Kawan, kisah ini sungguh tak bisa dibandingkan dengan cobaan-cobaan pahit yang dialami Rasulullah ketika memperjuangkan kebenaran yang dibawanya, yang ketika itu beliau dilempari dengan kotoran, dihina, difitnah, bahkan diperangi. Kisah ini juga jauh tak seheroik pengalaman mereka di Timur Tengah sana yang ditangkapi, dipenjara, disiksa bahkan dibunuh juga karena kebenaran yang diemban mereka. Dan kisah ini tak ada apa-apanya dengan perjuangan seorang remaja 16 tahun bernama Muhammad di Palestina yang diinterogasi dan disiksa diluar batas kemanusiaan ketika ia menyebarkan selebaran-selebaran yang juga berisi kebenaran.
Kawan, aku hanya tergerak menuliskan pengalaman sepele ini, yang merupakan bumbu-bumbu perjuangan yang mewarnai lukisan indah jalan hidup yang ku pilih ini. Tentang salah satu jejaring sosial dunia maya yang ku tahu kalian juga pasti mengenalnya, yang ku anggap bisa dijadikan salah satu jalan untuk setiap tapak langkah perjuangan, kawan.
Tiap kali ku coba menuangkan ide, pemikiran, dan kebenaran yang pernah ku kenal dan ku pahami. Karena itu telah nyata kebenarannya. Bukan untuk kesenangan semata, atau bahkan mencari sensasi. Karena apa yang ku tulis di status itu memang selalu beda dengan apa yang mereka tulis kebanyakan, namun sama dengan apa yang kawan seperjuanganku kemukakan.
Suatu ketika ku tulis tentang penegasan bahwa kita wajib menolak kedatangan seorang pemimpin negara imperialis yang tangannya telah berlumuran darah saudara-saudara kita. Dan reaksi kontra salah seorang kawan kumaklumi saja pada awalnya karena ku yakin ia masih belum paham kebenaran. Ia mengomentari statusku, sungguh kasian diriku yang tak tahu bagaimana caranya menunjukkan budaya Timur kepada tamu kita ’yang terhormat’. Dan dengan santai ku jawab bahwa sang tamu tersebut bahkan tak punya budaya selayaknya manusia saat ia membantai umat Muslim yang negaranya mereka jajah. Lama tak ada jawaban dan reaksi darinya, padahal ku harap ia mau berdiskusi di ruang terbuka ini, bukan untuk maksud mencari pembenaran namun jelas untuk saling memahami kebenaran. Maka ku buka wall kawan ku itu dengan niat melanjutkan diskusi ini, tapi ketika kulihat ’wall’nya kutahu bahwa aku telah dihapus sebagai teman dari akun facebooknya.
Hehe, sungguh cerita yang sangat remeh temeh sekali kan? Tapi kawan bagiku ini adalah suatu hal yang memberikan arti tersendiri karena akulah yang mengalaminya. Yang ku sesalkan, adalah kenapa kawan ku tersebut tak mau mengkonfirmasi lebih lanjut apa yang ku coba sampaikan tersebut.
Ini tentang penyampaian kebenaran kawan. Aku sadar mungkin akulah yang salah, entah caraku dalam menyampaikan sehingga kawan baikku tadi bersikap seperti itu. Namun bukan kebenaran yang ku embanlah yang patut disalahkan. Maka meniru ucapan seorang motivator yang dikecam karena kebenaran, ”Saya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang Anda rasakan, tapi saya tak meminta maaf atas kebenaran yang saya sampaikan”.
Kawan, engkau bilang kebaikan itu relatif, tapi jelas sekali bahwa kebenaran itu mutlak. Karena kita telah memiliki standar paling baku yang diturunkan langsung oleh yang menciptakan kita Allah swt, yaitu hukum syara’. Mungkin anggapan baik dalam tata cara berpakaian itu berbeda, di sini pakai bikini itu tidak sopan tapi di Hawai itu menjadi pemandangan yang biasa. Namun bukankah dalam standar kita tadi, aturan Islam, jelas bahwa menutup aurat itu kewajiban? Artinya predikat dosa jika kita mengumbar aurat adalah suatu kebenaran. Sama juga yang lain. Berpacaran (baca: mendekati zina) adalah maksiat itu suatu kebenaran. Berbohong, berbuat curang termasuk dalam ujian merupakan perbuatan dosa, itu adalah kebenaran. Islam itu ideologi mulia dan demokrasi itu sistem busuk juga merupakan kebenaran.
Aku yakin kawan, aku cuma lebih dulu memahami kebenaran itu dibandingkan kalian dan aku hanya berusaha menyampaikan kebenaran-kebenaran tersebut. Dan aku lebih yakin lagi jika kalian mengetahuinya lebih dulu dariku maka kalian akan melakukan hal yang sama dengan yang ku lakukan. Karena kita tahu itu adalah kewajiban, kawan.
Ingatkah kalian Sayyidina Ali telah berujar bahwa janganlah kamu melihat kebenaran dari siapa yang menyampaikannya, tapi lihatlah kebenaran itu maka kamu akan melihat kebenaran orang yang mengembannya? Ya, aku memang bukanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa. Aku cuma orang biasa, tapi ide yang luar biasa itulah yang saat ini ku coba untuk ku emban, walau ku tahu aku terlalu hina untuk mengemban sesuatu yang terlampau mulia untuk diemban ini.
Kawan, bagaimana jika suatu saat seorang pengemis kumuh memberitahukan kalian bahwa di jalan yang akan kalian lewati terdapat lubang galian yang curam dan dan dapat membahayakan? Celakalah kita yang menyepelekan peringatan sang pengemis tersebut karena kita merasa ia adalah orang hina yang tak pantas memberikan nasihat kepada kita. Padahal sang pengemis tadi hanya berupaya menyampaikan kebenaran yang telah ia ketahui sebelumnya.
Kawan, jujurlah apakah kalian selalu merasa terganggu dengan apa yang coba ku sampaikan di tengah-tengah kalian? Apakah kalian tak suka dengan kalimat-kalimat yang kutuangkan karena itu bertentangan dengan hal yang selalu kalian pikirkan? Mari kita diskusikan itu untuk saling berbagi kebenaran, sebab siapa tahu memang aku yang salah dan kalianlah yang benar. Tapi ingat kawan, kebenaran yang bersumber dari aturan Sang Maha Kuasa tak bisa lagi kita ganggu gugat. Maka jika yang kusampaikan itu bertentangan dengan kebenaran-Nya, pantaslah aku yang salah.
Dan bila aku sudah menyampaikan kebenaran yang sesuai dengan kebenaran-Nya, dan kalian tetap tidak menyukainya, serta tak mau mencoba memahaminya, silakan hapus saja aku sebagai teman kalian di dunia maya ini. Tapi janganlah kalian hapus kebenaran yang telah begitu nyata adanya. Dan tenang saja, aku tak bakalan dendam kok, malahan ku berharap semoga kita mampu menjalin hubungan pertemanan kita di tempat terindah kelak, hehe.
***
“aku sedang jatuh cinta..
rasanya sakit sekali.
Tapi aku ingin merasakan sakit selamanya…”
Mereka, para pejuang kebenaran adalah orang-orang yang paling romantis, betapa tidak? Hidupnya di kelambui cinta. Cinta akan kebenaran. Tak ada yang sanggup menandingi kesediaan mereka dalam berkorban demi cintanya akan kebenaran. Mereka sanggup menahan perih dalam mencinta. Dari telapak tangan mereka mengepul asap dan tercium bau hangus daging terbakar karena menggenggam bara kebenaran. Di dada mereka, mendidih magma cinta yang mengguncangkan sekelilingnya. Hatinya dibakar api rindu, rindu akan berkibarnya kebenaran bagi semesta alam.
Di rasuki cinta akan kebenaran. Sakit. Tapi ingin merasakan sakit selamanya…
(dikutip dari Open Mind edisi 13)
***
Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, yang artinya: “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar pada agamanya diantara mereka seperti orang yang menggenggam bara api”.
Menggenggam bara api di tengah kegelapan. Panas memang, dan terasa amat perih dan pedih. Namun sungguh pengecut jika bara api itu kita lepaskan, dan sayang karena itu sumber penerangan satu-satunya di tengah kepekatan nan hitam.
akhir bulan kedua,
oleh: saudaramu yang mencintaimu karena Allah
Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Minggu, 28 Februari 2010
Silakan Hapus Saya Sebagai Teman Anda di Facebook
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/28/2010 01:02:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
dakwah
Selasa, 16 Februari 2010
Tips Untuk Ujian Nasional
(Perhatian: Jauhkan dari guru kelas XII. Tidak menerima permohonan kunci jawaban Ujian Nasional dalam bentuk apa pun. Baca sampai habis, kalau memang gak punya kerjaan, hehe...)
Apa yang kalian rasakan saat ini? Gelisah? Pusing? Takut? Cemas? Gugup? Stress? Kalau iya, wajar aja soalnya sebentar lagi kalian bakal menghadapi sesuatu yang ujar kebanyakan orang sangat menentukan masa depan kalian, yaitu Ujian Nasional. Tapi ingat, walaupun kalian mengalami berbagai perasaan tersebut, tetap aja jangan sampai berlebihan. Di bawa santai dan rileks aja, pren. Kalau terlalu stress, alih-alih kalian lulus ujian bisa-bisa malah dapat kesempatan nginap gratis di Sambang Lihum (nama salah satu rumah sakit jiwa, bukan hotel bintang lima bro).
“Lalu gimana caranya biar bisa santai dan rileks?”. Pertanyaan bagus. Jawabannya simpel, yaitu lakukan persiapan sebaik-baiknya. Nah, kali ini gue mencoba dikit berbagi trik-trik jitu tapi aneh yang semoga bakalan bisa ngebantu persiapan kalian. Yang mana bila tips ini bener-bener kalian aplikasikan, gue yakin kalian (mudah-mudahan) bisa lulus ujian nasional dengan nilai yang memuaskan. Tapi ingat, kalo emang hasil akhirnya kalian lulus tapi dengan nilai ancur-ancuran, jangan dendam sama gue sampai-sampai kalian ngancam gue buat nraktirin rujak Paman Adul segerobak. Jangan, soalnya selain makan rujak kebanyakan itu gak baik buat kesehatan, gue kan juga gak maksa kalian buat ngikutin tips yang gue kasih, hehe.
Pengantar: Ujian Nasional?
Ujian Nasional emang akan menentukan sekali apakah kalian lulus atau tidak dari jenjang bangku pendidikan SMA, sehingga kalian bisa melanjutkan pendidikan lagi ke bangku kuliah (kecuali bagi yang mau langsung kawin, hehe. Tapi ada juga yang mau langsung kerja, itu juga hebat). Yah, begitulah fakta sistem pendidikan di negeri kita saat ini. Padahal udah keluar banyak energi, waktu, dan uang selama 3 tahun sekolah di SMA, akhirnya kelulusan cuma ditentukan beberapa hari yang amat krusial.
Siswa yang berprestasi, pernah menang olimpiade sains dan selalu menempati ranking atas di kelas pun bisa nggak lulus. Kebanyakan siswa juga takut setengah mati kalau nggak lulus UN. Sehingga udah jadi rahasia umum, bahwa segala cara pun jadinya dihalalkan demi kelulusan. Mulai dari pembentukan Pansus penyebaran sms contekan (gila, kayak kasus Century aja), beredarnya bocoran soal dan kunci jawaban ujian, celingak-celinguk waktu ngerjakan soal (nyari contekan maksudnya), dan lain-lain.
Bahkan lucu juga saat dengar berita tahun lalu, ketika satu sekolah siswanya pada gak lulus semua karena nyontek kunci jawaban yang salah (ini baru konyol, udah nyontek salah pula). Lebih konyol lagi pihak sekolah itu malah minta sama pemerintah supaya ujian nasional dilakukan ulang. Keterlaluan dan parah.
Wah, wah, kemana hilangnya rasa iman akan adanya Allah yang selalu mengawasi? Kok bisa ngerasa aman ngelakukan dosa kayak gitu ya? Dosa? Ya iyalah, itukan jelas perbuatan yang curang. Ingat kawan, Allah SWT telah berfirman: ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang” (QS al-Muthaffifin [83]: 1).
Selain bikin orang getol melakukan kecurangan, UN sebenarnya juga bisa bikin kreativitas siswa terpasung dan gak berkembang. Remaja yang seharusnya memiliki banyak potensi buat dikembangkan malah terpaku pikirannya hanya untuk ujian nasional. Mereka belajar pun niatnya bukan lagi demi kewajiban menuntut ilmu, tapi supaya bisa lulus dan dapat ijazah semata. Padahal ingat, sekolah itu tujuan seharusnya ialah mendidik siswa supaya pintar, cerdas dan punya perilaku sosial yang baik.
Dengan memperhatikan kondisi ini pantas aja banyak kalangan termasuk praktisi pendidikan sendiri menyuarakan penghapusan UN. Tapi anehnya dengan banyaknya kekurangan di sana-sini pemerintah tetap aja ngotot mempertahankan sistem pendidikan kayak gini. Bahkan lagi-lagi batas kelulusan UN juga ditingkatkan. Gimana, jadi makin mengerikan bukan? (hehe, kalo gue sih sudah aman).
Walau begitu, detik-detik menuju ujian sebentar lagi tetep bakal datang. Sudah gak ada gunanya lagi kalo cuma bisa ngeluh, mencak-mencak, apalagi putus asa. Kalian mau demo dan ngajak Paman Huri sebagai orator sekalipun juga belum tentu bisa ngebatalin keputusan pemerintah kan? Jadi harus gimana? Nah, kata orang bijak, cara terbaik untuk memecahkan masalah adalah dengan menghadapinya. Jadi, hadapi aja ujian nasional kali ini dengan gagah berani dan keyakinan akan kemampuan diri. Tentu dengan persiapan yang sudah matang sejak dini.
Inilah tips dari gue, (gak) dijamin ampuh, efektif, meningkatkan percaya diri, dan mampu membunuh nyamuk dalam sekejap!
Tips-tips Menghadapi UN
Pertama, belajar. Belajar yang baik adalah belajar dengan ikhlas, keras, dan cerdas (gue kutip dari “Keeps Spirit, Yang Muda Yang Luar Biasa” karya Zayed Ibnul Wahab). Ikhlas, artinya kembali luruskan niat kita untuk belajar menuntut ilmu karena ikhlas mengharap ridha-Nya semata. Belajar keras, maksudnya bukan dengan cara melahap materi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya cuy. Tapi sedikit demi sedikit, dan berkelanjutan. Anggap aja belajar itu kayak makan kue. Nikmati sedikit demi sedikit, kalau langsung telan semuanya bisa-bisa kalian malah diopname di rumah sakit, kan.
Belajar cerdas, artinya kita perlu strategi. Pahami dan pilah materi apa yang musti kita kuasai. Kalau yang diujikan nanti adalah mata pelajaran Fisika, maka kuasailah materi fisika, bukan geografi (itu sama aja gak niat lulus). Biasanya ada juga kan batasan-batasan materi yang bakal diujikan tiap mata pelajaran. Nah, fokuslah hanya pada yang itu aja.
Kedua, ini masih berkaitan juga dengan belajar tadi. Tapi kali ini khusus, kalian coba ngejawab prediksi soal-soal ujian nasional dengan keadaan seolah-olah kalian sedang ujian nasional yang sebenernya. Misalkan waktu ujiannya dua jam, maka coba selesaikan soal tersebut juga dalam waktu dua jam, dengan kemampuan seadanya. Yah, sejenis simulasi atau try out gitu. Minta tolong sama ortu atau saudara kamu buat ngawasin dan ketika selesai langsung periksa hasilnya. Anggap aja hasil dari latihan tersebut adalah hasil sebenarnya dari ujian nanti. Gimana, memuaskan?
Kalo belum, jangan langsung putus asa dan ngamuk. Lihat kunci jawaban, apanya yang salah dari jawaban kalian. Lalu pahami seperti apa jawaban beserta langkah menjawab yang benarnya, sampai kalian betul-betul mengerti. Terus, ulangi lagi simulasi tadi dengan soal yang sama. Masih kurang memuaskan? Coba lagi! Thomas Alpha Edison aja pernah gagal 999 kali dalam percobaannya menemukan bola lampu, masa latihan buat ujian aja kalian malas-malasan.
Ketiga, jangan malu buat nanya apa aja yang belum kalian pahami sama guru kalian di sekolah. Ingat kata peribahasa, malu bertanya rotan pun jadi. Tenang aja, guru-guru kita yang kualitasnya gak perlu diragukan lagi itu pasti mau ngajarin kalian. Gak usah takut, lagian mereka juga gak mungkin gigit kok. Guru-guru kita adalah orang-orang yang sangat pantas kita banggakan, mereka pasti ikhlas memberikan pemahaman kepada kita. Mereka juga pasti sangat ingin anak muridnya mampu lulus ujian dengan nilai yang bagus, dengan kemampuan sendiri tentunya. Insya Allah dengan sekuat tenaga mereka akan ngajarin kalian. Eh, tapi ingat waktu minta ajarin beliau harus dengan cara yang sopan bos!
Oh iya, kalian juga bisa nanya sama teman kalian yang pintar. Gue ingat waktu dulu pernah privat sama sohib gue yang jago matematika, alhasil nilai ujian matik gue jadi lumayan hehe.
Keempat, cari motivasi. Kalian bisa ikut berbagai acara semacam training motivasi yang sering diadakan. Atau kegiatan lain yang bisa nambah semangat kalian dan menanamkan keyakinan akan kemampuan kalian, bahwa kalian pasti bisa. Pasang target yang tinggi, misalnya lulus ujian dengan nilai tertinggi seprovinsi. Tulis di selembar karton, pasang di tempat yang strategis di kamar kalian, kalau perlu pasang dimana-mana supaya kalian ingat, di WC kalo mau, supaya sekalian pas nabung kalian juga ingat target kalian apa. Dengan masang target, sekuat tenaga kalian akan berupaya mencapai target tersebut. Usaha yang kalian lakukan pun jadi semakin keras. Walau gak tercapai, paling nggak hasil yang kalian terima insya Allah gak bakal jauh-jauh amat dari target yang kalian inginkan.
Kelima, doa. Manusia yang paling sombong adalah manusia yang merasa ia bisa melakukan apa saja tanpa ada campur tangan dari Tuhan. Ingat, sekeras apa pun kalian berusaha dan belajar, sepintar apa pun otak yang kalian punya, jika Allah SWT berkehendak apa pun bisa terjadi. Maka, dekatkan diri kalian kepada Dia Yang Maha Kuasa. Memohonlah dengan ikhlas dan tulus, dengan segala kerendahan hati kita, karena emang kita ini makhluk yang sangat rendah dan hina dibanding Sang Khalik. Supaya doa kita diijabah, ketahui sebab apa aja yang membuat doa kita bisa gak diterima oleh-Nya. Dengan begitu kita bakal menjauhi segala yang dilarang-Nya. Salah satunya, misalnya sesuai dengan sabda Rasulullah ini:
"Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (memilki 2 pilihan, yaitu) benar-benar memerintahkan berbuat ma'ruf (amar ma'ruf) dan melarang berbuat munkar (nahi munkar), ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian, kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan." (HR. Tirmidzi)
Ketahui juga adab-adab berdoa dan waktu-waktu yang pas untuk berdoa, supaya doa kita dikabulkan sama Allah SWT. Misalnya pada waktu sepertiga malam. Rasullah saw. bersabda:
“Setiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam akhir. Maka Allah berfirman: Barangsiapa yang berdo'a kepada-Ku, pasti Aku kabulkan, dan barangsiapa yang memohon kepada-Ku, pasti Aku beri, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni." (H.R.Bukhari, Muslim, Tirmidzi)
Nah, kayaknya cuma itu tips-tips yang bisa gue berikan, yang berdasarkan pengalaman gue sendiri ditambah juga yang didapat dari berbagai sumber. Kalo ada dari catatan ini yang bisa dijadikan manfaat walaupun gue tahu itu sangat sedikit, silakan diambil. Meski sebenernya catatan ini lebih banyak ngalur-ngidul yang gak jelas, hehe. Cari aja tips-tips yang lebih ampuh dan efektif serta menarik, di internet juga banyak kok. Yang jelas, kalau kalian cuma ngebaca yang kayak ginian tapi tetap gak diterapkan maka itu sia-sia.
Terakhir, harus diingat kalau yang dinilai di sisi Allah SWT itu sebenernya adalah proses dalam berusaha meraih tujuan kita, bukannya hasil. Di akhirat nanti, gue berani jaminin BPKB motor bapak gue, kalo kalian gak bakalan ditanya berapa nilai ujian nasional kalian. Yang dipertanggungjawabkan kelak adalah bagaimana cara kalian mendapatkan nilai tersebut. Apakah dengan cara yang diridhai-Nya atau tidak. Nilai ujian yang tinggi dan memuaskan, tapi didapatkan dengan cara yang haram? Bullshit. Kegembiraan karena lulus ujian dengan cara yang tidak benar, gak sebanding dengan azab neraka yang maha dahsyat.
Singkirkan jauh-jauh ke Benua Afrika pemikiran biar nyontek asal lulus. Tapi jangan juga mikir biar nilai jelek yang penting jujur. Yang benar adalah: ”Aku jujur dan nilaiku memuaskan!” Yakinlah, bahwa jika Allah bersama kita, apapun insya Allah pasti bisa kita lakukan.
”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (TQS Alam Nasyrah [94]: 5-6)
”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (TQS An- Naba’ [78]: 31)
(Sori, sebenernya masih banyak yang mau ditulis di sini, tapi kalau kepanjangan jadi susah juga. Sori juga kalau banyak dari kata-kata gue yang gak berkenan. Gak bermaksud menggurui, cuma ingin berbagi. Tulisan ini gue tujukan khususnya buat sohib-sohib yang masih nangkring di kelas XII SMAN 7 Banjarmasin dan bentar lagi menghadapi UN. Semoga niat gue ikhlas buat ngebantu sedikit, walaupun cuma dalam bentuk seperti ini. Dan doa gue selalu mengiringi kalian, agar lulus 100% dan jujur 100%!)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/16/2010 05:00:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Kamis, 04 Februari 2010
Menulislah Untuk Perubahan
Umat Islam saat ini tengah berada dalam keadaan yang menjadi titik nadirnya: mengalami keterpurukan yang amat sangat. Padahal Islam merupakan rahmat bagi sekalian alam dan umatnya pun berlabel predikat umat terbaik. Itu jika Islam diterapkan secara keseluruhan dalam berbagai aspek, bukan seperti sekarang dimana lebih dari setengah ajaran Islam disingkirkan dan sebagai gantinya umat Islam dipaksa oleh penguasanya yang zalim untuk menerapkan aturan bobrok buatan manusia semacam demokrasi.
Dan kebanyakan dari kita telah mengetahui hal ini, permasalahan umat beserta solusi konkrit atas itu. Kita yang telah menerima dengan ikhlas ajaran Islam, menjadikannya sebagai landasan mendasar dalam segala hal, melaksanakan aturannya sepenuh hati karena kesadaran akan hubungan kita kepada Sang Khalik, pastinya sepakat bahwa Islam bukan sekedar agama pemuas kebutuhan spiritual saja namun jauh lebih dari itu: Islam adalah sebuah ideologi. Ini bukan sebuah doktrin yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi pernyataan ini lahir dari hasil pemikiran yang cemerlang terhadap fakta bahwa ajaran Islam itu komprehensif, mengatur hal yang paling kecil sekalipun hingga masalah bernegara (baca penjelasan lengkapnya dalam kitab Nizham al-Islam karangan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani). Tentunya setiap ideologi bersifat solutif dan praktis, tak sekedar teoritis. Kita yang meyakini kebenaran Islam memahami bahwa ideologi ini lah satu-satunya yang mampu mengatasi segala problematika umat dengan benar pula.
Gelisah. Mungkin itulah yang sering dirasakan mereka yang mengemban suatu ideologi, tapi tak berupaya menyebarkan ajaran ideologi yang diadopsinya itu. Wajar, karena memang itulah ciri manusia ideologis. Mungkin sama seperti sebuah teko penuh berisi air yang dipanaskan, ketika mendidih airnya mulai menggelegak berupaya menumpahkan dirinya keluar dari teko itu.
