Pages
Menikmati Upaya Revolusi Sebagaimana Menyeruput Secangkir Kopi
Kamis, 31 Desember 2009
Tips Khusus Buat yang Belum Punya Pacar
Bagi yang belum punya pacar, nggak perlu malu, nggak perlu minder, n nggak perlu gelisah sampai guling-guling di tanah sebab setelah membaca tulisan ini dijamin kalian bakalan puas. Dengan tips yang saya kasih ini, kalian juga nggak perlu lagi minta tips lewat ketik reg spasi pangeran cinta, dokter cinta, dukun cinta, atau ustadz cinta yang dijamin bakal ngabisin pulsa kalian. Saya ngasih tips ini secara cuma-cuma, yah kecuali setelah membaca tips ngaco tapi ampuh ini kalian mau ngucapin terima kasih dan berniat membelikan saya pulsa, silakan aja kirimkan ke nomor di bawah ini, hehe becanda cuy.
Tapi sori, tips yang saya tulis ini sebenernya bukan tentang bagaimana supaya kalo kalian nembak cewek bisa langsung diterima. Bukan juga tentang supaya kalian jadi objek yang selalu dikejar-kejar cewek. Tapi kalo tetep bersikeras pingin dikejar-kejar cewek saya kasih sedikit tips : kalo liat cewek cantik jambret aja tasnya dijamin kamu pasti dikejar-kejar tuh cewek.
Bersiaplah untuk kaget sebab tips ini sebenernya adalah tips agar orang yang belum punya pacar tetap aja nggak punya pacar bahkan sampai selama-lamanya! Eits jangan marah dulu, bukan maksud saya nipu kalian lo, denger dulu nih penjelasannya. Saya mulai dari sedikit pengantar dulu.
Di dunia ini, berdasarkan klasifikasi saya yang seenaknya orang-orang yang nggak punya pacar terbagi menjadi beberapa golongan. Pertama orang yang emang nggak laku-laku, yang disebabkan entah oleh wajahnya yang mirip Brad Pitt keracunan duren campur cocacola, atau kelakuannya yang nggak disenengin orang. Golongan ini sebenernya pingin juga punya pacar, sayangnya ketika golongan ini nembak seseorang buat jadi pacarnya ia ditolak mentah-mentah sehingga kalian bisa aja nemuin orang kayak gini diemperan sambil nyanyi-nyanyi lagu Wali ‘apa salahku, apa salah ibuku, ibu-ibu bapak-bapak siapa yang punya anak bilang aku dst..’ Terus, karena frustasi golongan ini pun bertekad nggak mau pacaran seumur hidup. Bagi kalian yang termasuk dalam golongan ini (ngaku aja pren) jangan berkecil hati dulu, baca aja dulu sampai habis.
Golongan kedua, adalah golongan yang sebenernya bisa aja berpacaran sebab dari sisi tampang lumayan lah n dari sisi finansial mungkin juga cukup tapi ia tetep nggak mau pacaran. Golongan ini berprinsip pacaran itu nggak penting dengn alasan buang-buang waktu juga buang-buang duit buat nraktir n beliin si pacar macam-macam.
Golongan ketiga adalah golongan yang memegang teguh semboyan ‘cinta sejati adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya’ sehingga dengan prinsipnya ini mereka selalu berusaha menaati segala perintah dan larangan Allah dan Rasulullah. Golongan ini, nggak peduli dirinya cakep atau kayak saya (ingat, lawan kata cakep itu ’saya’), tau kalo hidup di dunia ini cuman sementara aja n akhiratlah kehidupan yang abadi. Maka, perbuatan yang mementingkan kenikmatan duniawi aja n dilarang oleh Allah seperti pacaran mereka jauhi. Walaupun misalnya mereka seringkali diajak pacaran mereka menolaknya dengan halus sembari mengatakan ‘sesungguhnya pacaran itu bertentangan dengan Islam. Allah telah menyiapkan jodoh kita masing-masing, dan kita nanti akan mendapatkan jodoh itu dalam ikatan suci pernikahan bukan dengan jalan hina seperti pacaran ini.”
Nah, saya sependapat dengan golongan yang ketiga ini. Kata guru ngaji saya, agama Islam itu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk pergaulan. Aturan pergaulan Islam antara lain dilarang khalwat (berdua-duaan), ikhtilat (campur baur antar lawan jenis), memandang yang tidak syar’i antar lawan jenis.Yang namanya pacaran kalian semua musti sepakat kalo itu melanggar aturan pergaulan Islam tadi. Jangan pura-pura nggak tau juga deh, kalo melanggar aturan Allah itu dosa, n kalo orang punya dosa, “apa balasannya anak-anak…?!”, “Neraka paaak…!” Tuh kan, kalian yang cuma lulusan SD aja tau, hehe.
Masalahnya sekarang di berbagai penjuru dunia (wiih) kebanyakan remaja menganggap pacaran adalah suatu keharusan. Oke lah kalo yang berpikiran seperti itu adalah orang non muslim, tapi gawatnya nih sodara kita para remaja muslim malah berbondong-bondong ngikut trend pacaran ini. Entah itu akibat propaganda media yang mengopinikan ‘nggak pacaran nggak laku’, atau dengan alasan yang lebih sok mulia ‘ini semua demi cinta bung’. Hah, cuih! Cinta lagi! Mana mungkin orang yang mencintai seseorang membiarkan orang yang dicintainya itu sengsara diazab di neraka. Hmmm, dasar anak muda zaman sekarang (bayangin saya bicara kayak gini sambil mengelus janggut saya yang mulai memutih).
Jadi, beruntunglah kalian saudaraku yang nggak pacaran, yah minimal berhenti pacaran. Insya Allah kalian udah di track yang bener kalo niat kalian nggak pacaran ikhlas karena menaati aturan Allah. Supaya makin mantap nggak mau pacaran, saya persembahkan tips berikut buat kalian yang dirangkum dari berbagai sumber terpercaya. Mungkin kebanyakan udah tau, jadi saya sekedar ngingetin n nambah-nambahin aja, kalo ada salah silakan hubungi customer service.
Eh, sori, buat kalian yang tadi mikir bisa dapat tips-tips cinta murahan kayak ‘tips pacaran romantis’ ketika membaca tulisan ini, silakan aja kalo nggak mau nerusin baca. Kecewa?? Hehe, rasain lo! Tapi kalo kalian nggak baca nih tulisan kalian juga bakal penasaran kan?
Oke, cukup basa-basinya, langsung aja tips yang pertama adalah jaga pandangan mu kawan, karena kata lagunya almarhum Michael Jackson, pandangan pertama bisa membuat mu tergoda (betul nggak sih ini lagunya Jacko?). Allah juga memerintahkan kita melalui firman-Nya di Qur’an:
“Katakanlah pada orang-orang beriman, tundukkanlah sebagian pandangan mereka dan jagalah kemaluan mereka yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”( An Nuur:30)
Tips kedua, sibukkan diri dengan aktivitas2 bermanfaat atau yang menjauhkan kita dari hal-hal nggak berguna kayak pacaran. Misalnya aktif di organisasi atau olahraga main bola, dan ingat harus tetap syar’i. Tips tambahannya coba sesekali kalian main bolanya di jalan raya pasti kalian bakal segera ngelupain masalah pacaran sebab kalo nggak ditabrak kalian mungkin akan dikeroyok oleh warga sekitar karena mengganggu ketertiban. Tapi ini nggak syar’i sih, hehe.
Next, hindari aktivitas yang membuat kamu berinteraksi secara berlebihan dengan lawan jenis. Jangan coba-coba ngambil kesempatan untuk dekat dengan bukan muhrim bisa berabe nanti. Lagian udah jelas ada larangan untuk ikhtilat dan berkhalwat kan.
Selanjutnya, bersyukurlah kalian yang berwajah mirip saya, sebab tampang preman kayak gini nggak bakalan ada cewek yang ngedeketin. Kalo kalian ngaku ada yang mirip-mirip David Beckham, itu harus lebih bersyukur. Tapi hati-hati jangan sampai kamu tebar pesona kesana kemari sehingga membuat lawan jenis tertarik sama kamu. Tips tambahannya kamu menyamar aja misalnya dengan memakai topeng atau kalo nggak mau ada cara lain yang lebih radikal n nggak terlalu dianjurkan, yaitu selalu pasang muka mesem ketika berhadapan dengan lawan jenis. Otomatis kamu bakal dijauhi mereka n kesempatan iblis untuk ngerayu kamu pacaran makin kecil.
Terakhir ingat selalu, walau nggak punya pacar seumur hidup, Allah udah berjanji bahwa tiap manusia itu ada jodohnya n dalam ikatan pernikahan yang diridhoi Allah-lah kita bersama jodoh masing-masing akan mengarungi hidup bersama dalam nuansa cinta penuh kasih (jangan muntah karena tulisannya mendadak sok romantis). Jadi jodoh itu nggak usah susah-susah dicari, bahkan seperti kata seorang sahabat ’jodoh itu datang sendiri, kita ngumpet di dalam kulkas pun ia bakal nemuin kita juga’. Ingat aja janji Allah bahwa Dia pasti bakal ngasih jodoh sesuai dengan tingkatan keimanan seseorang. Artinya kalo kalian mau dapat jodoh yang bagus, tingkatkan juga kualitas kalian sebagai muslim.
Yak, mungkin cuma ini yang bisa saya kasih, kalo kalian ada tips tambahan lagi silakan aja tambahin sendiri. Asal tetap dalam lingkup syari’ah Islam. Buat kalian yang udah mengkaji Islam atau pernah pengajian mungkin kalian udah tau atau sering ngedenger tips-tips kayak gini. Tapi beribu kali pun kalian ngedenger tapi nggak diterapin juga maka itu sia-sia bung! Segeralah praktikkan n ingat kalo Allah itu Maha Melihat. Kalian mau taat pada aturan Islam atau tetep nyoba sembunyi-sembunyi pacaran Allah tetep aja bakal tau apa yang kalian lakukan.
Tiba-tiba ada komentar, ”Ah, paling lo cuma nyari temen aja supaya lo nggak merasa sendirian aja yang nggak laku-laku jadi lo ngajak yang lain supaya nggak pacaran kan.” Ada komentar lain lagi, “Alah, dasar munafik. Paling lo cuma iri ngelihat betapa mesranya pasangan pacaran sementara lo masih sendiri. Makanya lo bikin tulisan beginian,dasar sirik aja lo.”
Hahaha, mohon maaf, saya yang nulis ini sebenernya bukan bermaksud sok suci sebab saya sadari saya pun nggak luput dari perbuatan dosa. Masih sangat jauh, kalo saya dibilang manusia yang berakhlak mulia. Oleh karena itu saya musti banyak-banyak ngaji Islam n memperbaiki diri. Lalu kenapa jadi saya sok nasehatin begini?
Pertama semoga niat saya tulus buat mendapat pahala walau cuma sekecil font tulisan ini di sisi Allah. Saya nggak peduli biar ada yang menghina tulisan ini n kalian ngejek yang macam-macam. Buat apa ngerepotin hal itu, toh bukan komentar dari kalian yang bakal jadi penilaian Allah terhadap timbangan amal saya.
Kedua, ini cuma ungkapan cinta buat kalian semua yang seakidah sama saya. Kalo yang namanya cinta pastinya nggak mau dong saudaranya terjebak dalam kebathilan karena balasannya di akhirat nanti jelas adalah neraka. Apapun anggapan kalian sekali lagi saya nggak peduli, yang penting saya sudah menyampaikan perasaan saya kepada kalian, walaupun dalam bentuk yang nggak karuan macam ini. Jadi bukannya saya sirik sama mereka yang pacaran, malah seharusnya saya kasian kan.
Lalu sebenernya tulisan ini saya bikin sebagai benteng saya yang paling kokoh supaya saya sendiri tetep konsisten dengan prinsip saya untuk nggak pacaran. Bayangin aja, kalo saya pada akhirnya pacaran, itukan sama aja saya munafik, nggak melakukan apa yang udah digembor-gemborin. N udah pasti azab yang pedih bakal menanti saya di akhirat. Mengerikan!
Terakhir saya juga berpesan dengan kalian semua, ketika nantinya saya mulai melenceng dari prinsip saya dan melenceng dari aturan Islam tentunya, dengan segala kerendahan hati tolong, untuk ngingetin saya dengan cara yang menyakitkan sekalipun. Buktikan juga kalo kalian emang mencintai saya sebagai saudara seakidah. Sepakat??? Oke aja deh, gitu aja kok repot..
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
12/31/2009 08:44:00 PM
3
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Catatan Kematian
Bagi penggemar komik Death Note mungkin bakal penasaran saat ngebaca judul artikel ini. Hehehe, emang tulisan ini temanya gak jauh-jauh amat dari situ. Tapi silakan protes kalo emang tulisan saya nggak nyambung sama sekali. Yang jelas saya emang terinspirasi dari cerita Death Note yang akhir-akhir ini banyak digandrungi loper komik eh, maksudnya comic lover.
Death Note menceritakan tentang seorang pemuda bernama Light Yagami. Sebagai seorang cowok, ia bisa dibilang sempurna. Yah, mirip-mirip ama saya, Light itu orangnya tampan, cool, baik hati, cerdas n jenius. Apa yang diinginkannya sebenarnya mudah aja untuk didapatkannya. Namun sebenarnya lagi, ia udah bosan dengan kacaunya kehidupan di dunia sekarang.
Sebagai seorang jenius dan pemikir sejati, ia menyadari bahwa dunia ini makin lama makin gak beres. Begitu banyak kejahatan dan penyimpangan yang udah terjadi. Keadilan dan kebenaran pun seakan-akan udah lenyap ditelan kebobrokan akal n moral manusia.
“Dunia ini sudah membusuk”, begitu pikir si cool Light. Di saat ia sibuk dengan pemikirannya itu, ia menemukan sebuah buku bersampul hitam dan bertuliskan Death Note. Light kemudian tahu kalo seseorang yang namanya ditulis di buku itu, maka orang itu bakalan koid alias mati. Buku yang sebenarnya punya dewa kematian itu pun ia gunakan untuk menyingkirkan orang-orang jahat di muka bumi demi mewujudkan kembali dunia baru yang penuh keadilan dan ketentraman.
Nah, kayaknya apa yang terjadi di dunianya si-Light mirip banget dengan keadaan dunia kita juga, tul gak? Ya, dunia ini memang sudah membusuk. Berbagai kerusakan n kebobrokan seakan-akan udah menjadi hal yang biasa terjadi. Hampir tiap hari berita kriminalitas menghias di koran, di tipi, di radio maupun di internet. Dan tak hanya kuantitas, tapi kualitas kriminal juga makin meningkat. Kalo dulu pembunuhan dengan cara mencekik, menikam, membacok sudah cukup mengerikan, sekarang malah sering terjadi ada pembunuh yang memutilasi bahkan mencincang tubuh korban.
Sama juga seperti di dunianya Light, keadilan di muka bumi ini seakan sudah hilang sama sekali. Lihatlah, bangsa buas macam Amerika n Israel tetap aja bebas membantai saudara-saudara kita. Di Iraq 85 ribu orang terbunuh oleh invasi biadab Amerika tanpa alasan yang jelas. Di Palestina, awal tahun 2009 saja sudah 1000 lebih termasuk anak kecil n wanita yang tewas, n yang baru-baru ini zionis laknat itu menyerang orang yang sedang beribadah di wilayah suci masjid al-Aqsa. Adakah para penguasa negeri lain yang bertindak untuk mengadili mereka? Bagaimana dengan lembaga internasional macam PBB, apakah mereka cuma bisa diam dan melongo?
Lalu, kalo indikator kebusukan dunia ini adalah kebobrokan moral, maka udah jelas kita lihat budaya hidup yang makin hari makin nggak beradab lagi. Prostitusi yang dilegalkan dengan alasan pemasukan kas daerah, pornografi yang semakin marak, perzinaan mulai dari hubungan suka sama suka sampai orang tua yang memerkosa anaknya pun udah biasa kita dengar. Anak-anak banyak yang durhaka kepada orangtuanya, sedangkan orangtua juga banyak yang menelantarkan anaknya.
Yang saya paparkan di atas tadi hanyalah beberapa masalah saja, yang itu sudah cukup sebenernya untuk membuat kita mikir, segitu busukkah kehidupan di dunia kita saat ini? Kalian pasti udah bosan mendengar masalah-masalah kayak gini, bahkan mungkin pernah liat langsung atau mengalami sendiri peristiwa di atas. Tapi yang terpenting, terpikirkah dalam benak kita untuk mengubah keadaan yang menyedihkan ini? Ya, ini masalah terjadi di dunia kita, tempat kita tinggal, bung! Egois banget kalo kita cuma diam, pasrah bahkan enjoy aja pada keadaan seperti ini.
Misalnya, di lingkungan kalian ada sekelompok preman bejat yang suka mabuk-mabukkan. Awalnya mungkin kalian nggak peduli dengan mereka, karena kalian pikir mereka nggak ganggu kalian selama ini. Tapi bagaimana jika suatu saat para preman itu memperkosa adik perempuan kalian yang lewat dihadapan mereka. Apa nggak ancur tuh perasaan? Seandainya dulu kalian bersama dengan warga kampung yang lain maksa preman-preman itu insaf, pasti nggak bakal kejadian peristiwa kayak gitu, kan?
Makanya jika kita mau mikir, pastinya kita bosan n menginginkan adanya perubahan. Ya, perubahan. Perubahan yang tentunya menjurus kepada kebaikan, sebaik-baiknya. Dan, perlu ada usaha untuk itu, sebab perubahan nggak akan datang dengan sendirinya.
Lalu apakah perlu sebuah Death Note yang digunakan Light Yagami untuk mengubah keadaan dunia yang menyedihkan ini? Pasti bakal praktis kan kalo ada barang kayak gitu, tinggal tulis aja nama pelaku kejahatan, beres kan? Hohoho, sori, biarpun saya punya tuh barang tetep aje saya nggak mau menggunakannya. Bukannya saya ini orangnya nggak tegaan, tapi bukankah kita udah punya Buku Kehidupan, yaitu Al-Qur’an Al-Karim? Buku yang didalamnya terkandung segala macam aturan-aturan kehidupan yang diturunin langsung oleh Allah SWT, yang jika kita terapkan pasti bakal bikin sejahtera dunia akhirat. Bukankah Yang Menciptakan paling tau aturan apa yang paling baik untuk yang diciptakan?
Tapi beginilah kenyataan sekarang, manusia udah nggak sadar diri kalo mereka itu sebenernya cuma produk hasil karya sang Khalik. Lihatlah para penguasa, dengan seenaknya mencampakkan aturan-aturan Islam dan malah menerapkan aturan sekuler buatan manusia sendiri. Kemudian juga banyak yang ngakunya muslim, tapi malah merasa terkekang dengan aturan yang sebenernya malah memuliakan dirinya. Contoh sederhana, kewajiban berjilbab yang dianggap cuma bikin gerah n ketinggalan jaman.
Sombong betul yak mereka? Padahal mereka masih memijakkan kakinya di bumi ciptaan Tuhannya. Ada sebuah analogi sederhana. Seorang tamu datang ke rumah kita bermaksud untuk numpang tinggal sementara. Tamu itu lalu kita arahkan, misalnya kalo mau tidur di kamar sebelah, kalo mau mandi di kamar mandi, kalo mau masak pakai kompor yang itu, dll. Tapi gimana kalo tamu itu bilang, ”Ah, ngapain elu ngatur-ngatur gue, pokoknya gue deh yang ngatur di sini. Elu tidur di dapur aja deh. Nah, kalo gue tidur di kamar elu aja, beres kan?” Gimana reaksi kita? Yah kalo saya sih pasti langsung aja saya usir tuh orang tanpa basa-basi.
Begitu juga kita yang numpang di bumi Allah ini, dengan segala nikmat n fasilitas yang ada, seharusnya kita bersyukur dan menaati aturan-Nya. Kalo masih nggak mau peduli sama aturan Allah, silakan keluar aja dari bumi Allah, cari bumi lain yang bukan punya Allah! Sanggup?
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
12/31/2009 08:28:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
al-Qur'an,
death note
Selasa, 29 Desember 2009
Tarik Nafas Dalam, Mumpung Masih Bisa
Uhh, entah kenapa pagi ini badanku terasa kaku. Pagi? Tidak, aku tak melihat secercah cahaya pun dari celah jendela kamarku. Masih belum muncul sang surya, bahkan juga tak kurasakan sinar putih lembut dari lampu kamarku. Oh iya, akhir-akhir ini aku punya kebiasaan mematikan si hemat energi sebelum tidur. Jam berapa sekarang, aku tak tahu sebab tak dapat ku lihat jam dinding dalam kegelapan begini. Ku pikir ini masih tengah malam atau sudah dini hari.
Aku pun sadar, aku terjaga dan tak bisa melanjutkan kembali mimpiku yang tadi masih samar. Terjaga dalam keadaan seperti ini memang menyiksa. Apalagi badanku yang terasa sakit sekujur tubuh dengan sensasi kaku yang aneh sangat enggan dibawa kompromi untuk bangkit dari ranjang. Hmm, ini pasti karena tadi pagi ku forsir seluruh ekstrimitas dalam permainan futsal dengan para sahabatku.
Hening kurasakan entah dalam waktu yang berapa lama. Daripada begini terus, lebih baik ku cari sedikit hiburan saja, pikirku. Tanganku berusaha meraih sesuatu di bawah lantai tepat di samping tempat tidurku, habitat remote tivi kamarku biasa berada. Biasanya sih ada saja stasiun televisi yang setia 24 jam selalu tayang, entah acara yang ditampilkan itu mutu rendahan seperti sinetron atau nyanyi bareng emak yang dilombakan. Heh, makanya akhir-akhir ini aku jarang nonton tivi. Tapi biarlah kali ini lumayan buat pengantar tidur, siapa tahu aku beruntung masih sempat menyaksikan ’opera van banjar’ acara lawak favoritku. Atau mungkin sedang jam tayangnya pertandingan Liga Champion?
Tapi mana sih remote tiviku? Tanganku rasanya sudah menggerayangi hampir ke bawah tempat tidurku namun tetap saja ia tak ku temukan. Eh, apa ini, rasanya lantai kamarku yang terbuat dari ulin permukaannya tidak kasar seperti ini. Bahkan indera perabaku menemukan sesuatu mirip akar-akar kecil yang menyembul dari tanah. Ah, aku pasti mengigau. Sudahlah, aku menyerah saja, lebih baik kulakukan hal yang lain.
Maka aku teringat dengan MP3 ku yang setia nangkring di bawah bantalku. Daripada sepi, mendingan nyetel lagu Linkin Park yang baru ku download di warnet tadi siang dengan volume 99 persen lewat headset. Wahaha, pasti ajip men!
Tapi lagi-lagi aku harus kecewa, karena tak ku dapati si MP3 di penjuru kasur ku. Huh, pasti aku lupa menaruhnya di ruang tamu sebelum tidur tadi.
Lalu otakku ternyata mensugestikan kali ini aku harus menemukan hape ku. Biasanya ketika tidur ada sms yang masuk tapi tak sempat ku baca, mungkin saja hal itu terjadi lagi. Atau aku mainkan saja game yang tak tamat-tamat pada aplikasi hape ku. Atau ku buka facebook lewat hape lalu ganti status dengan face ngantuk? Atau ku teror saja kawan-kawanku dengan misscall sembunyi nomor, hahaha, pasti mereka ketakutan, minimal kesal karena terganggu. Namun, aku hanya tersenyum kecut sebab handphone ku yang biasanya tergeletak di samping tubuhku kali ini ‘pergi’ entah kemana. Oke, ku miscall saja kan, gitu aja kok repot. Eh, tapi pakai apa, pakai dengkul?
Aku bingung kali ini apa yang harus ku lakukan. Entah untuk yang ke berapa kalinya ku coba lagi melabuhkan diriku ke alam dimana kucing pun bisa ngomong (maksudnya alam mimpi).
Tak bisa. Aku gelisah, ku bolak-balikkan tubuhku menghadap kanan dan kiri, telungkup dan terlentang. Ku coba getarkan pita suaraku, memanggil adikku yang biasanya tidur di kamar sebelahku. Tak bisa. Sudah jam berapa ini? Rasanya sudah sangat lama aku terjaga. Mungkin sudah dekat waktu subuh. Tapi mana ibuku yang biasanya setia membangunkanku, namun selalu tak kuhiraukan? Suaraku tercekat tak mampu bahkan untuk berkata ’ibu..!’.
Terlintas juga akhirnya di benakku untuk bertahajjud. Ku coba bangun, tapi kembali aku dikalahkan oleh kemauan kuat janggal tubuhku yang menolak keinginanku. Ku coba betulkan posisi bantalku, meraih selimut hangat, dan memeluk guling. Semoga dengan posisi yang nyaman aku bisa tertidur lagi. Tapi seketika itu akan ku lakukan, aku merasakan hal yang membingungkan.
Aku baru sadar kalau tempatku merebahkan kepala bukanlah di atas bantal, tetapi gundukan-gundukan keras dan lembab. Selimut yang kucari bukanlah kain tebal berwarna-warni tetapi kain putih tipis dan panjang seukuran tubuhku. Kamarku seketika tak lagi seperti kamarku. Gelap yang kukira tadi karena lampu yang mati ternyata memang karena mustahil tempat macam ini terjangkau oleh cahaya. Inikah aku? Ini mimpi?
Aku ingat saat terakhir aku di kamarku ketika keluargaku menatapku dengan pandangan nanar bahkan ibuku tersedu. Aku tak berdaya saat itu dan ayahku membisikkan dua kalimat jaminan hidup seorang yang Muslim. La ila ha ilallah, Muhammadurrasulullah.
Air mata penyesalan tak tahu apakah bisa mengalir dalam keadaanku yang begini. Baru ku rasakan semut-semut hitam dengan belang putih di bagian abdomennya berbaris di sepanjang kakiku. Sesuatu yang merayap, mungkin kalajengking hinggap di pipiku. Seharusnya aku bergidik, tapi mau bagaimana lagi. Merekalah yang bakal jadi pendampingku dikala ku sendirian selama beberapa saat ke depan. Bukan lagi televisi di kamar, MP3, maupun handphone.
Sayup-sayup terdengar gemuruh diiringi, akhirnya, secercah cahaya lalu aku pun terbangun. Sosok yang mendatangiku itu bertanya, tenang tapi tegas menggentarkan, ”Ma rabbuka..?”
***
Daun-daun kering yang gugur ditiup angin bergantian menerpa wajahku, menyadarkanku dari ketermanguan yang dalam. Hehehe, persis seperti di film-film ya, ketika sebuah cerita mencapai klimaksnya, tanpa disangka ternyata itu hanyalah khayalan sang tokoh utama.
Mataku tertuju pada buku berisi surah Yaasin yang ku pegang dan sudah selesai ku baca, lalu ke arah nisan kakekku yang meninggal ketika aku masih SD dulu. Ku lihat ayah dan ibuku masih khusuk menyelesaikan ayat 83 surah Yaasin. ”Fasubhaanalladzii biyadihi malakuutu kulli syay in wa ilayhi turja’uun”. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Daun-daun kering tadi sebagian jatuh di atas kubur. Tidak,dari yang sebagian itu ternyata bukan semuanya daun kering. Secara seksama ku temukan bahwa terselip selembar daun yang masih hijau dan muda.
Tak seperti para ’senior’nya yang rapuh dan keriput, yang satu ini jelas masih segar. Kasihan sekali, seharusnya tempat untuk si ’daun muda’ adalah bergantung di dahan yang rimbun nan hijau, bercengkerama dengan kawan-kawannya yang lain, bukannya terbuang dan terpinggirkan seperti ini. Mungkin si ’daun muda’ tadi juga sebenarnya masih asyik menikmati hembusan angin yang lembut, namun tak menyadari lama-lama angin itu jugalah yang tanpa permisi mencabutnya dari sang ranting. Nikmatnya semilir angin langsung hilang seketika tergantikan angin kencang nan menyakitkan.
Sepertinya begitu juga dengan kematian. Ia memang penuh dengan kemisteriusan. Akrab dengan mereka yang tua namun tak berarti renggang dengan yang muda. Semuanya sama saja. Kita takkan tahu kapan bos maut akan menjemput, dan tentu kita takkan sempat protes begitu nyawa kita direnggut. Takkan bisa protes, walaupun saat itu datang kita masih dalam keadaan hijau begini. Walaupun saat itu indahnya dunia sedang asyik-asyiknya kita nikmati, tiba-tiba kematian datang sebelum tanda-tandanya diketahui. Dengan tak terduga, seketika semuanya langsung sirna. Siapa yang tahu? Bahkan ketika memejamkan mata selama tidur, adakah yang berani menjamin kelopak mata bisa membuka kembali keesokan paginya?
Takut? Kenapa harus? Ia adalah sesuatu yang pasti datang. Takkan bisa ditolak dan juga ditunda. Seperti halnya hari Senin, hari upacara bendera, kegiatan paling membosankan di sekolah. Namun mau tak mau kita juga tetap menghadapinya.
Oke, ada hal yang harus kita khawatirkan memang tentang kematian. Persiapan. Apa bekal yang kita bawa tentu harus sepadan jika ingin selamat dalam perjalanan yang panjang. Kemudian seperti apa kematian yang kita inginkan? Itupun bisa dimasukkan ke dalam proposal yang kita ajukan kepada Sang Pemilik Hidup & Mati.
Sebagaimana seorang sahabat Rasulullah yang protes ketika ia masih hidup sehabis peperangan. Ketika ditawarkan ghanimah (hasil rampasan perang), ia berujar, ”Bukan itu yang aku inginkan, tapi ini!” ia menunjuk pada pergelangan tangannya tepat di urat nadi. Artinya, mati syahid. Maka pada perang selanjutnya tertegunlah Rasul beserta para sahabat, sebab sang sahabat itu tewas tertusuk tombak tepat di tempat yang pernah ia tunjuk!
Lalu bagaimana keadaan kita setelah mati? Jangan pernah membayangkannya sama dengan paparan saya di atas tadi. Itu jelas cuma fiktif, bohong belaka, hehe (mana mungkin dalam kubur masih sempat mikirin facebook). Sekali lagi, siapa yang tahu, mungkin keadaannya jauh lebih mengerikan dan menakutkan. Itu juga tergantung dari ‘bekal’ kita tadi kan?
”Kullu nafsin dzaa iqatulmawti..
(tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati)”
-Firman Allah Qur’an al-Anbiyaa ayat 35
“Setiap langkah dalam kehidupan dapat mengantarkan kita pada kematian. Lalu untuk apa kita melakukan kesalahan?”
–Budi Saputera, konseptor minimagz ’BadaiOtak’
”Jika tak ingin dikuasai oleh kehidupan dunia, bagaimana kalau dunia yang ada di bawah kendali kita?”
1 Syawal 1430 Hijriyah,
sepulang ziarah ke makam kakek & keluarga lain juga seorang guru yang dirahmati Allah SWT.
oleh : saudaramu, dengan maksud mengingatkan.
Diposting oleh
Adit Ahmad
di
12/29/2009 10:26:00 AM
2
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
kematian
.
Jumlah yang Nyangkut
Corong Revolusi
Ekspresikanlah
Para Guru
Kutipan dari Langit
Hitungan Mundur
Detak-detik
Kicau
Diberdayakan oleh Blogger.
Follower
Mengenai Saya
- Adit Ahmad
- Hanya manusia biasa dengan misi pembebasan. Ingin mencoba berkontribusi untuk revolusi yang insya Allah pasti terjadi nanti. Masih dalam tahap belajar tentu, mencoba terus berkarya dalam segala keterbatasan.