Pages

Kamis, 28 Juli 2011

Rekreasi Fisik dan Pikiran

Saya telah siap untuk berangkat, ketika ibu bertanya..
 
“Mau kemana?”

“Ada yang dicari, Ma,”

Jawaban singkat itu walau mungkin tak menjawab secara gamblang pertanyaan beliau, tetap menjadi penutup dialog singkat kami dan setelahnya saya pun memacu motor menuju tempat yang saya ingin mencari sesuatu di sana. Lantas, apa yang dicari? Sederhana, sedikit ketenangan yang lebih. Yang itu sepertinya bisa saya dapat, seperti sebelumnya, dengan menyaksikan sebagian dari keindahan alam. Menghirup udara sejuk di daerah yang sejauh mata memandang kebanyakan dihiasi warna hijau.

Akhir kuliah semester genap kedua selama menjadi mahasiswa telah saya lalui dengan perasaan yang campur aduk. Antara lega sebab libur panjang telah tiba, dan menyesal karena usaha semester ini dirasa belum maksimal sehingga hasil yang didapat pun tidak memuaskan. Bahkan sangat. Tapi penyesalan berlarut takkan menghasilkan solusi. Lebih baik memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk menebusnya, dan itu telah saya mulai. Di saat otak mulai kelelahan menyimpan serta menganalisa informasi, saya memutuskan untuk pergi.

Saya bertolak menuju tempat, yang sekitar 3 atau 4 tahun lalu, sempat beberapa kali rutin saya kunjungi. Bukan saja karena keindahan alamnya, namun di kompleks perumahan baru itu seorang sahabat, sekaligus tetangga saya, orang tuanya baru saja membeli sebuah rumah untuk disewakan. Saya dan beberapa teman akrab di komplek kami sering diajak ke sana sebelum rumah itu berpenghuni. Satu kali kami memancing dan menangguk ikan di kali belakang rumah, bermain air dan berenang di sungai kecil, hingga sedikit bertualang di pematang sawah dan mendapat ubi kayu yang besar-besar. Nostalgia masa lalu cukup menambah ketentraman hati saya ternyata.

Senin, 18 Juli 2011

Pria di Tengah Medan Perang

Suasana perang tak membuatnya hilang nyali untuk masuk ke sana. Justru ia tertantang untuk segera datang dan membantu saudara-saudara sesama Muslim. dr. Jose Rizal Jurnalis, siapa tak kenal dia? Semoga menginspirasi..

Siapa yang tidak takut masuk ke medang perang? Wajar jika rasa itu ada. Tapi dari pengalaman di Maluku, saya sudah membangun pandangan bahwa kematian itu hanya ditentukan oleh Allah SWT. Dan kematian yang paling mulia itu syahid. Itu besar faidahnya bagi kita dan keluarga kita. Tapi tentu jangan asal mau mati syahid tanpa ada persiapan dan tahu syariatnya.

Ketika pertama kali berangkat ke daerah konflik, istri saya sempat bicara macam-macam. Dia sangat khawatir dengan keselamatan saya. Tapi sekarang tidak lagi. Begitu saya mau berangkat, dia langsung membereskan pakaian dan segala kebutuhan. Tak lupa kita menyelesaikan segala utang piutang. Jangan sampai kalau 'lewat' istri dililit utang.

Mungkin banyak yang bertanya mengapa saya begitu bersemangat masuk ke medan konflik? Pertama, terus terang kita ini kan mendapat amanah seperti kecerdasan, kesehatan, keberuntungan sekolah di sekolah terbaik, dapat guru-guru yang hebat juga. Saya merasa ini kesempatan yang tidak semua orang punya. Alangkah sayangnya kalau amanah yang diberikan Allah itu tidak dimanfaatkan untuk hal-hal bukan hanya sekadar cari uang.

Kedua, saya merasakan ketika datang ke daerah-daerah tersebut untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan medis, hidup ini lebih mudah. Saya merasa dunia ini lebih lega. Tidak sempit. Dan menurut Ustad Abu Bakar Basyir memang begitu. Jika engkau menolong agama Allah maka Allah akan memuliakan dan meneguhkan. Di sini kuncinya.

Minggu, 17 Juli 2011

Keterikatan untuk Kemuliaan

Mungkin mereka terlalu sering menengadah memandang burung yang terbang bebas menembus awan. Sembari membayangkan, kebebasan yang seperti itu terasa damai dan menyenangkan. Mereka -yang menamakan golongannya sebagai anarkis-, menginginkan kehidupan tanpa otoritas, tanpa ada lagi strata kasta dalam hidup manusia.

Anarki adalah perindu kebebasan martabat individu. Ia menolak segala bentuk penindasan. Jika penindas itu kebetulan pemerintah, ia memilih masyarakat tanpa pemerintah. Jadi, bumi anarki sejatinya bumi utopis yang dihuni individu-individu yang ogah memiliki pemerintahan. Anti hierarki.

Ya, sekilas ide anarki ini adalah ide yang menyenangkan. Tapi lebih jauh mereka mulai tidak sopan, tak hanya mengingkari otoritas penguasa di dalam kehidupan bernegara, mereka pun mencoba berontak melawan otoritas tertinggi -otoritas Tuhan-. Meski ada yang mengklaim anarki pun bisa religius, namun itu hal yang absurd.

***
Seperti juga kebanyakan yang lain, saya pernah mengalami masa muda tanpa kematangan pemikiran. Walaupun sebenarnya sekarang pun masih perlu dimatangkan karena baru sekitar tiga perempat matang. Dulu yang saya maksud, mungkin masih seperempat matang lah. Tapi saya bukan orang yang maniak eksistensi atau senang cari sensasi. Paling banter saya bolos tiap upacara 17-an dengan alasan yang tidak ideologis atau menjadikan main domino di mushalla sekolah sebagai ngabuburit di bulan Ramadhan hingga digrebek wakil kepala sekolah.

Rabu, 13 Juli 2011

Bukan Bolang Biasa

Kapan lagi kawan?
Kita kembali menyusuri jalan mendaki di antara pepohonan.
Menyisihkan rerumputan tinggi dengan tangan dan potongan dahan.
Melangkah tenang sementara saja tanpa ada beban pikiran.
Menengadah ke langit bersih dengan apungan awan-awan.
Bersenandung pelan beriring kicauan burung yang bertenggeran dan terbang pelan.
Memanjakan paru dengan partikel udara segar dan menyehatkan.
Melatih jasmani juga menentramkan rohani.
Menikmati karya seni bernilai tinggi,
berdecak kagum atas guratan kuas kuasa Sang Rabb di atas kanvas bernama bumi.

Ayolah, waktu masih panjang!

Jumat, 01 Juli 2011

BBM Subsidi

BBM BERSUBSIDI HANYA UNTUK ORANG YANG TIDAK MAMPU
-Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral-
Kalimat ini saya temukan terpampang di sebuah spanduk di pagar SPBU dekat rumah kontrakan saya saat lari pagi melewatinya. Waktu itu saya belum gosok gigi dan mandi (sudahlah, ini tidak penting). Yang saya bingung, seperti apa batasan 'orang yang tidak mampu' tersebut? Wah, artinya kalau saya masih membeli premium untuk minum Si Supri (panggilan sayang untuk Supra X saya), berarti saya masuk golongan tidak mampu dong?
Tapi, mengapa yang dipajang bukan tulisan "BBM HANYA UNTUK KEPENTINGAN RAKYAT"? Bukan kah ini sesuai juga dengan Pasal 33 UUD 1945? Apakah orang-orang yang mampu itu bukan rakyat??
Kemudian saya terhenyak tatkala mengetahui berita mengenai adanya rencana dari MUI untuk memfatwa-haramkan orang kaya membeli BBM bersubsidi. Tunggu dulu, ada yang aneh! Jika bbm subsidi difatwa haram bagi orang kaya.. maka Exxon, Chevron dan perusahaan asing lain juga harus difatwa haram mengambil BBM dari perut bumi negeri ini kan??

.