(ditulis waktu masih kelas 3 SMA)
Judul di atas pasti terdengar aneh. Ya, bukankah selama ini yang kita tahu nasionalisme adalah hal yang sangat penting? Kenapa dipertanyakan lagi perlunya nasionalisme?
Selama ini memang diajarkan bahwa kita mesti memupuk rasa nasionalisme, serta memperjuangkan nasionalisme demi kemajuan atau kebangkitan bangsa kita. Nasionalisme juga penting untuk persatuan dan kesatuan bangsa, katanya. Dengan nasionalisme lah, kita bangga akan status kita sebagai suatu bangsa. Nasionalisme itu sendiri pengertiannya adalah ikatan yang didasarkan atas rasa cinta pada negara dan bangsa, yang mengikat manusia baik dalam hal tingkah laku, hukum, sosial dan lain lain.
Tapi apakah benar dengan nasionalisme suatu bangsa bisa bangkit dan maju? Apakah nasionalisme adalah satu-satunya ikatan yang mampu mempersatukan manusia? Ternyata tidak!
Heh, silakan kaget saat membaca fakta berikut ini. Ternyata nasionalisme adalah sebuah faham yang benar-benar rusak. Bahkan sebenarnya faham ini sengaja disusupkan dalam pikiran umat Islam oleh Barat (baca : kapitalis) supaya umat Islam tak bisa bangkit.
Ada beberapa hal yang harusnya membuat kita berpikir bahwa ikatan nasionalisme memang ikatan yang buruk. Pertama, ikatan nasionalisme hanya bersifat temporal, yaitu hanya muncul pada saat tertentu saja. Misalnya ketika ada ancaman, maka orang bisa bersatu untuk membela diri. Namun ketika keadaan aman-aman saja, maka hilanglah persatuan itu. Bukankah ini tak jauh beda dengan kebiasaan binatang dalam mempertahankan dirinya?
Kedua, nasionalisme cuma mengandalkan sifat emosional. Ingat ketika timnas sepakbola Indonesia bertanding dalam Piala Asia atau kejuaraan lainnya? Ketika timnas kalah, tak kadang sumpah serapah keluar dari mulut untuk wasit atau tim musuh yang dianggap curang.
Bahkan emosi yang ditimbulkan oleh nasionalisme dapat menyebabkan konflik antar negara bahkan yang seagama. Misalnya ketika Indonesia bermasalah dengan Malaysia dalam hal perbatasan beberapa saat yang lalu, maka dengan begitu menjijikkannya seruan ‘kobarkan nasionalisme’ diteriakkan oleh mereka yang mengaku orang nasionalis. Seakan-akan berperang dengan saudara Muslim di Malaysia pun akan dilakoni, demi bangsa dan negara ujarnya! Contoh lain adalah konflik Irak-Iran, Pakistan dengan Bangladesh, yang notabene sesama bangsa Islam hanya karena masalah kecil.
Ketiga, karena nasionalisme lah Daulah Khilafah Islamiyah runtuh pada 3 Maret 1924. Konspirasi biadab Barat waktu itu, yaitu menanamkan nasionalisme pada negara-negara Arab berhasil, sehingga banyak negara-negara bagian Khilafah satu persatu melepaskan diri dari kesatuan Khilafah. Lalu mulailah penjajahan dan pembantaian dilakukan oleh Barat kepada negeri-negeri Islam yang sudah terpotong-potong kecil hingga sekarang seperti di Checnya, Irak, Afganistan, Palestina, dll.
Keempat, paham nasionalisme membuat kepedulian terhadap saudara-saudara Muslim di belahan dunia lain menipis. Ketika rakyat Palestina dibantai oleh bangsa laknat Israel, masih ada saja yang berkata ‘itukan urusan negara mereka’ atau ‘urus dulu negeri sendiri’. Bukankah sungguh keparat ketika 1300 umat Islam dihabisi namun kita masih santai hanya karena batas semu negara dan berpegang teguh pada nasionalisme?
Kalau kita bicara nasionalisme, maka itu takkan jauh dari sukuisme, fanatisme, atau chauvinisme. Di dalam Islam, istilah-istilah tersebut dinamakan ashabiyyah. Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa apapun yang namanya ashabiyyah adalah haram!
Rasulullah bersabda :
Manusia harus meninggalkan kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka karena hal itu merupakan bahan bakar api neraka. Jika mereka tidak menghentikan ini semua maka Allah akan menganggap mereka lebih rendah dari cacing tanah yang menyusupkan dirinya sendiri ke dalam limbah kotoran. (HR.Abu Dawud & At-Turmudzi)
Bukan dari golongan kami orang-orang yang yang menyerukan ‘ashabiyyah, orang-orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, serta orang-orang yang mati karena ‘ashabiyyah. (HR.Abu Dawud)
Oleh karena itu sudah jelas bagi orang yang bisa menggunakan logikanya bahwa nasionalisme tak diperlukan, sebab sudah jelas rendah mutu ikatannya dan takkan mampu membawa suatu bangsa menuju kebangkitan!
Memang benar untuk membangkitkan suatu bangsa diperlukan ikatan yang kuat. Ikatan yang paling kuat adalah ikatan ideologis, bukan yang lain. Dan sebagai orang yang mengimani Allah dan Rasul-Nya, maka kita harus percaya hanya ideologi ISLAM lah yang mampu mempersatukan umat Islam untuk berjaya kembali. Allah berfirman :
Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kalian bercerai berai. (TQS.Ali Imran [3]:103)
Dalam ukhuwah Islamiyah, tak masalah berbeda suku, bangsa, maupun tanah air sebab asalkan seseorang itu Muslim, maka ia bersaudara dengan orang Islam yang lainnya. Dengan begitu persatuan umat Islam takkan mudah terpecah belah dan tentunya kekuatan yang dimiliki umat Islam pun amat besar. Negara kafir pembantai umat Islam sekarang seperti Amerika atau Israel sekalipun tak ada apa-apanya jika 1,4 milyar umat Islam bersatu dalam naungan Khilafah!
Sudah terbukti pada masa keemasan Khilafah Islamiyah kemuliaan dan kesejahteraan umat terjaga dengan penerapan ideologi Islam secara keseluruhan. Ideologi Islam pun terbukti paling lama berjaya selama 13 abad dibanding ideologi komunis yang cuma bertahan kurang dari 1 abad atau ideologi kapitalis yang tak lebih dari 3 abad telah menunjukkan tanda-tanda kehancurannya.
Patut diperhatikan bahwa zaman penjajahan dulu ternyata banyak para pahlawan bertempur melawan penjajah karena memang itu tuntutan Islam untuk wajib jihad fi sabilillah, bukan untuk nasionalisme. Buktinya ketika merdeka banyak tokoh perjuangan tersebut menyerukan syari’ah Islam diterapkan tapi para tokoh nasionalis malah tak menghiraukan itu dan lebih memilih sistem sekuler yang diterapkan di negeri ini. Bahkan beberapa tokoh kecewa dan berontak sehingga mereka ditangkap bahkan ada yang dihukum berat!
Mulai dari sekarang juga, tinggalkanlah nasionalisme karena itu sudah jelas bertentangan dengan Islam. Islam mewajibkan orang mukmin untuk menjadikan Allah di atas segala-galanya, sangat bertentangan dengan nasionalisme yang menomorsatukan negara dan bangsa!
Menghormati pahlawan yang sudah syahid tak pantas jika dilakukan dengan hanya hormat pada bendera! Hormatilah mereka dengan menerapkan syariah Islam sehingga kita bisa merdeka seutuhnya dari penjajahan pemikiran ini!
Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Sabtu, 16 Januari 2010
Perlukah Nasionalisme?
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/16/2010 09:54:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
nasionalisme
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar