Tak bisa dipungkiri, saya memang menyukai sepakbola. Entah apa,
mengapa dan bagaimana awalnya saya sudah lupa. Dulu waktu kelas 4 atau 5
SD kami sudah sering bermain tebak-tebakkan berkenaan klub sepakbola,
mulai dari Perugia di Liga Italia sampai Kaiserslautern di Liga Jerman.
Saya juga takkan lupa, ketika pada dini hari memanjat dinding pembatas
belakang rumah untuk masuk ke rumah tetangga sekaligus sahabat bernama
Sabda, untuk menyaksikan bersama duel tim besar dunia.
Ada
masa dimana saya menikmati pembicaraan hangat mengenai skor
pertandingan, prediksi kemenangan tim yang bakal bermain, nilai transfer
atlet dan lain-lain. Saya pernah menikmati ketika tim yang saya jagokan
menang, saya pun sedikit sesumbar dihadapan teman-teman. Begitupun
ketika SMP saat ikut-ikutan bermain bola plastik di jam pelajaran
olahraga, meski dilarang oleh guru dan bahkan sampai bola plastik
tersebut dibelah dua.
Minat yang cukup kuat mendorong saya
untuk bergabung di ekskul sepak bola di SMA. Hampir tiap minggu
biasanya saya ikut latihan di lapangan bola beneran dengan bola beneran.
Rasanya beda! Saya dengan potongan agak gundul itu sudah berasa seperti
Zinedine Zidane. Selanjutnya saya pun ikut pada satu-dua perlombaan
futsal. Dengan semangat kapten Tsubasa, kami berupaya main sepenuh hati.
Dan hasilnya pun bisa ditebak. Ya, tak pernah perlombaan yang timnya
saya ikuti, menang.
Meskipun mungkin tak berbakat, saya
tetap menyenanginya. Mungkin inilah yang dinamakan hobi. Ia bukan
kebutuhan yang harus terus dipenuhi, tapi bila ada waktu luang saya
berusaha menyempatkan diri jika teman-teman mengajak bermain futsal.
Lagipula olahraga itu penting. Bukankah Allah lebih menyukai muslim yang
kuat dibanding yang lemah? Futsal ataupun sepak bola sepertinya sarana
cukup bagus untuk maksud tersebut.
Namun kita adalah
manusia yang seringkali dihadapkan pilihan-pilihan dalam hidup kita.
Lebih pada itu, kita adalah muslim yang tujuan hidupnya tak lain adalah
mengabdi kepada-Nya. Maka selalu ada prioritas dalam hidup, bagi kita
sebagai manusia yang ingin mendapatkan sebuah pencapaian, juga sebagai
konsekuensi iman.
Saat ini kebanyakan manusia terlarut
dalam euphoria perhelatan sepakbola akbar di Eropa, Polandia-Ukraina.
Mungkin milyaran perhatian tertuju pada belasan tim yang tengah
bertanding memperebutkan title terbaik di benua biru. Termasuk di
Indonesia. Ditambah media mainstream yang begitu luar biasa mengemasnya,
euro 2012 menjadi trending topic di perkantoran, sekolah-sekolah,
kampus hingga warung kopi pinggiran tempat kumpul para buruh dan
pekerja.
Namun apakah kita tahu, di saat yang sama, telah
terjadi tragedy kemanusiaan yang sangat mengenaskan? Mungkin tak banyak
di antara kita yang tahu, dan semoga saja bukan karena tak mau tahu,
hingga saat ini rezim Bashar Assad terus melakukan pembantaian kepada
rakyatnya yang muslim. Sampai sekarang jumlah yang tewas hampir mencapai
angka 15.000. Tak tahu apakah Bashar Assad dan kronco-kronconya itu
masih layak digolongkan ke dalam spesies yang sama dengan kita. Sebab
bila kamu coba buka situs berita yang memuat foto-foto dan video
pembantaian rakyat sipil oleh tentara Suriah, mungkin jika tak mampu
mengontrol diri bukan istighfar lagi yang terucap, namun makian terkasar
bisa meluncur tanpa sadar.
Di Myanmar, kaum muslim
Rohingya tengah mengalami masa-masa yang tak kalah sulit. Mereka
difitnah dan dibunuh, ribuan lainnya terlunta-lunta dalam pengungsian.
Muslimahnya diperkosa, rumah-rumah mereka di Arakan dibakar, ada yang
mengungsi ke negeri tetangga tetapi malah diusir. Dan sampai saat ini
kejadian tak jauh beda masih terjadi di Jalur Gaza, Pakistan dan
lainnya.
Sobat, saya tak ingin langsung mengatakan bahwa
banyak di antara kita yang terjebak. Tapi memang betul bahwa ini adalah
jebakan. Ya, jebakan yang kemungkinan besar dipasang oleh kaum kuffar.
Yang tak rela Islam kembali menjadi mercusuar dunia. Dan yang takkan
pernah rela hingga kaum muslim mengikuti mereka bahkan sampai masuk ke
lubang biawak sekalipun. Maka dialihkanlah perhatian kita, para pemuda
yang dalam masa emas ini, ke suatu hal yang tak berguna. Lalu apatislah
kita, tak sadar lagi bahwa sedang dijajah dengan softpower dan muslim di belahan dunia lain dihabisi populasinya.
Maka
saudaraku, jika hiburan telah melalaikan kita dari prioritas
seharusnya, bila perhatian kita lebih banyak tercurah demi menyaksikan
atraksi pemain idola daripada prihatin terhadap nasib saudara kita,
jelas ada sesuatu yang salah. Bahkan sangat salah. Apalagi ketika kita
jauh lebih kesal ketika tim yang kita jagokan tersingkir, ketimbang
melihat foto seorang anak yang wajahnya dikuliti hidup-hidup oleh kaum
kafir.
Apa yang bisa kita lakukan? Tak banyak saudaraku,
dan sungguh itu mengesalkan. Bahkan kepala negara kita, kaum muslim lain
begitu juga, takkan mau mengirimkan tentara-tentara yang gagah perkasa
berikut amunisi untuk menolong mereka. Bagaimana dengan dunia
internasional? Kurang lebih saja!
Yang kita bisa lakukan
adalah mendoakan mereka. Di setiap akhir shalat kita, dan kapan saja di
kala yang ampuh untuk berdoa. Bangunlah di sepertiga malam terakhir
saudaraku, panjatkan kepada Allah SWT permintaan kita. Untuk memberikan
pertolongan, keteguhan, kesabaran kepada mereka. Agar Dia menjadikan
mereka yang tewas sebagai syuhada, agar Dia memaafkan segala kebodohan
kita karena lalai dan tak mampu banyak berbuat apa-apa.
Mintalah
kepada Allah yang maha perkasa, untuk memberikan kita keberanian. Ya,
keberanian untuk mengumpulkan pundi-pundi kekuatan, untuk mengusahakan
persatuan dan menyongsong janji kebangkitan. Supaya tak lagi kita hina,
tak lagi dipandang sebelah mata dan diinjak-injak begitu saja. Kemudian
mari bergabung ke dalam barisan pembebasan. Mari bergerak. Itupun adalah
salah satu usaha. Demi terwujudnya rahmat untuk sekalian alam.
"Perumpamaan
orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan
kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada
satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan
tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)
WaLlahu a’lam bis shawb.
Bahan bacaan:
http://rumaysho.com/hukum-islam/umum/3465-aturan-islam-dalam-olahraga-sepakbola.html
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/islam-digest/10/07/13/124469-ada-konspirasi-zionis-di-balik-piala-dunia-benarkah-1-
http://syabab.com/akhbar/ummah/2627-rezim-bashar-al-assad-bantai-anak-anak-dan-warga-di-haula-homs-sampai-kapan-umat-diam-fv.html
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/22/m60ohi-derita-pengungsi-muslim-rohingya
http://arrahmah.com/read/2012/06/23/21150-sejumlah-foto-bukti-kekerasan-di-arakan-para-korban-dan-pengungsi-muslim-rohingya-bagian-2.html
Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Selasa, 26 Juni 2012
Dari Polandia-Ukraina ke Rohingya
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
6/26/2012 05:37:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar