Pages

Sabtu, 21 Agustus 2010

Beriman dengan Pikiran

(dirampok secara damai dari http://divansemesta.com)

Bayangkanlah, jika tersesat di hutan belantara, kamu sendiri meniti jalan setapak menuju sebuah puncak Gunung. Kecapaian mendera, sebab kamu sudah melangkahkan kaki tak tentu arah selama 5 hari. Kini, kerongkonganmu serasa di iris sembilu sebab kamu kehabisan air minum --bukan saja untuk menyegarkan tenggorokan melainkan juga, menyelamatkan hidupmu. Disaat-saat penentuan antara hidup dan kematian, kamu bersandar pada sebuah pohon yang ranting-rantingnya dihangatkan oleh lumut-lumut berwarna hijau kekuningan. Sejenak, kamu merasakan keteduhan yang luar biasa.

Selagi bersandar, bola matamu yang cerlang itu menatap ruang biru cakrawala. Tiba-tiba cakrawala yang kosong melompong dibauri gumpalan awan. Dari balik awan yang mengeriting bagai bulu domba, dua ekor elang menyalipi. Sekonyong-konyong angin menyerulingkan orkestranya untuk kemudian menggoyangkan awan perlahan. Lembut sekali gerakannya.

Hujan tanpa awan hitam turun. Rintik-rintiknya jatuh dari atas sana, menetes membasahi helai rambut, mengalir menuju pori-pori kepala, menelusup pada bajumu yang terkoyak oleh dahan-dahan pepohonan. Kamu dongakan kepala. Kesejukan airnya meluruhkan asam tenggorokan. Tubuhmu yang sudah terkena dehidrasi itu, serta merta segar kembali. Butiran hujan yang membuat kulit kecoklatanmu berkilat-kilat, kini menjadi prisma yang membiaskan cahaya matahari.

Sejarah, Darah dan Sampah

Lirik lagu Thufai al-Ghifari

Hei...Indonesia Bersatu Dan Tetap Terjaga
Jihad Bingkai Negrikku
Tapaki Sejarah Panjang Dan Harapan Generasi Kami
Generasi Yang Selalu Menitipkan Harapan
Harapan Dari Rahmat Cinta Sepanjang Masa
Bagi Tanah Air Ini ... Indonesia

Aku Kenang Engkau Bersama Para Mujahid Sudirman Hingga Orasi Lantang Diponegoro
Ku Ingat Selalu Disetiap Cerita Semangat Hancurnya Djien Hingga Pattimura
Membasuh Begitu Tulus Air Mata Dan Keringat Kartini
Kau Membetang Begitu Besar Jauh Dan Hijau Membasuh Lagenda Perang Dan Senapan
Bambu-Bambu Runcing Merubah Air Mata Dan Darah Menjadi Semangat Merdeka
Ternyaring
Gaung Ayam Jantan Dari Timur Membelah Darah Dalam Harapan Termakmur
Saat Para Pahlawan Tersungkur Tinggalkan Mimpi Tentang Negeri Yang Makmur
Ihwal Nyata Fenomena Melantur Lintah Darat Demokrasi Menjamur
Begitu Manis Soekarno Hatta Bertutur Melindungi Benturkan Demokrasi Dalam Gamelan
Karikatur

Ramadhan Kampus Kehidupan

Mungkin pernah terlintas di pikiran seorang gamer bahwa hidup ini seperti RPG, atau bahkan mengimpikan kalau perjalanan hidupnya bagaikan alur kisah pada Final Fantasy dengan ia sendiri sebagai Squall Lionheartnya. Itu ada benarnya. Usia kita yang terus bertambah dan mengindikasikan makin jauh perjalanan hidup kita membuktikan biasanya makin sulit tantangan yang akan kita lalui ke depan. Analogikanlah bahwa makin tinggi level kita makin berat pula musuh-musuh di hadapan untuk dikalahkan.

Ingatkah dulu kita terbiasa mendapatkan apa yang kita mau hanya dengan rengekan manja kepada orang tua kita. Lalu kita makin belajar bahwa untuk mendapatkan hasil itu perlu proses, kebanyakannya jumlah hasil tentu sebanding dengan besarnya proses.

Hidup bagi manusia memang bukan hanya masalah untuk bertahan hidup, namun hidup adalah bagaimana kita berusaha dan dapat meraih pencapaian. Jika tidak demikian maka apa bedanya kita dengan mammalia lain bahkan avertebrata tingkat rendah sekalipun. Dan ini menuntut kita untuk terus berkembang, belajar dan memikirkan. Hewan tak memerlukan ini, sebagai bukti tak ada dan insya Allah takkan ada kucing yang ngampus di Unlam. Karena bagi mereka sekedar bisa makan, buang hajat dan kawin itu cukup.

Masa kuliah adalah salah satu level itu. Dimana masa ini bukanlah tujuan namun hanya juga proses. Anda takkan betah berada di sini selama-lamanya berstatuskan mahasiswa. Kita di sini karena ingin mencapai step selanjutnya, level yang lebih tinggi dalam hidup ini. Profesi, penghidupan yang layak dan lain-lain.

Mungkin ada kemiripan dengan Ramadhan, sebuah bulan yang bila mampu kita optimalkan di penghujungnya kita akan menuai kemuliaan yang luar biasa. Puasa Ramadhan ialah proses itu. Dan hasilnya berupa ampunan sampai ketakwaan.

Ramadhan dan kampus dapat dimirip-miripkan dengan kepompong, tahap metamorfosa selanjutnya dari larva yang setelahnya akan melahirkan kembali kita menjadi individu kupu-kupu yang kecantikannya tak dapat dinyana sebelumnya. Maksimalkanlah, kawan. Demi Allah, tujuan akhir kita. Itulah kemenangan abadi dan sejati. Yang kepuasannya jauh lebih tinggi dibandingkan ketika kita menamatkan game RPG sekaliber Final Fantasy tanpa game over sekalipun.

(pengantar buletin bulanan Asy-Syifa FK Unlam)

Kamis, 19 Agustus 2010

Conspiracy

Ketika selesai membaca sebuah karya fenomenal dari Dan Brown ini, otak saya begitu penuh dengan berbagai pemikiran. The Da Vinci Code, ah saya merasa seperti seorang tua yang terbiasa menggunakan pos untuk mengirim pesan yang takjub dengan fitur sms saja karena baru sekarang mampu membaca dan menyelesaikan novel ini, yang sudah menjadi buah bibir sebenarnya semenjak tahun 2005.

Saya memang bukan ahlinya dalam mengomentari sebuah karya seseorang, bahkan saya kurang tahu apakah karya ini merupakan fiksi atau nonfiksi tapi biarlah saya ingin menebak bahwa karya yang dianggap membongkar konspirasi luar biasa ini merupakan karya fiksi yang dibawakan secara non fiksi. (bingung? Saya memang tak pandai dalam hal ini ternyata. Jadi silakan baca sendiri) Namun pikiran saya terpusat pada satu kata, yaitu konspirasi. Begitu banyak memang konspirasi-konspirasi bertebaran di muka bumi, ada yang terlalu cantik hingga sulit untuk diungkap tabir yang menyelubungi fakta yang sebenarnya, dan ada pula yang sangat rapuh sehingga rekayasanya terlalu mudah untuk diketahui bahkan dengan pemikiran yang awam.

Konsili Nicea yang memutuskan penetapan sifat ke-Ilahian seorang nabi biasa yang sebenarnya hanya karena ambisi kekuasaan Kaisar Konstantine. Tragedi 11 September 2001 yang dikaitkan dengan tindakan 'jail' yang keterlaluan dari al-Qaida, padahal itu alasan yang dibuat-buat lalu dianggap rasional untuk menyerang Afghanistan. Dan lain-lain, dan lain-lain.

Kebanyakan manusia memang senang dengan hal seperti ini, siapa yang tak suka konspirasi? Manusia memiliki akal yang membedakannya dengan makhluk lain, yang dengan itu ia akan mengkritisi segala fakta yang ada, tak mau pasrah begitu saja dan bereaksi apa adanya sesuai insting liar. Dengan kemampuannya ini, akan ada dua jenis manusia, pembuat konspirasi dan pembongkar konspirasi. Eh, mungkin juga ada golongan ketiga yaitu mereka yang enggan berepot-repot memutar otaknya dan menerima apa adanya yang terjadi.

Sebenarnya sesuatu itu bisa disimpulkan sebagai konspirasi atau bukan hanya bisa diketahui setelah ada fakta-fakta yang menjadi bukti bahwa sesuatu memang benar direkayasa sedemikian rupanya. Yah, umumnya seperti itu. Kalau memang begitu adanya kita sendiri pun ternyata adalah hasil konspirasi yang luar biasa. Angka-angka PHI yang dapat ditemukan dalam berbagai pengukuran dalam tubuh kita, kerja organ-organ yang saling bersinergi melanjutkan kehidupan, bahkan proses perkembangan dari janin sampai dilahirkan, semuanya memiliki keteraturan, keterkaitan satu sama lain yang sangat luar biasa.

Allah SWT pastinya adalah Sang Maha, termasuk pastinya juga dalam masalah konspirasi ini, kan.

.