Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Minggu, 03 Januari 2010
Merindukanmu..
“…kemudian akan tegak kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian…”
(HR Ahmad)
Pernah dengar bunyi hadits yang di atas sebelumnya? Atau pernah dengar yang namanya ‘Khilafah’ yang disebut pada hadits ini?
“Khilafah, makanan apa lagi tuh?” Gubraaaak!! Makanya jangan cuma jadi anak rumahan yang cuma bisa nonton acara wisata kuliner dong. Tapi jadilah anak punk (punk’ngajian’, hehe). Mungkin kita juga sering dengar banyak orang-orang baik teman kita, ustadz, aktivis dakwah, dan lainnya ngomong masalah Khilafah ini. Atau di beberapa media Islam juga disebutkan istilah tersebut. Dan beberapa perhelatan akbar, seperti Konferensi Khilafah Internasional yang diadakan tahun 2007 di Gelora Bung Karno, Muktamar Ulama Nasional yang menghadirkan 5000 lebih ulama Indonesia dan internasional, juga Kongres Mahasiswa Islam Indonesia pada bulan Oktober lalu yang membahas pentingnya penegakkan Khilafah. Lalu, apa sih sebenarnya Khilafah itu? Yang jelas bukan nama makanan apalagi nama judul sinetron..
Khilafah adalah institusi yang menerapkan syari’ah (hukum Islam) pada seluruh aspek kehidupan dan merupakan kepemimpinan umum bagi umat muslim seluruh dunia. Beberapa kalangan dan juga di beberapa hadits khilafah disebut imamah, dua kata yang mengandung arti sama.
Dengan penerapan sistem Islam komprehensif, dulu Khilafah berjaya sebagai negara superpower yang sempat memiliki wilayah seluas dua pertiga belahan dunia. Sejarah pun telah mencatat fakta kegemilangan umat Islam dibawah pimpinan sang Khalifah.
Bermula dari diutusnya Rasulullah yang mulia, revolusioner sejati sepanjang masa, berdirilah negara Islam yang pertama di Madinah. Setelah Beliau wafat berlanjutlah kepemimpinan umat di tangan para Khalifah di masa Khulafaurrasyidin, dan dilanjutkan para Khalifah di masa kekhilafahan berikutnya. Maka, tunduklah dua imperium raksasa Romawi dan Persia. Terbukalah pintu gerbang Palestina dihadapan Umar sang singa padang pasir. Takluklah kota Andalusia di negeri Spanyol oleh pasukan Thariq bin Ziyad. Bertekuklututlah pasukan salib dihadapan tentara Salahuddin al Ayyubi. Jatuhlah kota besar Konstantinopel ke tangan Muhammad al-Fatih. Meluaslah daerah negara Islam dari Asia hingga ke Afrika bahkan Eropa.
Keadaan rakyat waktu itu sungguh sangat sejahtera, makmur dan aman sentosa. Teringatlah kita kala sang khalifah Umar bin Abdul Aziz bingung dengan melimpahnya harta di kas negara, bahkan rakyatnya di Afrika tak ada yang mau menerima zakat. Saking sentosanya sampai-sampai serigala tak mau menerkam hewan ternak yang tak dijaga penggembala. Kriminalitas sangat-sangat jarang terjadi. Dan tak hanya umat Islam, kaum agama lain seperti Nasrani dan Yahudi puas dengan kepemimpinan Islam sehingga mampu berdampingan hidup dengan tentram dan damai.
Kemajuan pesat juga terjadi di bidang sains dan teknologi maupun ilmu pengetahuan lainnya. Ketika orang Eropa masih berpikir bumi itu datar dengan monster yang menjaga tiap ujungnya, Khalifah al-Makmun abad 11 M telah menemukan peta bumi dan langit dan al-Idrisi berhasil membuat bola dunia dari perak 1 abad setelahnya. Buku kedokteran karya Ibnu Sina, al-Qanun al Qanun fi ath Thibb, dianggap sebagai ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap di zamannya (kurun abad XII s/d XIV M) dan menjadi referensi utama fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi Eropa. Teknologi perang sangat maju, seperti penggunaan mesiu, pistol, roket dan lain-lain. Nggak usah saya paparkan di sini semua ilmuwan beserta temuan dan kontribusinya pada bidang ilmu pengetahuan, pasti kalian sampai bosan ngebaca saking banyaknya (cari aja di buku atau sumber lain, itung2 nambah wawasan juga kok).
Pantas lah seorang intelektual Barat pernah berujar:“Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku… Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal sebelumnya.”
(Carleton S saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 hingga 1600 dalam Ceramahnya tanggal 26 September 2001, dengan judul “Technology, Business, and Our Way of Life: What’s Next”).
Kawan, itu baru segelintir fakta yang menunjukkan betapa luar biasanya keadaan umat Islam saat itu. Dan ini bukanlah cerita dongeng penghibur anak kecil yang sedang nangis, sekali lagi ini fakta sejarah! Kalau pun banyak di antara kita yang nggak tau bahwa umat Islam pernah berjaya dalam naungan negara Khilafah, itu karena pihak yang membenci Islam selalu menutup-nutupi dan memanipulasi sejarah-sejarah yang ada.
Sayangnya, seperti kata sobat masa kecil saya, Ariel peterpan, tak ada yang abadi. Kedigdayaan Khilafah akhirnya runtuh, bukan, tapi diruntuhkan oleh seorang pengkhianat agen Inggris Mustafa Kemal Pasha dengan konspirasi keji yang dirancang dengan rapi. Dan atas jasa manipulasi sejarah jugalah kita malah mengenal pengkhianat ini sebagai Bapak Turki, Pembaharu Turki, dan gelar palsu lainnya yang sangat menghina kita. Mustafa Kemal pada tahun 1924, tepatnya tanggal 3 Maret, mengubah sistem Khilafah menjadi sistem republik, mengusir khalifah terakhir Sultan Abdul Majid, mencampakkan syari’at Islam yang dulunya menjadi aturan bernegara dan memilih aturan Barat sebagai penggantinya.
Dan tanpa Khilafah, umat Islam saat ini terpecah belah dalam batas negaranya masing-masing. Dengan mudah negara kafir penjajah mulai menginvasi negeri-negeri kaum Muslim. 8 Maret 1945 sampai 1963 1,5 juta rakyat sipil dibunuh oleh tentara Prancis. Tahun 1947 di Kashmir lebih dari 70 ribu orang syahid. Di Bosnia 11 Juli 1995 pembunuhan massal yang dilakukan tentara Serbia atas izin PBB di Sebrenica menewaskan 8.373 orang. Di Aljazair, di Checnya, Afghanistan, Palestina... Tidak, nggak usah saya ceritakan lebih jauh, terlalu keparat perlakuan kaum kafir kepada saudara-saudara kita di sana..
Negeri-negeri muslim yang lain juga dijajah walaupun tak secara fisik. Lihatlah para penguasa boneka yang begitu mudahnya menurut kepada kaum kafir. Tak punya harga diri! Ikut-ikutan mengambil sistem dan paham dari Barat yang jelas bobroknya kayak demokrasi, kapitalisme, dan sebagainya. Sikap mereka cuma diam ketika umat Islam yang bahkan negara tetangganya dibombardir secara biadab. Paling juga mengecam supaya dianggap peduli, padahal nggak ada gunanya sama sekali. Tapi anehnya menerima dengan tangan terbuka, berfoto begitu mesra dan menjamu makan penguasa kafir yang telah membantai umat Islam. Kebijakan politik selalu sarat kepentingan asing. Benar-benar pengecut, lebih takut pada orang kafir dibanding kepada Tuhannya sendiri ternyata.
Generasi muda Islam makin jauh dari agamanya. Dicecoki oleh gaya hidup rusak mulai dari pergaulan, mode, budaya melalui media yang nggak mutu sama sekali. Akhirnya rela membebek dan berkiblat pada gaya hidup Barat dengan alasan ngikutin trend. Pergaulan makin parah, pacaran sampai zina (na’udzubillah) sudah dianggap biasa.
”Ih, loe itu homo apa kagak laku-laku?” begitu celetukan yang ditujukan pada orang yang istiqomah menjaga prinsipnya. ”Ngapain sok ceramahin gue, loe. Dasar sok ustadz.” Eh, malah dikatai begitu saat mencoba menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran. Ckckck, parraaahhh!
Di lini kehidupan lain pun umat Islam makin tertinggal jauh. Pendidikan yang makin terkebelakang, kemiskinan merajalela. Ajaran Islam dilecehkan, al-Qur’an dibuang ke toilet, membuat kartun hina dengan maksud menggambarkan Nabi Muhammad. Kita paling cuma bisa menggeram marah, mengutuk, sekali lagi tanpa bisa melakukan tindakan nyata. Aaaahhhh, apa-apaan ini! Predikat umat Islam sebagai umat terbaik dikemanakan!
Maka membandingkan kehidupan Islam di zaman Khilafah dulu dibandingkan keadaan umat tanpa Khalifah sekarang sungguh amat berbeda. Yang dulunya hidup mulia sekarang jadi terpuruk dan terhina. Apa yang musti kita lakukan? Syukurlah saya yang sebenarnya tergolong bejat ini sempat ’diculik’ buat ikut ngaji Islam oleh sahabat-sahabat saya. Sehingga saat ini saya bisa merasakan betapa rindunya diatur kembali oleh syari’at Islam yang mulia dan memuliakan.. (mungkin bersambung)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/03/2010 03:06:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
khilafah
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar