“Mau kemana?”
“Ada yang dicari, Ma,”
Jawaban singkat itu walau mungkin tak menjawab secara gamblang pertanyaan beliau, tetap menjadi penutup dialog singkat kami dan setelahnya saya pun memacu motor menuju tempat yang saya ingin mencari sesuatu di sana. Lantas, apa yang dicari? Sederhana, sedikit ketenangan yang lebih. Yang itu sepertinya bisa saya dapat, seperti sebelumnya, dengan menyaksikan sebagian dari keindahan alam. Menghirup udara sejuk di daerah yang sejauh mata memandang kebanyakan dihiasi warna hijau.
Akhir kuliah semester genap kedua selama menjadi mahasiswa telah saya lalui dengan perasaan yang campur aduk. Antara lega sebab libur panjang telah tiba, dan menyesal karena usaha semester ini dirasa belum maksimal sehingga hasil yang didapat pun tidak memuaskan. Bahkan sangat. Tapi penyesalan berlarut takkan menghasilkan solusi. Lebih baik memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk menebusnya, dan itu telah saya mulai. Di saat otak mulai kelelahan menyimpan serta menganalisa informasi, saya memutuskan untuk pergi.
Saya bertolak menuju tempat, yang sekitar 3 atau 4 tahun lalu, sempat beberapa kali rutin saya kunjungi. Bukan saja karena keindahan alamnya, namun di kompleks perumahan baru itu seorang sahabat, sekaligus tetangga saya, orang tuanya baru saja membeli sebuah rumah untuk disewakan. Saya dan beberapa teman akrab di komplek kami sering diajak ke sana sebelum rumah itu berpenghuni. Satu kali kami memancing dan menangguk ikan di kali belakang rumah, bermain air dan berenang di sungai kecil, hingga sedikit bertualang di pematang sawah dan mendapat ubi kayu yang besar-besar. Nostalgia masa lalu cukup menambah ketentraman hati saya ternyata.