Tatkala lembaran kalender tersisa satu lagi yang terakhir, dan bilangan tanggal telah berkepala tiga. Kebanyakan saat ini menyikapi dengan perayaan pergantian tahun, motivasinya untuk meninggalkan segala kegagalan beserta perih duka selama dua belas bulan ini dan menyongsong tiga ratus enam lima hari berikutnya dengan penuh harapan. Atau merayakan tanpa mau tahu tujuannya untuk apa, yang terpikir hanyalah kesenangan sementara. Yang penting malam ini enjoy!
Yah, kita tahu pasti Rasulullah tak pernah mengajarkan hal yang demikian. Bahkan perhitungan tahun hijriyah saja dilakukan pada masa Umar bin Khattab, dan para sahabat dalam sejarah juga tak menyambut dengan istimewa pergantian tahun baru.
"Haaaahhh???" Si Bejo yang sudah siap menyulut kembang api bengong. "Tapi bukankah dengan memperingati pergantian tahun ini kita semakin termotivasi untuk berubah ke arah lebih baik pada tahun berikutnya?" Bejo protes.
Oh no, tidak kawan. Tanpa merayakan tahun baru pun kita sudah punya konsep dalam Islam bagaimana kita harus selalu lebih baik dari waktu sebelumnya. Rasulullah mengajarkannya dengan luar biasa. Bahkan tidak dalam hitungan tahun. Namun, hari! Beliau gambarkan betapa beruntungnya orang yang hari ini keadaannya lebih baik dari hari kemaren. Dan, kita tahu bagaimana Allah bersumpah atas nama waktu untuk menerangkan bahwa manusia pasti selalu merugi. Kecuali jika waktu dimanfaatkannya untuk beriman, beramal shalih, serta saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Yap, konsep-konsep inilah yang harusnya kita jadikan bagian bekal mengarungi kehidupan fana ini supaya kita selalu and always be better than sebelumnya. Bukan konsep di luar dari konteks aqidah kita, yah budaya barat itu maksudnya. Coba sejenak kita berkontemplasi. Betapa waktu berlalu begitu cepat dan semuanya terasa singkat. Rasanya baru beberapa saat lalu kita menyoraki kemenangan Spanyol atas Belanda di Afrika Selatan. Rasanya baru beberapa saat lalu kita mengenakan seragam putih abu-abu dan bolos upacara hari Senin. Sekarang adik kita tinggi tubuhnya hampir menyamai kita, padahal sepertinya baru kemarin dia menangis keras karena kita praktekkan jurus mengunci yang kita lihat di WWF Smackdown pada dirinya (makanya hati-hati dipengaruhi televisi, berbahaya).
Dan tanpa sadar, ketika kita bersorak menyaksikan parade kembang api di malam tahun baru, atau tertawa bahagia tatkala sahabat-sahabat mengucapkan selamat ulang tahun, malaikat maut telah berancang menemui kita (tentunya bukan untuk sekedar say hello, kan). Pertambahan bilangan tahun pada kalender, maupun angka usia kita tak berarti selain ajal dunia ini dan kita (tentunya) semakin dekat. Pastinya kita ingin berakhir dalam keadaan terbaik, kan?
Dan Bejo makin tertunduk dalam. Suasana hening sesaat, dan sejurus kemudian.. Duaaarrrr!!! Bejo menggelepar sambil berteriak kesakitan! Kembang api di tangan Bejo yang sudah tersulut sedari tadi ternyata meletus ke arah dirinya sendiri.. (Adegan berbahaya, kalo gak percaya silakan coba sendiri)
Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Senin, 03 Januari 2011
Memulai Tanpa Harus di Awal
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
1/03/2011 01:24:00 AM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar