mau ketipu lagi untuk kesekiankalinya. Mereka udah bosen dengan omong doangnya para politisi. Akibatnya banyak rakyat yang cuek, bersikap masa bodoh dengan pemilu ini. Itu bisa dilihat dari tingginya angka golput di berbagai pilkada maupun pemilu legislatif 2009 tadi. Bahkan, angka golput pemilu tadi mencapai 30%! Yes, artinya kemenangan pemilu bukan di tangan partai manapun, tetapi golputlah yang keluar sebagai jawara.
Karena demokrasi tetap saja diterapkan, makanya krisis di negeri ini gak usai-usai biarpun orde baru udah runtuh. Ironisnya, para anggota dewan punya mobil mewah sampai 3 buah, rumahnya begitu megah, dan memiliki penghasilan yang wah. Belum lagi mereka juga mendapat berbagai tunjangan lain seperti kenaikan gaji atau laptop seharga puluhan juta rupiah, dan sayangnya laptop itu cuma dipakai buat main soliter belaka. Padahal, itu semua juga berasal dari duit rakyat, kan.
Demokrasi = Khayalan
Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang punya wewenang tertinggi dalam urusan negara, dan menentukan kebijakan bagi diri mereka sendiri. Pokoknya, apa maunya rakyat, itulah yang harus dilaksanakan.
Demokrasi sebenarnya lahir pada abad ke 5 SM di Yunani. Pada waktu itu dalam sejarah pemikiran politik barat di Yunani telah muncul Negara Negara kota-city state. Jumlah penduduknya menurut Herodotus dan Aristophanes, sekitar tiga puluh ribu orang. Karena itu komunikasi politik tidak terlalu sukar dilakukan dalam negara kota tersebut dan sistem Demokrasi Langsung bisa dilaksanakan secara baik di negara-negara kota itu. Orang-orang Yunani telah mengamalkan demokrasi di kota Athas dan Sparta. Keseluruhan rakyat lelaki secara langsung terlibat didalam pemerintahan, dimana mereka akan berkumpul diperhimpunan umum dan bermusyawarah didalam semua urusan pemerintahan. Mereka akan melantik seorang ketua dan akan merancang serta mensahkan undang-undang menjalankan segala perlaksanaanya dan menjatuhkan hukuman terhadap pelanggarnya. Namun demokrasi ini telah tamat bersamaan dengan tamatnya kerajaan kota Athas (Athena) dan Sparta. (www.zonapikir.co.nr)
Kalo demokrasi yang sebenarnya adalah yang seperti itu, rasanya gak mungkin demokrasi bisa diterapkan, dimanapun tempatnya. Apalagi di Indonesia yang berpenduduk ratusan juta jiwa.
Artinya demokrasi hanyalah ilusi yang gak mungkin diwujudkan, sama gak mungkinnya kalo Indonesia bisa juara piala dunia sepakbola 2010. Istilah pemerintahan rakyat hanyalah jargon untuk menghibur rakyat yang gak tau apa-apa, supaya mereka merasa dianggap dalam pemerintahan.
Gimana dengan sistem perwakilan? Hahaha, sama aja, perwakilan yang ada dalam 'demokrasi' ini pun adalah hal yang gak masuk akal. Mana mungkin 1 orang anggota dewan mewakili aspirasi ratusan ribu orang sekaligus. Yang ada para 'wakil-wakilan' itu menganggap apapun keputusan parlemen harus disetujui oleh rakyat yang udah memilih walaupun keputusan itu merugikan rakyat. Terbukti lagi, kalo 'democrazy' emang cuma tontonan bodoh bagi rakyat. Mengharap kesejahteraan dari sistem bobrok ini jelas gak bakalan bisa.
Demokrasi vs Islam
Eits, kenapa kita sekarang ngomongin Islam? Jawabnya, karena Islam adalah agamanya emak gue. Dan bukan cuma itu, Islam juga agamanya kakek gue, nenek gue, n bapak gue. Dan yang jauh lebih penting, gue, lo semua, n mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Apa hubungannya Islam dengan sistem pemerintahan? Karena kita orang Islam, maka kita musti meyakini kalo Islam itu adalah aturan yang langsung datang dari Dia Yang Menciptakan kita, dan aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Artinya, sistem pemerintahan pun juga diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh” (TQS Al Baqarah (2):208)
Masalahnya sekarang apakah sistem demokrasi yang sekarang kita terapkan udah sesuai dengan aturan mulia diinul Islam? Jawabnya tidak. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam.
Seperti yang udah kita ketahui, prinsip pokok demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Akhirnya, perkara benar atau salah ditentukan berdasarkan suara terbanyak atas nama suara rakyat mayoritas. Gawatkan??? Gimana kalo seandainya ada suatu negara yang mayoritasnya adalah rampok, maka bisa jadi merampok diperbolehkan asal sesuai dengan peraturan dan perundang—undangan yang disepakati bersama. Misalnya akhirnya nanti boleh aja merampok asal gak mengganggu orang yang dirampok (emang bisa??).
Kalo dalam Islam sangat jelas bahwa kedaulatan bukan di tangan rakyat, tapi di tangan syariah (hukum Allah). Hanya Allah lah yang berhak membuat hukum dan aturan bagi manusia. Sebagaimana tercantum dalam Qur'an :
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (TQS. al-An'am (6) : 57)
Artinya, segala macam peraturan pemerintahan harus merujuk kepada al-Qur'an dan sunnah Rasul. Manusia gak diijinkan bikin aturan mereka sendiri, karena itu artinya manusia berani bersikap sombong kepada Yang Menciptakan mereka. Bayangkan jika Allah udah menciptakan aturan yang sempurna bagi makhluknya yaitu Islam, tapi dengan entengnya manusia ngomong 'Ya Tuhan, yang menjalani kehidupan ini kan kami,, oleh karena itu kami sendiri yang musti bikin aturan main sendiri, gak perlu Engkau ngatur-ngatur kami ya Tuhan, oke?' Heh, apa itu gak kurang ajar?
Kalo kita amati, demokrasi juga jelas gak berpihak sama Islam. Misalnya pada masalah HAM yang merupakan salah satu bagian dari demokrasi. Dalam teori HAM siapapun memiliki hak asasi yang harus dihormati dan dilindungi. Siapapun boleh ngelakuin apasaja dengan alasan ‘itu hak gue’. Bahkan atas nama HAM, pelaku kejahatan, perzinahan dan homoseksual dan pelaku pornografi dan pornoaksi boleh aja teriak-teriak menuntut hak asasi mereka, dengan alasan mereka juga manusia. Muncul pula UU yang sarat dengan liberalisme yang mengokohkan kemaksiatan ini. Belum lagi ajaran sesat macam Ahmadiyah yang tak mampu dibubarkan dengan alasan HAM. Prinsip demokrasi yang memutlakan pengakuan terhadap liberalisme dan HAM telah menjadi pintu kerusakan moral atas nama kebebasan.
Namun, kenapa ketika ratusan ribu umat Islam di Irak dan Afganistan dibantai dengan sadis oleh Amerika (negara pencetus HAM?) hal itu dibiarkan saja!? Padahal alasan yang digunakan untuk menggempur sangat gak masuk akal, yaitu perang melawan terorisme atau atas nama demokrasi. Benar-benar Bush-uk!
Amerika, negara pencetus HAM jugalah yang begitu mendiskreditkan Islam dengan sebutan teroris. Tak ada kebebasan bagi umat Islam ketika berjilbab dilarang dan masjid-masjid dilempari kotoran di negara-negara Eropa.
Demokrasi juga gak memberi toleransi untuk umat Islam yang ingin menerapkan Islam. Contoh paling nyata, Hamas yang jelas menang pemilu secara demokratis di Palestin gak diakui kemenangannya, malahan diperangi. Lalu ketika masyarakat ingin ada perda mengenai Islam, misalnya perda miras, zakat, dan anti pornografi maka itu akan ditentang habis-habisan dengan alasan aturan-aturan kayak gitu dibuat untuk memaksakan kepentingan Islam semata.