Dan tak cuma masalah ideologi, ide apapun, kebenaran, ilmu dan kebaikan apapun jika kita tak berupaya menyampaikannya kepada yang lain semua itu tiada gunanya. Analogi yang sering digunakan, ilmu itu bagaikan air: jika ia mengalir akan memberi manfaat bagi kehidupan sekitarnya, jika ia hanya tergenang maka air itu hanya akan menjadi tempat bersarangnya berbagai parasit dan menjadi sarang penyakit. Tak bermanfaat sama sekali bahkan merugikan.
Berhentilah memendam segala ide kita yang semula cemerlang membusuk tak berguna sehingga membuat otak dan hati kita ikut membusuk karenanya. Sampaikan dengan metode dan cara apapun. Apakah itu dengan lisan maupun tulisan. Dan kali ini, kita coba sedikit memahami tentang menulis.
Menulis itu membagikan seluruh gagasan kita entah itu melalui tinta yang tertuang pada lembaran-lembaran kertas maupun gesitnya jari tangan yang mengetikkan kata pada keyboard alat canggih abad 21 itu. Memang tak semua hal yang bisa diungkapkan secara lisan mampu dikemukakan melalui tulisan. Tapi sama juga bahwa banyak sesuatu yang tak dapat dikomunikasikan dengan lisan karena rasa sungkan bisa disampaikan bahkan dengan ekspresif oleh tulisan.
Di dunia menulis, kita bebas menyeleksi dari banyaknya kata-kata untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf-paragraf yang berisi makna dari apa yang ingin kita sampaikan. Di sini kita juga bebas menyuarakan aspirasi kita, selama itu masih bersesuaian dengan etika hukum syara’. Dan sebagai seorang Muslim, kita tahu bahwa sebaik-baik perkataan adalah menyeru kepada jalan Allah dan mengajak kepada kebaikan. Dengan memanfaatkan media tulisan, tak terbayang berapa pahala yang bisa kita panen tiap saat orang membaca dan terpengaruh oleh tulisan kita, tentunya dalam hal ini tulisan yang menyerukan amar ma’ruf nahi munkar.
Terkhusus untuk yang memahami pentingnya perubahan, media tulisan akan menjadi amunisi yang ampuh. Kita tahu tak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita, atau malahan bertentangan. Ada yang peduli terhadap nasib umat, ada yang tidak. Bait demi bait revolusi tulisan kita semoga berkontribusi untuk membangunkan mereka yang tak peduli karena tak sadar itu.
Maka, apalagi yang kalian tunggu, kawan. Segera luapkan pemikiran-pemikiran cemerlangmu yang sudah tak sabar untuk ditumpahkan. Asah kemampuan kita mulai sekarang, coba dan terus coba. Pada waktunya, rasakan indahnya tarian jemarimu yang menghasilkan kata-kata penuh makna. Saatnya menghujamkan peluru tajam pemikiran tepat ke otak mereka yang tak paham pentingnya perubahan. Hingga mereka tahu, apa arti sebuah revolusi itu.
- Tulisan di atas cuma hasil kerjaan iseng orang yang masih perlu banyak belajar nulis. Ada beberapa istilah dari rekan seperjuangan yang dikutip-
(prajurit intifada)
Dan kebanyakan dari kita telah mengetahui hal ini, permasalahan umat beserta solusi konkrit atas itu. Kita yang telah menerima dengan ikhlas ajaran Islam, menjadikannya sebagai landasan mendasar dalam segala hal, melaksanakan aturannya sepenuh hati karena kesadaran akan hubungan kita kepada Sang Khalik, pastinya sepakat bahwa Islam bukan sekedar agama pemuas kebutuhan spiritual saja namun jauh lebih dari itu: Islam adalah sebuah ideologi. Ini bukan sebuah doktrin yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tapi pernyataan ini lahir dari hasil pemikiran yang cemerlang terhadap fakta bahwa ajaran Islam itu komprehensif, mengatur hal yang paling kecil sekalipun hingga masalah bernegara (baca penjelasan lengkapnya dalam kitab Nizham al-Islam karangan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani). Tentunya setiap ideologi bersifat solutif dan praktis, tak sekedar teoritis. Kita yang meyakini kebenaran Islam memahami bahwa ideologi ini lah satu-satunya yang mampu mengatasi segala problematika umat dengan benar pula.
Gelisah. Mungkin itulah yang sering dirasakan mereka yang mengemban suatu ideologi, tapi tak berupaya menyebarkan ajaran ideologi yang diadopsinya itu. Wajar, karena memang itulah ciri manusia ideologis. Mungkin sama seperti sebuah teko penuh berisi air yang dipanaskan, ketika mendidih airnya mulai menggelegak berupaya menumpahkan dirinya keluar dari teko itu.
Dan tak cuma masalah ideologi, ide apapun, kebenaran, ilmu dan kebaikan apapun jika kita tak berupaya menyampaikannya kepada yang lain semua itu tiada gunanya. Analogi yang sering digunakan, ilmu itu bagaikan air: jika ia mengalir akan memberi manfaat bagi kehidupan sekitarnya, jika ia hanya tergenang maka air itu hanya akan menjadi tempat bersarangnya berbagai parasit dan menjadi sarang penyakit. Tak bermanfaat sama sekali bahkan merugikan.
Berhentilah memendam segala ide kita yang semula cemerlang membusuk tak berguna sehingga membuat otak dan hati kita ikut membusuk karenanya. Sampaikan dengan metode dan cara apapun. Apakah itu dengan lisan maupun tulisan. Dan kali ini, kita coba sedikit memahami tentang menulis.
Menulis itu membagikan seluruh gagasan kita entah itu melalui tinta yang tertuang pada lembaran-lembaran kertas maupun gesitnya jari tangan yang mengetikkan kata pada keyboard alat canggih abad 21 itu. Memang tak semua hal yang bisa diungkapkan secara lisan mampu dikemukakan melalui tulisan. Tapi sama juga bahwa banyak sesuatu yang tak dapat dikomunikasikan dengan lisan karena rasa sungkan bisa disampaikan bahkan dengan ekspresif oleh tulisan.
Di dunia menulis, kita bebas menyeleksi dari banyaknya kata-kata untuk disusun menjadi kalimat dan paragraf-paragraf yang berisi makna dari apa yang ingin kita sampaikan. Di sini kita juga bebas menyuarakan aspirasi kita, selama itu masih bersesuaian dengan etika hukum syara’. Dan sebagai seorang Muslim, kita tahu bahwa sebaik-baik perkataan adalah menyeru kepada jalan Allah dan mengajak kepada kebaikan. Dengan memanfaatkan media tulisan, tak terbayang berapa pahala yang bisa kita panen tiap saat orang membaca dan terpengaruh oleh tulisan kita, tentunya dalam hal ini tulisan yang menyerukan amar ma’ruf nahi munkar.
Terkhusus untuk yang memahami pentingnya perubahan, media tulisan akan menjadi amunisi yang ampuh. Kita tahu tak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan kita, atau malahan bertentangan. Ada yang peduli terhadap nasib umat, ada yang tidak. Bait demi bait revolusi tulisan kita semoga berkontribusi untuk membangunkan mereka yang tak peduli karena tak sadar itu.
Maka, apalagi yang kalian tunggu, kawan. Segera luapkan pemikiran-pemikiran cemerlangmu yang sudah tak sabar untuk ditumpahkan. Asah kemampuan kita mulai sekarang, coba dan terus coba. Pada waktunya, rasakan indahnya tarian jemarimu yang menghasilkan kata-kata penuh makna. Saatnya menghujamkan peluru tajam pemikiran tepat ke otak mereka yang tak paham pentingnya perubahan. Hingga mereka tahu, apa arti sebuah revolusi itu.
- Tulisan di atas cuma hasil kerjaan iseng orang yang masih perlu banyak belajar nulis. Ada beberapa istilah dari rekan seperjuangan yang dikutip-
(prajurit intifada)
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
2/04/2010 11:09:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
menulis
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.