Jadi ada dua sebab kenapa demokrasi itu haram. Pertama, demokrasi telah menjadi 'tuhan baru' yang menjerumuskan umat Islam pada kekufuran, yang memaksa untuk mengakui bahwa Tuhan tak pantas untuk mengatur manusia. Yang kedua demokrasi telah menjadi alat penjajahan untuk menghancurkan umat Islam baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Dengan adanya demokrasi di negeri-negeri Islam, Barat dapat dengan mudah mengontrol agar Islam takkan pernah bisa tegak dan Barat bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam kita serta mengekspor budayanya!
Begitulah, Islam tak mendapat tempat dalam demokrasi. Begitu juga seharusnya kita sebagai umat Isam harus menganggap demokrasi sebagai musuh berat yang terus mengancam dan takkan pernah memaafkan sang musuh ini.
Islam = Kesejahteraan
Apakah sistem pemerintahan Islam mampu mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan rakyat? Emang!!! Sistem Negara Islam yang dikenal dengan Khilafah udah terbukti mantap coy. Selama 14 abad Islam berjaya dalam Khilafah, malahan gak pernah terjadi krisis global kayak sekarang ini.
Dengan aturan langsung dari Allah SWT, dilahirkan para pemimpin yang takut kepada Allah sehingga mereka bakalan berusaha sekuat tenaga memakmurkan rakyatnya sesuai koridor syari'ah. Contohnya diantara pemimpin-pemimpin itu adalah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasyid, Mu’tashim Billah, dll.
Dan umat berada pada masa penuh kegemilangan, bukan hanya dalam urusan materi, namun juga dalam peradaban, pengetahuan, kekuatan negara, yah pokoknya semua bidanglah! Semua itu berhasil didapat tanpa ada ribut-ribut masalah kebebasan berpendapat, HAM, kesetaraan gender, atau hal-hal busuk lain yang berbau demokrasi. Umat Islam meraih itu utamanya juga karena mereka hamba Allah yang sangat bertakwa, mengarungi kehidupan tak hanya demi mendapatkan materi, tapi juga untuk keselamatan di akhirat nanti.
Kesejahteraan Islam masa itu takkan habis diceritakan di sini. Silakan aja baca buku-buku terkait kehebatan negara super power Khilafah Islam waktu dulu, dan kalian bakal ternganga saking kagumnya.
Namun kenyataan sejarah itupun hanya ada di masa lalu bukan? Bagaimana dengan sekarang? Ketika umat begitu terpuruk dalam sistem demokrasi yang sudah jelas rusak ini, akankah kita cuma bisa menostalgiakan kembali kejayaan masa lampau? Apakah kita cuma bisa ketawa-ketawa aja ngelihat berita caleg gagal masuk rumah sakit jiwa?
Ketika kita mengetahui kondisi sedang terjajah seperti ini, maka diam bukanlah sebuah solusi. Singkirkan demokrasi, bergeraklah untuk melakukan revolusi! Bergabunglah dalam perjuangan ini jika berani. Tujuan kita pasti, bawa Islam berjaya kembali.
Just duit! Dari duit, oleh duit, untuk duit.
It's democrazy capitalism.
I hate this game!!!
Negara kita dipuji Amerika si gembong demokrasi sebagai negara yang sangat demokratis. Bangga? Sebaiknya jangan! Apa yang mau dibanggain kalo rakyat kita masih banyak yang miskin, mati kelaparan, pengangguran, gak berpendidikan. Kenapa juga musti bangga ketika utang Indonesia masih nunggak, bunganya aja 1400 trilyun rupiah, lebih parah dari utang lo dikantin paman sekolah (ya iyalah!). Emang aneh, ternyata demokrasi yang selalu digembor-gemborkan sebagai sistem yang terbaik ternyata gak mampu mensejahterakan bangsa kita. Kenapa?
Demokrasi vs Kesejahteraan
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi itu pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Sejatinya, segala sesuatu dalam pemerintahan harus sesuai kehendak rakyat. Semua rakyat pasti pengen hidup sejahtera. Nah, kalo gitu seharusnya dengan demokrasi kita bakalan bisa sejahtera dong!
Tapi, kenyataan bicara lain bung. Demokrasi kayak sekarang ini malahan menyengsarakan rakyat. Kita alami sendiri, di jaman reformasi ini malahan semuanya makin susah aja. Contohnya, ketika harga BBM naik harga bahan pokok juga naik. Penghasilan rakyat yang sebagian besar pas-pasan, gak cukup buat mencukupi kebutuhan. Akibatnya banyak yang jatuh miskin. Karena miskin, jadi kelaparan dan sakit-sakitan. Karena sakit, musti berobat ke rumah sakit yang biayanya mahhaaalll! Kalo gak punya duit, masih bisa ke Ponari. Masalahnya, praktek si Ponari gak diijinin lagi sama pemerintah dan ditutup. Jadi, mau gimana lagi!? Hidup jadi makin gak masuk akal.
Kenapa semuanya jadi kacau begini? Kenapa BBM naik, padahal rakyat udah jelas gak mau itu terjadi? Itu karena para anggota dewan, wakil rakyat, setuju-setuju aja akan hal itu. Kan yang bikin kebijakan wakil rakyat. Kenapa biaya berobat mahalnya minta ampun? Karena pemerintah, wakil rakyat gak bikin undang-undang yang menggratiskan kesehatan yang seharusnya wajib digratiskan. Yang ada mereka biarin aja rumah sakit diliberalisasi, sehingga rumah sakit bebas nyari keuntungan sendiri dari pasien-pasiennya. Kenapa rakyat juga banyak yang miskin, padahal sumber daya alam kita banyak dan berlimpah? Cih, lagi-lagi gara-gara wakil rakyat!! Seenaknya mereka bikin undang-undang kayak UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, UU Minerba, dan yang lainnya yang intinya membolehkan pihak kapitalis asing ngerampok harta kita, sumber daya alam itu. Padahal itu milik kita, milik rakyat! Seenaknya banget mereka serah-serahin sama orang asing, emangnya sumber daya alam itu punya bapak mereka apa!
Jelas banget kalo kebijakan yang mereka bikin gak sesuai dengan kehendak rakyat sama sekali. Kebijakan-kebijakan yang mereka buat hanya menguntungkan diri mereka sendiri, atau menguntungkan kelompok-kelompok tertentu seperti pengusaha dan pihak asing. Kenapa bisa begitu?
Udah rahasia umum, kalo mau jadi anggota dewan, semisal caleg, itu perlu dana yang sangat besar, yang gak mungkin cukup dari penghasilan mereka aja. Para politisi itu minta-minta sama pengusaha atau kelompok bisnis lain agar didanai oleh mereka saat kampanye. Akibatnya ketika terpilih mereka mau saja melayani kepentingan pengusaha (bisnis) dibanding kepentingan rakyat banyak. Jadi, demokrasi itu sarana buat pengusaha dan politisi supaya bisa makin kaya, namun rakyat hanya menderita dan ternganga.
Anehnya, walau udah tau kesejahteraan tak kunjung datang, demokrasi tetap aja dengan enjoynya dilaksanakan. Ketika sebenarnya masih sangat banyak kebutuhan rakyat tak dipenuhi, pemerintah dengan mudahnya menggelontorkan dana sebesar puluhan trilyun rupiah untuk mengadakan pemilu 2009. Bahkan kalo dihitung, penyelenggaraan pemilu dan biaya yang dikeluarkan para caleg maupun partai mencapai Rp 50 triliun (jangan salah, ini duit semua coy)! Ini hampir sama dengan anggaran untuk mengatasi kemiskinan yang berjumlah Rp 57 triliun. Padahal rakyat gak merasakan langsung dana sebesar itu.
Pemilu yang mubazir ini pun gak menjamin bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Buktinya pada pemilu sebelumnya begitu banyak janji-janji yang diumbar para caleg, capres maupun partai tapi nyatanya janji itu sebatas diucapkan begitu saja untuk melengkapi pidato kampanye mereka. Hampir gak ada janji-janji itu yang benar-benar mereka tepati. Nah, banyak rakyat sekarang gak mau ketipu lagi untuk kesekiankalinya. Mereka udah bosen dengan omong doangnya para politisi. Akibatnya banyak rakyat yang cuek, bersikap masa bodoh dengan pemilu ini. Itu bisa dilihat dari tingginya angka golput di berbagai pilkada maupun pemilu legislatif 2009 tadi. Bahkan, angka golput pemilu tadi mencapai 30%! Yes, artinya kemenangan pemilu bukan di tangan partai manapun, tetapi golputlah yang keluar sebagai jawara.
Karena demokrasi tetap saja diterapkan, makanya krisis di negeri ini gak usai-usai biarpun orde baru udah runtuh. Ironisnya, para anggota dewan punya mobil mewah sampai 3 buah, rumahnya begitu megah, dan memiliki penghasilan yang wah. Belum lagi mereka juga mendapat berbagai tunjangan lain seperti kenaikan gaji atau laptop seharga puluhan juta rupiah, dan sayangnya laptop itu cuma dipakai buat main soliter belaka. Padahal, itu semua juga berasal dari duit rakyat, kan.
Demokrasi = Khayalan
Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang punya wewenang tertinggi dalam urusan negara, dan menentukan kebijakan bagi diri mereka sendiri. Pokoknya, apa maunya rakyat, itulah yang harus dilaksanakan.
Demokrasi sebenarnya lahir pada abad ke 5 SM di Yunani. Pada waktu itu dalam sejarah pemikiran politik barat di Yunani telah muncul Negara Negara kota-city state. Jumlah penduduknya menurut Herodotus dan Aristophanes, sekitar tiga puluh ribu orang. Karena itu komunikasi politik tidak terlalu sukar dilakukan dalam negara kota tersebut dan sistem Demokrasi Langsung bisa dilaksanakan secara baik di negara-negara kota itu. Orang-orang Yunani telah mengamalkan demokrasi di kota Athas dan Sparta. Keseluruhan rakyat lelaki secara langsung terlibat didalam pemerintahan, dimana mereka akan berkumpul diperhimpunan umum dan bermusyawarah didalam semua urusan pemerintahan. Mereka akan melantik seorang ketua dan akan merancang serta mensahkan undang-undang menjalankan segala perlaksanaanya dan menjatuhkan hukuman terhadap pelanggarnya. Namun demokrasi ini telah tamat bersamaan dengan tamatnya kerajaan kota Athas (Athena) dan Sparta. (www.zonapikir.co.nr)
Kalo demokrasi yang sebenarnya adalah yang seperti itu, rasanya gak mungkin demokrasi bisa diterapkan, dimanapun tempatnya. Apalagi di Indonesia yang berpenduduk ratusan juta jiwa.
Artinya demokrasi hanyalah ilusi yang gak mungkin diwujudkan, sama gak mungkinnya kalo Indonesia bisa juara piala dunia sepakbola 2010. Istilah pemerintahan rakyat hanyalah jargon untuk menghibur rakyat yang gak tau apa-apa, supaya mereka merasa dianggap dalam pemerintahan.
Gimana dengan sistem perwakilan? Hahaha, sama aja, perwakilan yang ada dalam 'demokrasi' ini pun adalah hal yang gak masuk akal. Mana mungkin 1 orang anggota dewan mewakili aspirasi ratusan ribu orang sekaligus. Yang ada para 'wakil-wakilan' itu menganggap apapun keputusan parlemen harus disetujui oleh rakyat yang udah memilih walaupun keputusan itu merugikan rakyat. Terbukti lagi, kalo 'democrazy' emang cuma tontonan bodoh bagi rakyat. Mengharap kesejahteraan dari sistem bobrok ini jelas gak bakalan bisa.
Demokrasi vs Islam
Eits, kenapa kita sekarang ngomongin Islam? Jawabnya, karena Islam adalah agamanya emak gue. Dan bukan cuma itu, Islam juga agamanya kakek gue, nenek gue, n bapak gue. Dan yang jauh lebih penting, gue, lo semua, n mayoritas penduduk Indonesia adalah orang Islam. Apa hubungannya Islam dengan sistem pemerintahan? Karena kita orang Islam, maka kita musti meyakini kalo Islam itu adalah aturan yang langsung datang dari Dia Yang Menciptakan kita, dan aturan ini mencakup seluruh aspek kehidupan. Artinya, sistem pemerintahan pun juga diatur dalam Islam. Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang beriman masuklah kamu kepada Islam secara menyeluruh” (TQS Al Baqarah (2):208)
Masalahnya sekarang apakah sistem demokrasi yang sekarang kita terapkan udah sesuai dengan aturan mulia diinul Islam? Jawabnya tidak. Demokrasi jelas bertentangan dengan Islam.
Seperti yang udah kita ketahui, prinsip pokok demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Akhirnya, perkara benar atau salah ditentukan berdasarkan suara terbanyak atas nama suara rakyat mayoritas. Gawatkan??? Gimana kalo seandainya ada suatu negara yang mayoritasnya adalah rampok, maka bisa jadi merampok diperbolehkan asal sesuai dengan peraturan dan perundang—undangan yang disepakati bersama. Misalnya akhirnya nanti boleh aja merampok asal gak mengganggu orang yang dirampok (emang bisa??).
Kalo dalam Islam sangat jelas bahwa kedaulatan bukan di tangan rakyat, tapi di tangan syariah (hukum Allah). Hanya Allah lah yang berhak membuat hukum dan aturan bagi manusia. Sebagaimana tercantum dalam Qur'an :
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (TQS. al-An'am (6) : 57)
Artinya, segala macam peraturan pemerintahan harus merujuk kepada al-Qur'an dan sunnah Rasul. Manusia gak diijinkan bikin aturan mereka sendiri, karena itu artinya manusia berani bersikap sombong kepada Yang Menciptakan mereka. Bayangkan jika Allah udah menciptakan aturan yang sempurna bagi makhluknya yaitu Islam, tapi dengan entengnya manusia ngomong 'Ya Tuhan, yang menjalani kehidupan ini kan kami,, oleh karena itu kami sendiri yang musti bikin aturan main sendiri, gak perlu Engkau ngatur-ngatur kami ya Tuhan, oke?' Heh, apa itu gak kurang ajar?
Kalo kita amati, demokrasi juga jelas gak berpihak sama Islam. Misalnya pada masalah HAM yang merupakan salah satu bagian dari demokrasi. Dalam teori HAM siapapun memiliki hak asasi yang harus dihormati dan dilindungi. Siapapun boleh ngelakuin apasaja dengan alasan ‘itu hak gue’. Bahkan atas nama HAM, pelaku kejahatan, perzinahan dan homoseksual dan pelaku pornografi dan pornoaksi boleh aja teriak-teriak menuntut hak asasi mereka, dengan alasan mereka juga manusia. Muncul pula UU yang sarat dengan liberalisme yang mengokohkan kemaksiatan ini. Belum lagi ajaran sesat macam Ahmadiyah yang tak mampu dibubarkan dengan alasan HAM. Prinsip demokrasi yang memutlakan pengakuan terhadap liberalisme dan HAM telah menjadi pintu kerusakan moral atas nama kebebasan.
Namun, kenapa ketika ratusan ribu umat Islam di Irak dan Afganistan dibantai dengan sadis oleh Amerika (negara pencetus HAM?) hal itu dibiarkan saja!? Padahal alasan yang digunakan untuk menggempur sangat gak masuk akal, yaitu perang melawan terorisme atau atas nama demokrasi. Benar-benar Bush-uk!
Amerika, negara pencetus HAM jugalah yang begitu mendiskreditkan Islam dengan sebutan teroris. Tak ada kebebasan bagi umat Islam ketika berjilbab dilarang dan masjid-masjid dilempari kotoran di negara-negara Eropa.
Demokrasi juga gak memberi toleransi untuk umat Islam yang ingin menerapkan Islam. Contoh paling nyata, Hamas yang jelas menang pemilu secara demokratis di Palestin gak diakui kemenangannya, malahan diperangi. Lalu ketika masyarakat ingin ada perda mengenai Islam, misalnya perda miras, zakat, dan anti pornografi maka itu akan ditentang habis-habisan dengan alasan aturan-aturan kayak gitu dibuat untuk memaksakan kepentingan Islam semata.
Jadi ada dua sebab kenapa demokrasi itu haram. Pertama, demokrasi telah menjadi 'tuhan baru' yang menjerumuskan umat Islam pada kekufuran, yang memaksa untuk mengakui bahwa Tuhan tak pantas untuk mengatur manusia. Yang kedua demokrasi telah menjadi alat penjajahan untuk menghancurkan umat Islam baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Dengan adanya demokrasi di negeri-negeri Islam, Barat dapat dengan mudah mengontrol agar Islam takkan pernah bisa tegak dan Barat bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam kita serta mengekspor budayanya!
Begitulah, Islam tak mendapat tempat dalam demokrasi. Begitu juga seharusnya kita sebagai umat Isam harus menganggap demokrasi sebagai musuh berat yang terus mengancam dan takkan pernah memaafkan sang musuh ini.
Islam = Kesejahteraan
Apakah sistem pemerintahan Islam mampu mewujudkan kesejahteraan yang diinginkan rakyat? Emang!!! Sistem Negara Islam yang dikenal dengan Khilafah udah terbukti mantap coy. Selama 14 abad Islam berjaya dalam Khilafah, malahan gak pernah terjadi krisis global kayak sekarang ini.
Dengan aturan langsung dari Allah SWT, dilahirkan para pemimpin yang takut kepada Allah sehingga mereka bakalan berusaha sekuat tenaga memakmurkan rakyatnya sesuai koridor syari'ah. Contohnya diantara pemimpin-pemimpin itu adalah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Harun al-Rasyid, Mu’tashim Billah, dll.
Dan umat berada pada masa penuh kegemilangan, bukan hanya dalam urusan materi, namun juga dalam peradaban, pengetahuan, kekuatan negara, yah pokoknya semua bidanglah! Semua itu berhasil didapat tanpa ada ribut-ribut masalah kebebasan berpendapat, HAM, kesetaraan gender, atau hal-hal busuk lain yang berbau demokrasi. Umat Islam meraih itu utamanya juga karena mereka hamba Allah yang sangat bertakwa, mengarungi kehidupan tak hanya demi mendapatkan materi, tapi juga untuk keselamatan di akhirat nanti.
Kesejahteraan Islam masa itu takkan habis diceritakan di sini. Silakan aja baca buku-buku terkait kehebatan negara super power Khilafah Islam waktu dulu, dan kalian bakal ternganga saking kagumnya.
Namun kenyataan sejarah itupun hanya ada di masa lalu bukan? Bagaimana dengan sekarang? Ketika umat begitu terpuruk dalam sistem demokrasi yang sudah jelas rusak ini, akankah kita cuma bisa menostalgiakan kembali kejayaan masa lampau? Apakah kita cuma bisa ketawa-ketawa aja ngelihat berita caleg gagal masuk rumah sakit jiwa?
Ketika kita mengetahui kondisi sedang terjajah seperti ini, maka diam bukanlah sebuah solusi. Singkirkan demokrasi, bergeraklah untuk melakukan revolusi! Bergabunglah dalam perjuangan ini jika berani. Tujuan kita pasti, bawa Islam berjaya kembali.
Just duit! Dari duit, oleh duit, untuk duit.
It's democrazy capitalism.
I hate this game!!!
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/16/2010 09:58:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
demokrasi
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.